Home / Romansa / Kaya Setelah Diusir Mertua / Bab 4. Didatangi Bos Proyek

Share

Bab 4. Didatangi Bos Proyek

Author: Rina Novita
last update Last Updated: 2022-08-08 22:59:00

"Apaaa? Uang dari mana kamu belanja begitu banyak, haa ...?"

Spontan aku menoleh pada suara yang sangat aku kenal. Kak Norma dan Kak Lina telah berdiri di belakangku sambil berkacak pinggang.

"Kamu pasti mencuri uang Ibu!" Lagi-lagi kedua iparku yang nggak ada akhlaq ini memfitnahku seenaknya.

Sontak para pengunjung warung Teh Ika menoleh padaku.

"Kalian nggak punya  kerjaan selain memfitnah aku terus?" ujarku tenang sambil dengan sengaja membuka dompetku yang penuh dengan lembaran uang seratusan ribu. Meraihnya beberapa lembar dan memberikannya pada Teh Ika.

Sempat aku melirik pada kedua iparku yang masih ternganga melihat isi dompetku. Mereka saling colek dan berbisik. Aku tersenyum puas melihat ekspresi wajah mereka.

"Ini uangnya. Saya tunggu barang-barangnya ya Teh!" ujarku seraya menutup dompetku kembali.

Tanpa menoleh lagi pada kedua kakak iparku, Aku dan Raihan beranjak meninggalkan warung Teh Ika.

"Sombong sekali kamu, Salma! Baru punya uang segitu aja udah nggak mau nengok! Tunggu aja nanti kalau kita dapat warisan, kamu bakal mohon-mohon sama kami!"

"Kamu tidak akan mendapatkan sedikitpun harta warisan dari Ibu. Jadi kamu jangan pernah berharap!"

Terdengar teriakan Kak Norma di belakangku, di susul bisikan-bisikan mereka. Entah kenapa mereka senang sekali mempermalukan dirinya sendiri.

Aku terus melangkah tanpa menoleh dan peduli pada ucapan mereka.

.

.

.

Kamar kontrakan yang terdiri dua ruangan ini cukup untuk aku dan Raihan. Semua perlengkapan memasak sudah aku pasang dan susun  dengan rapi. Sebaiknya malam ini aku tidur lebih cepat. Untungnya kontrakan ini tidak  jauh dari puskesmas dimana tempat aku berjualan besok. 

Beruntung tukang sayur langgananku mau mengantarkan pesanan belanjaanku besok sebelum subuh. Karena biasanya selama aku tinggal di rumah ibu, si abang tukang sayur itu setiap pagi juga mengantarkan pesanan belanjaan Ibu mertuaku.

Pukul enam pagi aku mulai memasak. Raihan masih terlelap. Sesekali anak itu terjaga dan tidur lagi setelah kuberi ASI. Mulai fari memotong sayuran dan ikan, meracik bumbu, menggoreng, menanak nasi dan lainnya aku kerjakan sendiri dengan cepat. Dalam hal memasak, sejak remaja memang aku hobi menciptakan menu-menu baru. Semoga saja para pembeli suka dengan masakanku.

Pukul sepuluh pagi semua sudah siap. Satu persatu makanan yang sudah masak aku masukkan ke dalam gerobak dan aku susun dengan rapi agar tidak tumpah saat membawanya nanti. Seperti biasa Raihan aku gendong dengan kain panjang yang diikat kencang. Anak ini sangat mengerti dengan kesulitanku. Raihan sama sekali tidak rewel. Kini saatnya aku membawa gerobak ke halaman depan puskespas tempat aku berjualan.

Bismillah ..., Sepertinya aku mulai terbiasa mendorong gerobak ini sendiri sambil menggendong Raihan. Suatu saat nanti aku akan berterima kasih pada kakek pemilik gerobak ini.

Sebuah meja berukuran kurang lebih satu meter dipinjamkan Pak Cahya padaku.. Beliau dan istrinya memang sangat baik. 

