Ditemani suara kicauan burung yang merdu, matahari mulai menampakkan diri di ufuk timur. Ian, yang sebelumnya tenggelam dalam mimpi, seketika terjaga. Matanya terbuka lebar, menatap jam dinding yang jarum pendeknya masih menunjuk angka lima. Ia menoleh ke sekeliling, memandangi setiap sudut ruangan yang mewah dan luas. Dengan senyum lebar, ia bergumam, "Ini bukan mimpi. Aku benar-benar berada di rumah mewahku sendiri yang berharga 275 miliar!"
Dengan semangat yang baru saja naik, Ian segera bangkit dari tempat tidurnya. Ia berjalan menuju kamar mandi, merendam dirinya dalam bathub hangat yang berisi busa beraroma lavender. Sementara itu, alunan musik lembut mengalir dari speaker tersembunyi, menambah suasana yang sudah sempurna. Ah, betapa indahnya menikmati hidup dengan cara ini.“Tinggal di rumah besar seperti ini sendirian terasa sangat sepi. Andai saja aku punya pacar, mungkin aku bisa mengajaknya tinggal bersamaku.”Saat mengucapkannya, bayangan wanita cantik berambut panjang yang hobi mengenakan bando bertelinga kucing menyeruak di benaknya. Wanita itu adalah Lisa, teman sekelas Ian sewaktu SMA di SMA Negeri 1 Gondang, kota Nganjuk. Dia merantau ke Surabaya bersama Ian dan berkuliah di Institut Seni Surabaya untuk mengambil jurusan Perfilman dan Pertelevisian.Lisa memang bercita-cita untuk bekerja di dunia pertelevisian. Namun, selepas lulus dari Institut Seni Surabaya, bukannya bekerja di televisi, dia malah mendapat tawaran menjadi artis. Dan kini, ia telah menjadi artis terkenal dengan jutaan penggemar.Meski begitu, Lisa masih sering secara sembunyi-sembunyi datang menemui Ian di kedainya. Dia menjadi satu-satunya pelanggan tetap kedai milik Ian yang sepi.Memikirkan Lisa, Ian menggelengkan kepalanya seraya tersenyum. Kini keduanya memiliki nasib yang berbeda. Lisa adalah seorang artis papan atas, sedangkan Ian hanyalah pemilik kedai kecil yang tidak laku. Tapi, Ian tidak terlalu peduli. Sekarang ia memiliki sistem, dan jarak di antara keduanya mungkin perlahan akan berkurang.Namun, senyum itu segera memudar ketika pikirannya kembali ke realitas yang lebih mendesak. "Sewa," gumamnya, mengingat hutang sewa yang menumpuk."Semoga saja Check-In hari ini memberiku uang untuk menyelesaikan masalah ini," katanya, berharap bisa mendapatkan uang untuk membayar hutangnya.Ian segera menyelesaikan ritual mandinya air hangatnya. Saat dirinya hendak mencari baju ganti, ia berhenti, matanya melebar. "Oh tidak, aku lupa belum mengambil semua barangku dari kost!" ucapnya dengan nada frustrasi.Dengan pilihan yang terbatas, Ian meraih pakaian yang ia kenakan kemarin. Meski tidak ideal, setidaknya itu lebih baik daripada berjalan-jalan hanya dengan handuk. Ian menghela napas, berharap hari ini akan lebih baik daripada yang dia perkirakan. Detik berikutnya, suara notifikasi sistem terdengar di telinganya.[Hari telah berganti, Host dapat melakukan Check-In lagi hari ini. Apakah Anda ingin Check-In?]“Check-In!” jawab Ian dengan penuh semangat dan tanpa keraguan. Ia sangat menantikan hasil dari Check-In hari ini. Dengan penuh harapan, Ian menggosok-gosokkan tangannya sambil berbisik mantra yang sama berulang kali, "Semoga uang, semoga uang, semoga uang ..."[Ding!][Selamat Host, Anda telah berhasil Check-In][Anda menerima Sebuah Mobil Pagani Zonda HP Barchetta dan tiga buah tiket gacha][Mobil Pagani Zonda HP Barchetta, kunci, STNK, dan BPKB mobil terkait telah disimpan dalam Inventori Sistem]“Pagani?” Ian tahu bahwa Pagani adalah salah satu mobil sport mewah asal Italia yang sangat terkenal selain Lamborgini dan Ferrari. Harga rata-rata mobil Pagani di Indonesia berada di kisaran 84 miliar.