Share

Pelaku Genangan Air

Di pagi harinya.

Matahari mulai menunjukkan teriknya melalui celah-celah tirai jendela kamar Nayara yang menyorot langsung ke tempat tidurnya yang terlihat sudah sangat rapi.

Nayara keluar dari kamarnya. Tangan kanannya membuka pintu dan langsung menghadapkan dirinya pada pemandangan kedua orang tuanya yang Tenga bersiap pergi ke kedai untuk kembali berjualan.

"Nay, kok udah rapi? Mau ke mana?" tanya ayahnya yang seketika menghentikan kegiatannya yang sedang memasukkan bumbu-bumbu dapur ke dalam sebuah tas besarnya yang khusus untuk membawa bahan-bahan untuk berjualan di kedai.

Nayara hanya bisa menyimpulkan garis bibirnya dengan indah dan manis. Dia segera duduk di samping Ibunya yang sedang mengemas sayuran hijau.

"Hari ini Nay ada interview kerja. Semoga keterima, doain ya! Bu, Yah!" seru Nayara yang langsung menyambar roti dan juga meneguk habis satu gelas susu dalam sekaligus.

"Kamu kerja di mana?" tanya ayahnya tiba-tiba sambil Mengerutkan kulit dahinya dengan tatapan kedua mata yang membuat Nayara menjadi gugup dibuatnya.

"Nama perusahaannya G Grup aja Yah, kerjaan ini tawaran dari temen aku yang datang kemarin ke kedai itu..." jelas Nayara dengan kecanggungannya yang tak beralasan. Dia hanya mematung ketika mendapati sikap dari ayahnya yang tiba-tiba membuatnya gugup.

Si Ayah menarik napas panjangnya, kemudian menghela secara perlahan. Wajahnya berubah menjadi tersenyum.

"Ya sudah kamu hati-hati! Mau pakai mobil?" tawar nya sambil menyodorkan kunci mobil miliknya yang sudah berusia agak tua. Ayahnya Nayara sengaja membeli mobil tersebut untuk keperluannya ke pasar membeli bahan-bahan memasak dan berjualan di kedai.

"Eum, gak usah Yah, aku pakai sepedaku aja. Aku pamit yah!"

Nayara segera bergegasg menyalami tangan kanan kedua orang tuanya secara satu persatu. Kemudian dia pergi keluar rumah dengan menuntun sepeda kayuhnya yang sangat jarang dia gunakan walau sudah dia miliki selama tiga tahun terakhir ini.

Akan tetapi, sepeda itu akan menjadi saksi bisu akan perjuangan dirinya dalam bertahan hidup demi mengembalikan kehidupannya yang terdahulu dan akan lebih baik lagi dari sebelumnya.

Nayara dengan semangat yang bergejolak di dalam tubuhnya dia mengayuh sepeda miliknya atas trotoar tempat orang banyak yang berlalu lalang dan berjalan kaki disekitarnya.

Dihari yang cerah ini jalanan cukup padat dan macet oleh para pengemudi mobil dan mengendara bermotor. Maka sepeda memang menjadi pilihan yang terbaik untuk menembus kemacetan itu agar dirinya tak terlambat untuk menghadiri interview yang akan dia lakukan.

Di satu sisi lainnya.

Kendrick yang sudah pulih sepenuhnya kini dia memenuhi permintaan kakeknya untuk mempimpin perusahaan Gibran Grup. Saat ini dirinya tengah berada di dalam perjalanan menuju kantornya dengan suasana hatinya yang sedang kesal karena melihat jalanan menuju kantornya terlihat sangat macet. Ramai dan penuh sesak. Sehingga tak mungkin dirinya akan sampai di kantor dalam waktu satu jam saja.

Napasnya mulai tak beraturan, tangannya melonggarkan ikatan tali dasi yang tersemat dilehernya. Kemudian dia membuka satu kancing kemeja paling atas. Pandangan matanya sudah tak karuan dihinggapi rasa kesal akan kemacetan yang membuatnya tertahan di tengah perjalanan menuju kantornya.

"Apa tidak ada jalan lain" tanya Kendrick menatap si supir melalui spion mobil.

"Tidak ada tuan, jika pun ada  kita tak akan bisa bergerak di dalam kemacetan yang parah ini," jawabnya dengan melirik ke arah spion untuk menatap tuan Gibran yang sedang gelisah di belakang kemudi.