Semua masakan sudah aku susun. Pesanan catering makan siang karyawan puskesmas juga sudah aku antar. Raihan terkadang rewel, namun sebentar kemudian tenang kembali.

Banyak pasien yang membeli daganganku sambil menunggu nomor antriannya dipanggil.

"Mbak Salma, mau nasi ramesnya tiga bungkus ya."

"Aku mau juga Mbak tiga bungkus."

"Saya makan disini dua piring, Mbak Salma."

Semakin siang puskesmas ramai oleh pasien. Daganganku pun semakin ramai. Pembeli yang rata-rata adalah warga kampung sini, sudah mengenal baik denganku.

"Salma ..."

"Bang Adam?"

Aku terperanjat saat tiba-tiba Bang Adam berada diantara pembeli.

Tiba-tiba Raihan mendadak rewel setelah melihat pamannya. Sepertinya dia ingin minta gendong dengan Bang Adam.

"Hai Raihan! Yuk sini sama Ayah Adam!" Laki-laki itu meraih Raihan dari gendonganku. Bocah itu nampak kegirangan.

Aku masih terus melayani pembeli yang tak henti-hentinya datang. Sementara Raihan masih tenang digendong oleh Bang Adam.

Setelah pembeli mulai sepi, Aku menyendokkan sepiring nasi serta lauk pauk kesukaan Bang iparku itu.  Walau laki-laki itu sangat pendiam, aku sangat tau makanan apa yang disukai olehnya.

"Makan dulu, Bang. Sini Raihan sama Bunda lagi." Aku meraih Raihan kembali.

"Masakan kamu memang tiada duanya, Salma. Sejak kamu pergi, masakan dirumah sering bersisa banyak dan terbuang. Kami mendadak tidak nafsu makan karena rasanya yang kurang pas."

Hei, tumben sekali Abang iparku ini berbicara banyak.

"Bang Adam bisa aja. Kalau mau makan ke sini aja, Bang!"

"Boleh?"

"Boleh dong! Asal jangan lupa bayar! Hahaha ... becanda, Bang."

Kami tertawa bersama. Raihanpun ikut tertawa. Padahal bocah itu pastilah belum mengerti.

Tiba-tiba ada sebuah mobil mercy berwarna hitam berhenti di seberang  puskesmas.  Tak lama kemudian keluarlah seorang laki-laki bertubuh tinggi tegap dengan memakai jas berwarna abu silver, celana jeans dan sepatu sport. 

Laki-laki itu langsung menjadi  pusat perhatian warga sekitar. Bukan hanya karena mobil mewahnya, namun juga karena wajahnya sangat tampan seperti  artis-artis di televisi.

Ternyata pria tampan itu tidak sendiri. Tapi ditemani oleh beberapa orang yang  sepertinya karyawannya.  

"Itu loh orang yang katanya mau beli tanah-tanah warga di sini."

"Iya, ternyata orang kaya . Pantas saja mau beli tanah dalam jumlah banyak."

Tedengar obrolan-obrolan dari para pasien yang sedang menunggu nomor antrian.

"Nasi ramesnya, Tuan. Cuma sepuluh ribu perbungkus."

Aku memberanikan diri menawarkan nasi bungkus  pada pria itu.

Namun dia tak menyahut. Matanya memandang masakanku.  Kemudian menatapku. Astaga! Kenapa jantungku terasa mau copot ditatap oleh pria itu?

"Saya mau semuanya! Bungkus, lalu tolong bagikan ke  para pekerja proyek diujung jalan ini!"

"S-semua , Tuan?"

"Ya!"

Pria itu meletakkan lima lembar uang seratusan ribu. Kemudian berlalu menuju mobilnya .

Bagaimana ini. Aku belum sempat menghitung harganya.

"Tuan ... tuan ..., ini terlalu banyak!"