“Aku tahu merek mobil ini. Tapi aku tidak familiar dengan model ini,” gumam Ian seraya mencari informasi mengenai Pagani Zonda HP Barchetta di internet melalui ponselnya.Berdasarkan informasi yang Ian baca di internet. Pagani Zonda HP Barchetta adalah mobil super sport yang sangat spesial. Mobil ini hanya diproduksi sebanyak tiga unit, menjadikannya salah satu mobil paling langka dan eksklusif di dunia.Zonda HP Barchetta dirancang oleh Horacio Pagani, pendiri dan pemilik perusahaan mobil Italia, Pagani Automobili. Mobil ini dirancang untuk merayakan ulang tahun ke-60 Horacio, dan karena itu, ia memutuskan untuk membuatnya sangat spesial.Mobil ini didukung oleh mesin V12 6.0 liter yang menghasilkan 789 tenaga kuda dan 811 lb-ft torsi. Ini adalah mesin yang sama yang digunakan di Zonda Cinque. Mesin ini dikawinkan dengan transmisi manual 6-speed, yang merupakan pilihan yang cukup langka di antara mobil super modern.Desainnya juga sangat unik. Zonda HP Barchetta memiliki atap yang sangat rendah, hampir seperti mobil balap. Ini juga memiliki roda belakang yang sebagian besar tertutup, yang merupakan ciri khas dari mobil balap klasik. Selain itu, mobil ini dilengkapi dengan spoiler belakang yang besar dan splitter depan yang agresif.Namun, apa yang benar-benar membuat Zonda HP Barchetta spesial adalah harganya. Dengan harga sekitar $17 juta atau setara 255 miliar rupiah, ini adalah salah satu mobil termahal yang pernah dijual.“Bukankah ini menakjubkan? Tidak hanya aku memiliki rumah seharga 275 miliar, tapi sekarang aku juga memiliki kendaraan bernilai 255 miliar!”Tidak sabar untuk melihat mobilnya, Ian segera pergi ke halaman depan, dan mengeluarkan mobil Pagani Zonda HP Barchetta dari Inventori Sistem. Ia terpesona oleh keindahan mobil super sport edisi terbatas itu. Mobil itu memiliki warna biru metalik yang mengkilap, dengan garis-garis putih yang menambah kesan sporty. Mobil itu juga memiliki roda berdesain unik, dengan velg berwarna emas dan ban berwarna hitam. Pagani Zonda HP Barchetta memiliki bentuk yang aerodinamis, dengan sayap belakang yang besar dan lampu depan yang tajam.Ian membuka pintu mobil dan melompat ke dalam. Dia merasa seperti masuk ke dalam kabin pesawat ruang angkasa. Interior mobil itu sangat mewah dan modern, dengan kursi yang berwarna biru dan krem, serta sedikit motif tartan. Dashboard mobil itu penuh dengan instrumen digital dan analog, yang menunjukkan berbagai informasi tentang performa mobil. Setir mobil itu berbentuk bulat, dengan tombol-tombol yang bisa mengatur berbagai fungsi mobil. Transmisi mobil itu manual, dengan enam gigi yang bisa dipilih. Mobil itu juga memiliki sistem audio yang canggih, yang bisa memutar musik favorit Ian dari berbagai sumber.Ian merasa sangat bahagia dan bangga memiliki mobil Pagani Zonda HP Barchetta. Ia tidak sabar untuk mencoba kemampuan mobil itu di jalan raya. Ian menyalakan mesin mobil dan mendengar suara yang menggelegar. Ia lalu menginjak pedal gas dan merasakan sensasi yang luar biasa. Mobil itu melaju dengan sangat cepat dan stabil, membuat Ian merasa seperti terbang di udara.Dengan mobil mewahnya itu, Ian memacu mobil mewahnya melewati jalan-jalan yang familiar baginya. Setelah beberapa saat, ia tiba di rumah kost lamanya. Dengan santai, ia membuka pintu mobil dan melangkah keluar. Mata semua tetangga yang sedang beraktivitas langsung tertuju pada kehadiran mobil biru metalik yang mempesona itu."Zeus, kali ini aku akan membunuhmu!” teriak Ian penuh keyakinan. Zeus menatap Ian dengan mata yang memancarkan cahaya keemasan. Di baliknya, ada kekuatan yang mengguncang alam semesta. Ian merasakan getaran itu, seolah langit dan bumi bergetar dalam irama yang tak terduga. “Jangan terlalu yakin dulu, Ian! Aku masih punya kartu As yang bahkan belum aku gunakan saat melawan Ryan!” ujar Zeus dengan tenang. Suaranya seperti guntur yang merayap di udara, menggema di telinga Ian. Hal ini tentu mengagetkan Ryan, yang semenjak tadi telah bertarung secara seimbang dengan Zeus. “Maksudmu, kamu tadi belum benar-benar serius?” Ryan menatap Zeus dengan pandangan campuran antara kagum dan ketidakpercayaan. Zeus hanya tersenyum, namun senyuman itu seakan menunjukkan konfirmasinya. “Mode Dewa: Petir Surgawi!” serunya. Cahaya keemasan di matanya semakin terang, dan angin berputar di sekitarnya. Ian merasa seolah berada di pusat badai. Petir tiba-tiba menyambar entah dari mana, dan mengenai tubuh