"Sial!" umpatnya sambil memukul kursi jok mobil dengan sangat keras. Si supir yang melihatnya menjadi keringat dingin melihat tuannya yang sedang marah bah api membara.

Dia tak mau berlama-lama terlarut dalam kemacetan jalanan ibukota ini. Dia harus segera sampai di kantor dalam waktu kurang dari satu jam saja.

Kendrick sendiri adalah seorang pemimpin yang selalu berusaha untuk menataati segala peraturan yang ada walaupun Sebenarnya dialah yang nanti akan menjadi pemilik perusahaan yang sedang dia pimpin tersebut.

Dia hanya ingin memberikan contoh kepada para karyawan-karyawan lainnya agar selalu dapat mematuhi seluruh aturan yang ada tanpa terkecuali agar perusahaan dapat berjalan dengan baik dan semestinya.

"Buka pintunya! Aku turun di sini saja!" perintahnya yang berusaha kembali merapikan pakaiannya.

Kendrick turun dari kendaraannya tanpa berpikir panjang. Dia berjalan menyusuri jalanan trotoar demi sampai ke kantor sambil menatap ke sekitar barangkali ada taksi yang mungkin dapat dia tumpangi.

Di jalanan rupanya tindakan Kendrick yang Berjalan kaki dengan tampilan mewah mengenakan jas mahal dan wajah yang bah seorang model tengah Berjalan di karpet merah menarik banyak perhatian pejalan kaki lainnya.

Menyadari akan dirinya yang sedang menjadi pusat perhatian, Kendrick berusaha bersikap acuh dan berjalan tanpa menoleh ke sana kemari. Matanya hanya fokus pada jalanan saja dan pikiran yang ingin segera sampai ke kantor.

Dari arah belakang, ada Nayara dengan laju sepeda yang cepat karena terburu-buru.

"Permisi.. Permisi.. Maaf ya!!" seru Nayara berulangkali pada setiap pejalan kaki yang dia lalui. Sebisa mungkin Nayara berusaha untuk tak sampai mengganggu apalagi sampai menabrak para pejalan kaki dan orang sekitarnya.

Mendengar seruan Nayara, beberapa orang pejalan kaki mengisikan diri untuk memberi jalan pada Nayara dan juga sepedanya.

Langkah kaki Kendrick terhenti ketika dirinya mendapatkan sebuah panggilan di ponsel nya. Tangannya bergerak merogoh saku dalam jasnya. Ketika itu pula Nayara yang sedang terburu-buru mengayuh sepedanya dengan cepat demi memburu waktu, dia tak melihat jika tepat di depan dirinya di samping ada pria berjas berdiri sedang menerima telepon.

Splaaasssshhhhh!!!!!

Tiba-tiba saja air genangan yang ada di depan Kendrick tersibak ke pakaian dan wajah Kendrick oleh roda ban sepeda yang dikemudikan oleh Nayara. Tubuh Kendrick berhasil basah kuyup dan juga kotor termasuk wajahnya.

"Hey!!!!" Panggil Kendrick dengan suara lantang. Dia begitu kesal menatap si pengemudi sepeda yang berlalu begitu saja melaluinya tanpa mengucapkan kata maaf.

Mendengar dirinya dipanggil Nayara hanya sempat berhenti dan menoleh ke asal suara yang memanggilnya. Seketika matanya langsung terperejat betapa terkejutnya dia ketika melihat orang baru saja dia lalui ternyata terciprati genangan air yang tadi dia lewati.

"Maafkan aku!" seru Nayara dengan suara lantang juga dan kemudian dia kembali melanjutkan perjalanannya dengan rasa bersalah.

"Hey kau berhenti!" panggil Kendrick lagi dengan nada yang lebih tinggi lagi. Tangannya menunjuk kesal pada si gadis yang tengah mengayuh sepedanya dengan terburu-buru.

Tangannya mengibas-ibas pakaiannya yang basah dan kotor.

"Aiisshhh!!! Sialan!" umpatnta dengan wajah yang menyeringai penuh dengan amarah.

Lengkap sudah halauan dan kesialan di hari pertamanya yang menjabat sebagai CEO atau dengan lengkapnya Chief Executive Officer yang ditunjuk langsung oleh kakeknya sendiri yang tidak lain adalah direktur utama sekaligus pemilik Gibran Grup.