Namun laki-laki itu sama sekali tidak menghiraukanku.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (8)
goodnovel comment avatar
Just Rara
kayaknya laki2 itu si yuda ya,anaknya kakek yg ditolong sm si salma
goodnovel comment avatar
Novitra Yanti
alhamdulillah...rezeki
goodnovel comment avatar
Midah Amir
Seru banget
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Kaya Setelah Diusir Mertua   Bab 220

    "Mas, sepertinya lagi banyak tamu." Langkah Seruni terhenti ketika hendak masuk ke dalam rumah bersama Elkan. "Mereka semua kakak-kakakku. Ayo kita masuk!" Seruni merasa ciut ketika melihat penampilan kakak-kakak Elkan dan keponakannya yang glamour dan elegan. Sangat jauh berbeda dengan dirinya yang sangat sederhana. "Kenapa? Takut? Atau malu?" bisik Elkan saat Seruni menolak untuk masuk ke dalam. Seruni menggeleng dengan wajah pucat. Ia takut tidak diterima oleh keluarga besar suaminya. "Ayo Sayang ...!" Seruni menunduk menatap pakaiannya. Untunglah di mall tadi dia sudah berganti pakaian dengan yang baru. Kemeja dan kulot berbahan silk import yang sempat membuat Seruni ternganga melihat harganya. Setelah menarik napas panjang, Seruni menggandeng tangan Elkan untuk masuk ke dalam. "Selamat malam semua ...!" sapa Elkan pada keluarga besarnya yang sedang berbincang di ruang tamu. "Malam ..., nah ini dia yang ditunggu-tunggu2 sudah datang." Semua menoleh ke arah pintu. Seruni m

  • Kaya Setelah Diusir Mertua   Bab 219

    "Kami akan mengundang kalian di acara resepsi kami minggu depan." Elkan menyerahkan sebuah undangan berwarna perak. "Resepsi?" Salma masih memandang heran dengan keduanya. "Syukurlah. Akhirnya kamu menikah juga. Aku pikir kamu akan seperti Rein." Yuda tertawa lega. Elkan tersenyum namun sesekali masih mencuri-curi memandang Salma dengan lekat. Hal ini pun tidak luput dari penglihatan Seruni dan Yuda. Mereka berbincang hangat. Seruni sesekali ikut tertawa, menjawab secukupnya jika ada yang bertanya. Kesan pertama Seruni pada Salma adalah seorang wanita yang lembut dan ramah. Sungguh Seruni sangat kagum pada sahabat suaminya itu. Seruni pun merasa ada sesuatu antara suaminya dengan Salma. Namun entahlah, dia belum bisa menerka-nerka. Seruni melihat tatapan yang berbeda dari suaminya saat memandang Salma. Raihan dan Maina pun sangat akrab dengan Elkan. Seruni juga melihat suaminya itu sudah sangat familiar dengan lingkungan di rumah itu. Termasuk para pelayannya. Namun Seruni melih

  • Kaya Setelah Diusir Mertua   Bab 218

    "Elkan .. , akhirnya kamu datang," ucap Salma. Sungguh ia tak percaya dengan apa yang dia lihat saat ini. Elkan spontan berdiri, lalu menatap wanita yang hampir menjadi istrinya itu dengan lekat. Semua kenangan itu langsung terlintas begitu saja di benaknya. Banyak waktu yang telah mereka lalui bersama. Kenangan itu masih sangat segar di ingatannya. Salma pun demikian. Ia mampu melewati masa-masa sulitnya bersama Elkan. Pria yang mau menemaninya di saat dirinya tak punya siapa-siapa. Pria yang selalu menyemangatinya di saat dirnya lemah. Entah apa yang terjadi jika tak ada Elkan di dekatnya waktu itu. Elkan bahkan mau berkorban demi kebahagiaannya dan Yuda. Seruni merasakan ada sesuatu diantara suaminya dan wanita yang dipanggil Salma itu. Wanita berhijab yang sangat cantik dan anggun. Seruni sempat kagum pada kecantikan wajah Salma yang begitu menenangkan.. "Om Elkan, ayo kita masuk!" Yumaina menarik lengan kekar Elkan untuk masuk ke ruang tamu. "Astaghfirullah ... Sampai l