Balor menatap Ian dengan mata yang penuh tekad. "Aku akan mengembalikan Otoritas yang telah kucuri dari Hades." Sebuah cahaya keemasan muncul dari tengah dahi Balor, terbang dan merasuk ke kepala Ian.Ian merasakan sesuatu yang kembali padanya, kekuatannya mendekati sempurna. "Ini?" tanyanya, terkejut."Ya," jawab Balor dengan suara yang semakin lemah. "Dengan ini, Jalan Asura telah kembali pada penguasa samsara." Ia menoleh ke arah Verethragna. "Hei, cepat beri Ian senjatamu!"Verethragna tertawa. "Chill bro~" ucapnya. "Ian, aku memang tidak bisa mengembalikan Otoritas Jalan Deva, tapi aku bisa memberimu sebuah senjata terkuat yang dapat membunuh apapun."Verethragna memejamkan matanya, menciptakan senjata yang sesuai dengan bayangannya. Dari ruang kosong di depannya, cahaya emas menyeruak. Cahaya itu membentuk bilah dan gagang pedang.Pedang itu memiliki bilah panjang dan tajam, terbuat dari baja legendaris yang sudah tidak ada lagi di
Ketika pil itu meluncur melewati kerongkongan Ian, tiba-tiba tubuhnya diselimuti oleh api hijau. Namun, anehnya, api itu tidaklah panas; sebaliknya, ia merasa hangat dan nyaman. Luka-luka di tubuhnya sembuh dengan cepat, bahkan lebih dari yang efek kemampuan Healing Factor miliknya."Inikah kekuatan yang aku dapatkan dari pil NTZ?" gumam Ian, memandangi kedua tangannya dengan keterkejutan.Namun, suara tajam membuyarkan lamunan Ian. "Tentu saja tidak, bodoh!" ujar sosok yang muncul dari atas langit. "Itu adalah kekuatan dari Api Lotus Hijau milikku."Sosok itu turun perlahan, sayap-sayapnya yang berjumlah dua belas terbentang dengan megah. Setiap sayapnya memiliki warna yang berbeda, mereka semua terbuat dari berbagai macam Api Surgawi."Ian Herlambang," kata sosok itu dengan nada dingin, "aku tak menyangka kamu telah mencapai ranah Celestial. Namun, aku melihat bahwa ini bukanlah pencapaianmu sendiri. Ranah kultivasimu masih belum stabil. Beristi
Gelombang kejut dari benturan kekuatan yang dahsyat itu merambat dengan cepat, mengguncang bumi dan langit. Bumi bergetar, seakan-akan planet ini menahan nafas terakhirnya. Di kota-kota besar Indonesia, gedung-gedung menjulang seperti pohon-pohon raksasa yang terguncang oleh badai. Kaca-kaca jendela pecah, mengirimkan serpihan tajam ke jalanan yang berubah menjadi medan perang. Teriakan panik memenuhi udara, menciptakan simfoni ketakutan yang menggema di antara reruntuhan.Di wilayah pesisir, air laut mengundur sejenak, mengejar takdirnya yang tak terhindarkan. Lalu, ombak raksasa muncul, menggulung daratan dengan amarah yang tak terkendali. Tsunami itu menghancurkan segala yang ada di jalurnya: kapal-kapal terangkat dan terhempas ke darat, rumah-rumah luluh lantak, dan manusia berlarian tanpa arah, berusaha menyelamatkan diri dari amukan alam yang tak terbendung. Mata mereka dipenuhi ketakutan, melihat bencana bak kiamat ini.Jakarta, kota yang pernah ramai dan be
Angin malam berhembus kencang, membawa desau yang menegangkan. Ian, dengan napas yang tersengal, mengumpulkan sisa kekuatannya. "Aku belum selesai, Zeus!" serunya, matanya menyala dengan tekad yang tak tergoyahkan. “Aku tak akan pernah membiarkanmu menyentuh Lisa!”Zeus hanya tertawa, suaranya bergema seperti guntur yang menggelegar. "Kau pikir kau bisa mengalahkanku hanya dengan kekuatan sebesar itu?" ejeknya sambil mengangkat tangannya tinggi-tinggi. Dari ujung jari-jarinya, tombak petir mulai terbentuk, cahayanya menyilaukan dan memancarkan energi yang mengerikan. “Baiklah, aku beri kamu kesempatan untuk menghiburku lagi. Dan kali ini, aku tidak akan diam saja, jadi …”“Jangan kecewakan aku,” bisik Zeus dengan suara yang tegas dan berat. Setiap kata yang terucap menekankan ancaman yang tersirat.Ian mengencangkan genggaman tangannya, cahaya di matanya semakin berkobar. "Demi Lisa, dan demi seluruh orang yang takdirnya telah kau permainkan, aku tidak aka
