Share

kemarahan Agam

Selepas menemani Agam bermain sambil bekerja, kini saatnya mereka pulang. Kebetulan hari ini kedua majikannya tak ada yang pulang ke rumah ini, jadi Arin bisa pulang agak sorean untuk mengantar Agam ke rumah Bayu.

"Kita mau pulang ya, Bu?" Agam menunduk sambil menendang-nendang pelan gerbang yang sedang Arin kunci.

"Iya, Sayang. Kenapa? Masih mau main?" tanya Arin dan Agam diam saja membuat Arin menghembuskan nafas perlahan dan menjongkokkan dirinya menyelaraskan tinggi dengan Agam.

"Kenapa murung?"

"Bolehkah Agam memilih Ibu saja? Agam mau sama Ibu saja, Agam nggak betah sama Ayah dan nenek. Sekarang Ayah juga sibuk jarang di rumah, nenek juga sering marah kalau Agam minta sesuatu. Kalau sama Ibu, Agam bisa bercerita banyak.

Bu, tolong bicara sama Ayah untuk izinkan Agam sama Ibu saja, Agam kesepian." Air mata Arin menetes, tak tega rasanya mendengar keluhan anak tirinya yang sudah dianggap sebagai anak kandung. Walau bukan terlahir dari rahimnya, cinta pada Agam tak bisa diukir den
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status