Dengan sangat terpaksa dia melanjutkan kembali perjalanannya untuk menemukan taksi yang dapat mengantarkannya menuju kantor.

"Jen, kamu siapa pakaian untuk sekarang juga di kantor!" perintahnya pada sekretarisnya dengan sangat kesal dan penuh amarah.

"Baik!" setuju Jennie di balik telepon.

Membutuhkan waktu dua jam kurang Kendrick pun baru tiba di depan gedung Kantornya. Ketika itu dia melihat sebuah sepeda yang tak asing baginya di depan pintu masuk gedung. Langkahnya pun segera tertuju pada sebuah sepeda yang hanya satu-satunya terparkir di sana.

Matanya langsung terbelalak dan jari telunjuknya menunjuk-nunjuk ke arah sepeda berwarna putih dan merah muda tersebut. Dia tampak sangat mengenal dengan sepeda itu. Dia tahu jika pelaku yang membuat pakaiannya menjadi basah dan kotor sedang berkeliaran di dalam gedung kantornya.

Setelah berganti pakaian dia pun langsung berjalan ke ruang meetingnya yang terdapat kliennya yang sudah menunggunya hampir dua jam lamanya. Ketika dirinya keluar dari lift dia bertabrakan dengan gadis yang sama, gadis yang membuat pakaiannya menjadi basah dan kotor dan secara otomatis membuatnya mengulur waktu untuk menemui kliennya.

“Maaf maaf!” Seru gadis itu sambil melengos begitu saja. “Berhenti!” Kesalnya sambil berjalan keluar dari lift dengan tangan yang menjumput pakaian gadis itu hingga langkah kakinya terhenti dan malah mundur ke dekatnya.

“Jika kau ingin meminta maaf! Katakanlah itu dengan tulus!” Ujarnya yang membuat si gadis itu ketakutan bukan main. “Ma Maafkan aku!” Seru gadis itu sekali lagi. Di membungkukkan tubuhnya ke hadapan Kendrick. “Hey Nayara!” Panggil salah satu karyawan yang bernama Jenny. Seketika gadis itu langsung menoleh ke asal suara yang memanggil namanya. “Pak!” Karyawan itu seketika langsung membungkukkan tubuhnya ke hadapan Kendrick sebagai penghormatan seorang karyawan pada atasannya.

“Maaf pak! Pak Hartanto sudah menunggu sedari tadi!” Ujarnya sambil mempersilakan dengan tangannya menunjuk ke arah ruangan yang berada di depannya. Tanpa pikir panjang Kendrick langsung melepaskan tangannya dan pergi memasuki ruangan itu. 

Barulah si gadis bernama Nayara itu terlihat dapat bernapas dengan lega. “Kau ini sedang apa? Cepat bergabung dengan yang lainnya!” Suruh Jenny si asisten pribadi Kendrick yang sudah mengabdikan hidupan selama enam tahun hanya untuk menjadi asisten Kendrick yang tak kenal waktu entah itu siang atau pun malam. Entah itu dalam waktu jam kerja atau pun waktu libur. Bagi Jenny waktu liburnya adalah ketika si atasannya itu sedang tertidur atau kematian yang menimpanya atau pun menimpa bosnya tersebut.

Kendrick dengan gayanya yang terlihat sangat berwibawa dan terlihat angkuh membuatnya selalu di maklumi oleh kliennya karena mereka merasa segan untuk menunggui kedatangannya dalam acara rapat tersebut sebab dalam hal itu Kendrick lah yang menurut mereka kerjasama dengan Kendrick adalah sesuatu hal yang perlu di sabari dan di perjuangkan.

Sebab Kendrick memiliki investasi dan perusahaan yang cukup besar bagi para mereka yang ingin kerja sama atau pun berinvestasi dengannya.

Kendrick tampak gagah dalam rapat tersebut sehingga terkadang membuat kliennya yang mewakili perusahaan mereka dibuat lupa diri oleh pesona yang Kendrick miliki. Terutama bagi mereka-mereka kaum wanita yang selalu di buatnya meleleh oleh ketampanannya walau pun sering terdengar di luaran sana jika Kendrick adalah pria yang berdarah dingin dan angkuh. Belum pernah ada yang berhasil seorang wanita pun yang dapat meluluhkan hatinya. Terkecuali mantan kekasihnya yang dulu pernah singgah di hatinya. Namun sekarang telah pergi meninggalkannya ke negara bagian Eropa.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status