  • Kaya Setelah Diusir Mertua   Bab 217

    "Maaf, ya ...! Maaf ...! Saya permisi dulu. Istri saya sudah menunggu!" "Apaa? Istri?" "Mas Elkan becanda ya? "Memangnya Mas Elkan sudah punya istri?" Para wanita penggemar Elkan itu bukannya menjauh, malah semakin penasaran ketika Elkan mengatakan ditunggu istrinya. "Oke ... oke, Aku akan perkenalkan istriku pada kalian." Elkan berkata seraya tersenyum menatap istrinya yang sedang cemberut sejak tadi. Mata Seruni melebar mendengar ucapan Elkan. Wanita itu lantas memberi kode dengan tangannya agar suaminya itu tidak melakukannya. Dia belum siap jika Elkan memperkenalkan dirinya sebagai istrinya di depan umum. "Yang mana istrinya Mas Elkan?" "Ayo dong Mas kenalin sama kita-kita!" Para wanita itu penasaran sambil memandang sekeliling. Elkan tak menyia-nyiakan kesempatan itu, perlahan melangkah menuju meja Seruni. Para Wanita itu terus memperhatikan Elkan yang ternyata menghampiri seorang gadis remaja yang sangat cantik walau tanpa riasan wajah. Gadis dengan rambut panjangnya

  • Kaya Setelah Diusir Mertua   Bab 216

    "Mas, kita ke mall ini?" Seruni memandang takjub mall besar dan megah di hadapannya. "Iya. kita parkir mobil dulu." Mobil Elkan baru saja memasuki Mall besar di daerah cassablanca. Karena akhir pekan, mall itu tampak sangat ramai pengunjung. Bahkan untuk masuk mencari parkir saja harus sabar mengantri. "Mau nonton dulu, atau belanja?" "Nonton bioskop, Mas? Wah, pasti bioskopnya bagus banget di sini." Elkan terkekeh melihat kepolosan Seruni. Gadis yang unik, namun sangat menyenangkan.. "Aku belanja apa lagi sih, Mas?" "Kata Mama, pakaian kamu itu standar remaja banget modelnya. Nanti orang-orang pikir aku ini bukan suamimu. Tapi Bapakmu." Mereka terbahak-bahak. "Tapi aku enggak ngerti model, Mas." "Gampang. Nanti minta bantuin manager tokonya." Setelah memarkir mobil, Elkan membawa Seruni masuk ke dalam mall. Nampak banyak muda mudi yang berpasangan menghabiskan waktu berakhir pekan. Seruni bergelayut manja pada lengan Elkan. Sesekali berdecak kagum melihat kemegahan mall ya

  • Kaya Setelah Diusir Mertua   Bab 215

    "Loh, Seruni kamu ngapain di sini?" Bu Astrid menegur Seruni yang berada di dapur. "Selamat pagi, Ma. Aku lagi masak sarapan untuk Mas," sahut Seruni tenang. Ia tak menyadari kalau Bu Astrid sudah melotot pada beberapa pelayan di sana. "M-maaf nyonya. Kami tadi sudah melarang. Tapi Non Seruni tetap mau di sini," sahut salah seorang pelayan. "Nggak apa-apa, Ma. Runi sejak kemarin nggak ngapa-ngapain. Bingung, cuma makan dan tidur aja," jelas Seruni sambil mengupas udang di wastafel. Nyonya Astrid hanya menggeleng-geleng kepala, lalu berjalan meninggalkan dapur, kemudian menghampiri putranya yang sedang minum kopi di teras samping. "Elkan, istrimu itu sebaiknya kuliah saja. Sepertinya dia jenuh di rumah." "Apa? Kuliah? Bagaimana nanti jika ada pria seumurannya yang tertarik dengannya?" pikir Elkan dalam hati. Pasti akan banyak pria yang akan tertarik dengan istrinya yang cantik itu. "Elkan, kok malah ngelamun? Kamu setuju, kan?" "Ya nanti aku bicarakan dulu dengan Seruni, Ma."

