Share

Kebangkitan Naga Terakhir
Kebangkitan Naga Terakhir
Penulis: Orekyu

Bagian 1

Sekuat-kuatnya sebuah kekuatan, tidak dapat dipungkiri tetap memiliki kelemahan. Sama halnya ketika Klan Naga di Kerajaan Eros dimusnahkan oleh oknum pengkhianat, kendati klan tersebut diagungkan sebagai yang terkuat. Klan, yang konon tidak akan musnah meski seribu tahun berlalu dan akan tetap menduduki takhta.

Lantas, apa kelemahan Klan Naga?

Terlalu naif!

Benar, meski disebut klan terkuat sepanjang sejarah Eros, tetapi Klan Naga begitu naif, berpikir semua klan akan selalu damai di atas kepemimpinan mereka. Tidak akan ada pemberontakan, perang, bahkan kematian yang sia-sia karena rasa dengki. Tanpa sadar menumbuhkan kelengahan lantaran terlalu lama menjadi penguasa. Meski Klan Naga benar pemegang kekuasaan Eros yang sah.

Dasarnya, Klan Naga memimpin tiga klan kuat lainnya: Klan Singa, Klan Rubah, dan Klan Kuda.

Hanya saja, tidak semua klan akan sependapat terlebih mereka yang haus kekuasaan. Memanfaatkan kelengahan Klan Naga, sosok lain dengan aura kelicikan sepekat malam mulai mendekat dan merusak Klan Naga dari dalam. Pada akhirnya, klan tersebut musnah dalam pembantaian yang dikenal sebagai malam merah. Malam, di mana nyaris semua Klan Naga saling melukai hingga membunuh satu sama lain.

Impian yang sudah mereka bangun sejak lama nyatanya berbalik menyerang.

"Runtuhkan Klan Naga! Mereka tidak pantas lagi memimpin Kerajaan Eros! Bunuh semua penerus Klan Naga!"

"Hancurkan mereka!"

"Jangan sisakan siapapun, bahkan pelayan!"

Perintah itu terdengar bagai meriam mematikan, hendak meluluhlantakkan Klan Naga. Sosok yang dulu dikenal sebagai teman dekat pemimpin Klan Naga, seakan tidak memiliki beban mengucapkan titah tersebut. Dia tahu klan lain akan mengikuti.

Sementara sosok di balik topeng singa—simbol Klan Singa—tentu tidak bisa menyembunyikan senyum lebar yang mengembang di sudut bibirnya menyaksikan Klan Naga berada di ambang kehancuran.

"Tuan Fredrick, saya tidak pernah berpikir bahwa Anda akan berhasil mengalahkan Klan Naga."

Pemimpin Klan Singa—Fredrick Ams—tersenyum kecil. "Bukan aku," ucapnya, "dasarnya, klan manapun tidak akan pernah menang melawan mereka dalam adu kekuatan." Fredrick menggeleng. "Tetapi klan naif inilah yang termakan kepercayaannya sendiri. Lihat, mereka saling melenyapkan satu sama lain. Tugasku hanya memberi sedikit pemicu dan ... boom! Mereka meledak dan saling melukai!"

"Anda benar, Tuan."

Pria yang berdiri di sebelah Fredrick mendadak beku. Entah mengapa, dia merasa gemetar hanya dengan berdiri berdampingan dengan pemimpin klannya tersebut. Bahkan jika Fedrick tidak melakukan apapun selain menyeringai dan memerintahkan klan lain membereskan sisa-sisa Klan Naga, aura pekatnya masih saja terasa.

Sejak awal, Fredrick memasuki kehidupan pemimpin Klan Naga. Bersumpah setia menjadi teman sekaligus bawahan. Menunggu waktu yang tepat hingga celah itu terbuka, membiarkan Klan Naga rusak dan runtuh dari dalam hanya dengan beberapa kebohongan yang dia buat.

"Yang Mulia, kerabat Anda telah diam-diam mengejek Anda. Tidakkah Yang Mulia melakukan sesuatu untuk mendisiplinkan mereka agar kembali menjadi keluarga yang baik?" bisik Fredrick kepada raja Kerajaan Eros di masa lalu, dan ini adalah awal bencana bagi klan itu.

Tidak tanggung-tanggung, Fredrick mengambil hati banyak klan untuk membantunya di saat-saat terakhir, seperti yang terjadi malam ini.

