"Dimana kekasihmu?" tanya Piter sambil meletakan peralatan medisnya di meja yang terletak di samping tempat tidur rumah sakit. "Mandi," sahut Luke singkat dengan wajah yang masih terlihat kesal."Sepertinya dia pecinta kebersihan juga, sama sepertimu ... selamat kawan, kalian memang pasangan yang tercipta dari surga," goda Piter sambil duduk di sebelah Luke.Luke yang awalnya memasang wajah cemberut mulai tersenyum mendengar kata-kata sahabatnya itu. Entah mengapa dia merasa senang mendengar kata-kata piter, sekalipun itu hanya bermaksud untuk menggodanya.Ara keluar dari kamar mandi dan terkejut melihat orang tambahan di kamar rawatnya."Dia datang untuk memeriksa kamu," kata Luke menjelaskan."Oh ...."Ara berjalan ke arah tempat tidur dan membiarkan Piter melakukan pemeriksaan akhir sebelum pulang kepada dirinya.Sementara itu, di sebuah rumah besar bergaya antik, Thomas tampak mondar mandir didepan Winnie hingga membuat tunangannya itu merasa pusing melihatnya."Apa yang bisa kam
"Dari mana kamu tahu kalau aku tidak akan jatuh cinta kepadanya? Kamu percaya diri sekali," kata Ara sinis sambil melipat tangan di depan dada. "Bukankah begitu? Thomas mengatakan semua itu kepadaku. Katanya kamu sampai dirawat di rumah sakit karena tidak bisa tidur dan memikirkan aku setelah kita bertemu di kafe waktu itu."Ara memutar bola matanya mendengar kata-kata Joan. Jadi sepupu laki-lakinya tersayang itulah yang membuat Joan begitu yakin akan perasaannya kepada dirinya."Aku sakit karena flu dan perlu kamu tahu aku tidak bisa tidur bukan karena memikirkan kamu tapi aku memikirkan dia!" kata Ara sambil menepuk bahu Luke meyakinkan.Luke terkejut mendengar kata-kata Ara. Dia menoleh dan menatap Ara tertegun. Benarkah Ara tidak bisa tidur karena memikirkannya?Luke merasa dadanya berdebar hangat ketika mengetahui gadis yang diimpikannya siang malam juga ternyata memikirkan dirinya."Kamu bohong!" kata Joan tidak terima."Aku tidak bohong, saat itu aku tidak bisa tidur karena m
Max hanya mendengus mendengar kata-kata Rina. Pantas saja, dia sudah berapa kali menyodorkan wanita untuk menjerat Wei ke dalam rencananya namun, selalu gagal karena Wei sama sekali tidak terlihat tertarik saat melihat wanita-wanita itu.Keesokan harinya, Rina yang telah berganti nama menjadi Clara datang ke perusahan Wei untuk melamar kerja. Dia diterima langsung oleh kepala HRD karena posisi yang ditawarkan ini merupakan posisi yang sangat penting. Sebelum berkas diserahkan kepada Wei, kepala HRD harus memastikan dulu kalau pelamar tersebut memang benar-benar layak.Setelah melakukan beberapa tes wawancara, kepala HRD mengatakan akan memberikan kabar secepatnya kepada Clara."Kami akan menghubungi anda melalui nomor yang tertera di berkas lamaran untuk keputusan diterima atau tidaknya anda bekerja di perusahan ini," kata pihak HRD kepada Clara."Oke, tidak masalah," kata Clara percaya diri.Dia sangat yakin bisa mendapatkan pekerjaan itu, karena tidak ada yang lebih mampu untuk me
"Mengapa kamu bertanya seperti itu?" tanya Wei heran."Aku melihat kamu mulai menghindari aku akhir-akhir ini ... tolong katakan kepadaku, apakah aku telah melakukan kesalahan yang membuat kamu enggan bertemu denganku?" tanya Clara tidak menyembunyikan rasa tertekannya di hadapan Wei."Tidak, kamu tidak melakukan kesalahan, hanya aku memang sedang tidak memerlukan dirimu.""Apakah kamu hanya akan mencari aku jika sedang memerlukan ku?"Tentu saja, mengapa aku harus mencari mu jika aku tidak memerlukan kamu?"Clara terdiam. Dia merasa tertohok dengan jawaban santai Wei. Sekarang dia mulai bertanya-tanya sebesar apa cinta Wei kepada Ara dan sejauh mana rasa bersalahnya? Nyatanya pria ini tetap bersikap biasa saja padanya walaupun awalnya agak terkejut melihat wajahnya yang mirip Ara.Malam harinya, Clara mengadakan pertemuan dengan Max untuk membahas sikap Wei kepadanya."Aku sudah bilang, bagaimana mungkin orang yang dingin seperti dia akan memperlakukan seorang wanita secara emosiona