  • Kaya Setelah Diusir Mertua   Bab 214

    "M-massshh ...!" Lagi-lagi Seruni mengigau menyebut kata 'mas'. Suara Seruni hampir mirip seperti desahan di telinga Elkan. Hingga membuat miliknya memberontak di bawah sana. Elkan tak mungkin melakukannya disaat istrinya tertidur. Dia tak bisa membayangkan gadis itu akan terkejut bahkan mungkin berteriak di saat terjaga nanti. Elkan geleng-geleng kepala. Saat ini dia hanya bisa menikmati pelukan Seruni yang cukup erat. Hembusan napas gadis itu menyapu hangat wajahnya. Kini mereka saling berhadapan dan sangat dekat. Elkan mulai bergerak gelisah. Rasa lapar yang tadi menyerangnya kini berubah menjadi rasa yang berbeda. Perlahan didekatkan wajahnya pada Seruni hingga mereka nyaris tak berjarak. Elkan memberanikan diri mengecup singkat bibir ranum milik istrinya. Cukup singkat, namun berkali-kali. Setelah menarik napas panjang, Elkan mencoba untuk mengecupnya lebih lama. Mungkin sedikit melumatnya dengan lembut tidak akan membuat istrinya itu terjaga. Bagai kecanduan, Elkan tak ma

  • Kaya Setelah Diusir Mertua   Bab 213

    "Ini kamar Mas?" Seruni memandang takjub kamar yang begitu besar, bahkan lebih besar dari rumah mereka di desa. Kamar yang menyatu dengan ruang kerja Elkan itu dilengkapi dengan berbagai elektronik dan perabot mewah. "Iya. Ini rumah orang tua Mas. Semua fasilitas di rumah ini milik Mama dan Papa. Kalau rumah Mas tidak sebesar ini." Elkan duduk di tepi ranjang. Memandang Seruni yang masih terkagum-kagum dengan kamar mewah mirip hotel kelas bintang lima itu. Elkan tersenyum melihat wajah Seruni yang sedang terpesona. "Aku berasa mimpi bisa tidur di kamar ini, Mas." . Elkan langsung teringat sesuatu setelah mendengar ucapan Seruni. Tidur di kamar ini berdua dengan Seruni tentu sangat indah. Ini pasti akan menjadi malam pertamanya yang luar biasa. Pikiran liar pria tampan itu langsung travelling ke mana-mana. Mungkin setelah ini ia akan mengajak Seruni membeli beberapa pakaian, termasuk beberapa pakaian tidur yang sexy dan transparan. Elkan meneguk salivanya saat membayangkan Seruni

  • Kaya Setelah Diusir Mertua   Bab 212

    Elkan menggandeng Seruni yang nampak sangat gugup. Ia melihat Seruni tidak percaya diri dengan penampilannya yang sangat sederhana. "Selamat datang Tuan muda!" seorang wanita paruh baya membuka pintu dan mempersilakan Elkan dan Seruni masuk. "Mama Papa di mana, Mbok?" "Ada di ruang keluarga, Tuan." Mbok Asih, salah satu asisten rumah tangga mereka memandang Seruni dengan penuh tanda tanya. Selama bertahun-tahun bekerja di rumah orang tua Elkan, baru kali ini anak majikannya itu membawa wanita ke rumah. "Ini Seruni, Mbok. Istriku." Seruni mengangguk seraya tersenyum pada Mbok Asih." "Oalaaah, nikahannya jadi, toh waktu itu? Mbok kirain nggak jadi gara-gara nyonya dan tuan nggak bisa hadir. ya sudah sana cepat dikenali istrinya!" "Iya, Mbok. Seruni memandang Elkan penuh tanda tanya. ia tak mengerti apa yang dibicarakan Mbok Asih. Elkan pun blm sempat membicarakannya. "Yuk kita ke atas. Mama dan Papaku di sana." Seruni memandang setiap foto yang ia jumpai. Ada beberapa fot

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status