Bulan purnama yang terang benderang seakan menjadi saksi atas pertemuan dua kekuatan besar di langit Jakarta yang malam itu terasa berbeda. Aura tegang menyelimuti kota, dan angin malam berhembus seolah-olah ingin menceritakan kisah epik yang akan terjadi.Di bawah sinar bulan yang memantulkan cahaya putih, Ian berdiri dengan rambutnya yang mengalir bagai sungai perak. Matanya yang biru kehijauan bersinar tajam, menembus kegelapan malam, penuh dengan tekad yang tak tergoyahkan.Di hadapannya, Zeus berdiri megah, senyumnya lebar dan penuh dengan kegembiraan pertempuran. Sorot matanya yang berkilau menandakan ia siap untuk pertarungan yang telah lama dinantikan.Baik Ian ataupun Zeus, mereka berdua adalah Overgod, eksistensi yang telah melampaui batas-batas manusia biasa, dan malam itu, mereka akan menunjukkan kekuatan mereka yang bisa mengguncang alam semesta.Dalam kesunyian malam yang hanya ditemani gemerlap bintang, Ian berbisik mengucapkan nama
Zeus terbang di atas langit Jakarta yang kelabu, pakaian putih yang biasa ia kenakan kini terkoyak-koyak, menandakan ledakan dahsyat yang baru saja terjadi. Di bawahnya, kawah raksasa seluas 10 kilometer membentang, asap dan debu masih mengepul dari tanah yang hangus. Sekitar 20 Celestial tergeletak dengan luka-luka mendalam, termasuk Fortuna yang terbaring lemah, sementara yang lainnya lenyap ditelan ledakan.Bagaimanapun juga, Hades adalah kultivator dengan ranah Celestial Puncak. Meski dia telah memberikan otoritasnya pada Ian, tapi dia masih memiliki energi melimpah yang cukup untuk membunuh semua kultivator di bawah ranah Celestial Puncak. Tindakan Hades ini telah mengguncang fondasi organisasi Kadukeus, namun Zeus hanya tertawa ringan di atas sana. Zeus tampak tidak mempedulikan ada atau tidaknya Kadukeus. Karena baginya, selama hal itu menyenangkan, maka ia tidak akan memperdulikan hal lain. Dan apa yang dilakukan Hades, cukup menghiburnya."Adikku
“Huh?” Ian menoleh ke samping, telinganya menangkap suara ledakan yang menggema dari kejauhan. Langit malam yang sebelumnya gelap kini terang benderang oleh letupan cahaya yang mirip dengan matahari terbenam, namun tiba-tiba saja, sebuah cahaya keemasan yang menyilaukan melintas bagai bintang jatuh dan menghantam tubuhnya dengan kekuatan yang luar biasa, menghempaskan tubuh Ian ke tembok. Dalam sekejap, tembok tersebut langsung retak dan hancur berkeping-keping, debu dan puing berserakan di udara.Cahaya itu kemudian meresap masuk ke dalam tubuh Ian, menyebabkan rasa sakit yang tak tertahankan. Cahaya keemasan itu seolah menjadi cairan panas yang mengalir di setiap pembuluh darahnya, membuat Ian meronta kesakitan seperti binatang buas yang terluka parah.Di tengah rasa sakit yang memuncak, suara sistem terdengar kacau di telinganya.[Ding!][Mendeteksi adanya energi asing yang mencoba menyingkirkan sistem]Ian mengerang kesakitan, tubuhny
Zeus melayang di atas reruntuhan yang masih mengepulkan asap, tatapannya dingin dan tak tergoyahkan menembus ke bawah ke arah para anggota Zodiak yang terkapar tak berdaya."Sampai di sinilah perjuangan kalian berakhir," suaranya tenang namun mengandung otoritas yang tak bisa ditolak. "Sekarang, aku akan mengambil kembali apa yang seharusnya menjadi milik kami."Zeus mengangkat tangannya tinggi-tinggi. Petir berkumpul di telapaknya, berputar dengan liar dan bersinar terang hingga menyilaukan mata. Dengan satu gerakan tegas dan pasti, ia melepaskan bola petir itu ke arah Libra dan rekan-rekannya yang sudah tidak berdaya.Mereka hanya bisa menatap dengan pasrah pada serangan maut yang mendekat. Cahaya biru yang menyilaukan memancar dengan intensitas yang memenuhi pandangan, menelan tubuh Libra, Virgo, Sagitarius, dan Aquarius dalam kilauan yang membutakan.Dentuman keras menggema, membelah kesunyian malam yang kacau. Ledakan itu begitu dahsyat hingg