"Teruslah mengingatnya dan jangan lupakan bagaimana kamu telah melukai perasaan adik Perempuanku itu hingga dia mengambil keputusan konyol dan mengorbankan dirinya," kata Arga sambil menaruh buket bunganya di sebelah milik Wei.Wei hanya diam mendengar kata-kata kakak iparnya. Dia tahu Arga memang memendam dendam kepadanya sejak adik perempuannya menjadi korban dan tewas dalam kecelakaan pesawat itu."Bagaimana kabar mama papa?" tanya Wei mengalihkan pembicaraan.Dia tidak ingin berkelahi lagi dengan kakak iparnya ini di depan makam istrinya. Wei takut jika hal itu akan membuat istrinya bersedih dan membuat istirahat abadinya menjadi tidak tenang."Bagaimana lagi? Tentu saja mereka terus berkabung dalam penyesalan karena telah memberikan putri kesayangan mereka kepadamu dan membuatnya celaka," kata Arga blak-blakan.Arga menyaksikan sendiri bagaimana wanita yang melahirkannya dan Ara sampai saat ini masih terus menangis jika menatap foto putri kesayangannya."Kalau ada kesempatan aku
Luke datang ke rumah Paul namun, Ara sedang pergi ke mall mengantar mamanya belanja sekaligus membeli beberapa kebutuhan untuk perjalanan ke Indonesia."Apa yang membawamu datang ke sini?" tanya Paul santai sambil mempersilahkan Luke duduk di sofa."Aku dengar Ara akan paman ajak ke Indonesia?" "Itu benar ... apakah kamu mau ikut juga?" goda Paul membuat telinga Luke memerah karena malu."Ehm ... sebenarnya aku khawatir ketika mendengar Ara akan kembali ke Indonesia," kata Luke terus terang.Dia awalnya tidak ingin memberitahu Paul akan pengalaman pahit Ara saat dia masih di Indonesia namun, rasa khawatirnya ini benar-benar membuatnya harus mengingatkan Paul agar papa angkat Ara ini bisa benar-benar menjaga Ara saat di Indonesia nanti."Kenapa kamu khawatir?" tanya Paul serius.Dia ingin tahu apakah Luke mengetahui kalau Ara bukanlah Lanara anak kandungnya. Paul juga ingin tahu apakah Luke mengetahui Ara memiliki keluarga yang masih lengkap di Indonesia karena keduanya selama ini beg
"Maafkan aku, mungkin aku terlalu berlebihan karena sangat mengkhawatirkan kamu," kata Luke sedikit malu.Luke sadar, seharusnya dia tidak perlu bersikap berlebihan namun, apalah daya dirinya tidak bisa menghindari rasa khawatir kalau wanita yang dicintainya ini akan kembali disakiti oleh mantan suaminya dan bersedih."Tidak apa-apa, wajar saja jika kamu khawatir karena kamu adalah sahabatku," hibur Ara.Walau dia merasa jengah dengan sikap protective Luke yang berlebihan tapi Ara sadar semua itu untuk kebaikannya sendiri.Diam-diam Ara merasa bersyukur dan berterimakasih kepada Luke atas perhatian dan cintanya selama ini."Apakah kamu benar-benar akan ikut paman ke Indonesia?" tanya Luke masih tidak bisa menyembunyikan rasa khawatirnya.'Apa yang akan Ara lakukan jika dia kembali bertemu dengan mantan suaminya?' batin Luke resah.Luke mulai mempertimbangkan untuk ikut juga ke Indonesia namun, dia ingat masih ada beberapa pekerjaan di Prancis yang harus segera dia selesaikan."Ya. Aku
"Aku dengar kamu akan membawa cucu Perempuanku ke Indonesia," kata Stefani kepada Paul ketika anak laki-lakinya itu datang berkunjung ke rumah besar dan menemaninya makan malam."Hmm," sahut Paul sambil menganggukkan kepalanya dan meneruskan makannya kembali."Mengapa kamu membawanya?" tanya Stefani tidak menyembunyikan rasa tidak setujunya.Ara pernah mengalami kecelakaan ketika hendak pulang ke Prancis dari Indonesia. Mengapa anaknya ini malah ingin membawanya ke negara itu lagi?"Aku ingin dia menangani beberapa proyek kerjasama antara aku dan salah satu pengusaha muda yang ada di Indonesia.""Mengapa harus dia? Ara hanyalah anak perempuan ... mengapa kamu tidak menyuruh Thomas saja untuk mewakili kamu memegang pekerjaanmu di Indonesia?" tanya Stefani terlihat tidak puas dengan keputusan putranya saat ini.Thomas yang saat ini sedang ada di meja yang sama dengan Paul dan Stefani tidak bisa menyembunyikan sinar di matanya.Sudah lama dia mengincar posisi sebagai tangan kanan Paul di