Pemusnahan Klan Naga!

Fredrick lantas mengangkat dagunya tinggi ketika mendapati salah seorang bawahan berlari mendekat ke arahnya. Pria itu berdiri di atas undakan tanah, mengamati sekutu-sekutunya melenyapkannya sisa-sisa Klan Naga.

Sementara Bawahan itu mendekat, berlutut dan mengeluarkan suara gemetar dari belah bibirnya. "T-tuan, semua Klan Naga telah dilenyapkan. Mayat mereka pun telah dibakar bersama istana naga."

"Bagus!" Senyum Fredrick mengembang. Tangannya terangkat tinggi bersamaan suaranya yang menggelegar. "Wahai sekutuku! Mulai sekarang, tidak akan ada lagi Klan Naga yang kerap menganggap kita lemah! Kita telah bebas!"

"BEBAS!!"

Hanya sahut-sahutan disertai sorakan itulah yang mengisi pekatnya malam bersamaan lenyapnya Klan Naga, seolah menjadi pengiring kepergian mereka yang sama sekali tidak wajar.

Lantas, kabar menyebar secepat hembusan angin menerpa kulit. Datang membawa berita mengejutkan ke seluruh pelosok daratan Pulau Enn, tempat di mana tiga kerajaan besar berdiri: Eros, Ernes, dan Erdamus.

'KLAN NAGA MUSNAH! SALING MEMBUNUH DI ISTANA MEREKA SENDIRI!'

***

Hanya saja, tidak ada yang pernah tahu bahwa seorang pelayan yang tidak diberkati kekuatan apapun, telah berhasil membawa pergi satu-satunya garis keturunan pemimpin Klan Naga yang tersisa.

Di tengah malam gelap yang hampa, sepasang tungkai muda berlari sekuat tenaga menerjang rintangan. Membelah hutan belantara membabi buta seolah tidak peduli semua luka yang dia dapatkan. Yang dia tahu hanya harus berlari dan menjauh dari istana Kerajaan Eros yang kini terang benderang termakan luapan bara api.

"Pangeran, saya pasti akan menyelamatkan Anda." Perkataan tersebut benar-benar dilumuri perasaan sedih, terluka.

Dia telah bertekad untuk memenuhi tugas terakhir yang diberikan Raja Ryuu, pemimpin Klan Naga.

"Ini kesalahanku! Keluargaku hancur karena kebodohanku!" Raja Ryuu mencengkram kuat pergelangan tangan Ervan sementara pemuda itu telah berderai air mata. "Selamatkan Pangeran Yuu! Ini perintah terakhirku untukmu," pintanya di tengah rasa sakit akibat luka menganga di dada.

Ervan menggeleng. "Yang Mulia, Anda harus bertahan."

"Tidak ada waktu! Pergilah sementara aku akan menahan yang lain!"

Itu benar-benar penggalan ingatan mengerikan yang tidak akan pernah mati di benak Ervan.

Selama 17 tahun hidupnya, Ervan tidak sekalipun melihat kekerasan. Tidak, hingga malam berdarah ini terjadi dan kehancuran klan yang telah merawatnya dengan kasih akan berakhir mengenaskan.

Tanpa sadar, di tengah pelarian dan rasa takutnya, Ervan menumpahkan air mata. Bersamaan dengan cengkraman kuatnya di balik keranjang yang acap kali dia gunakan untuk mengumpulkan tanaman. Sebuah keranjang anyaman yang menjadi saksi bisu pelariannya bersama penerus Kerajaan Eros yang sah.

"Aku tidak akan pernah lupa apa yang kau lakukan kepada Klan Naga, Fredrick! Tanah Eros pasti akan menolakmu!" teriaknya, di antara air mata, laju larinya, dan amarah yang melebur menjadi satu.

Sementara hari terus berjalan, Ervan tidak pernah berpikir bahwa dia telah mengarungi hutan belantara selama delapan hari. Tanpa tidur yang cukup dan dalam kondisi perut kosong. Bahkan jika Pangeran Yuu terkadang rewel akibat kelaparan, Ervan masih bisa menahan diri. Sayangnya, kemampuan bertahan itu harus berakhir. Kabar baiknya, Ervan telah berpijak di depan sungai berarus deras—perbatasan Kerajaan Eros dan Kerajaan Ernes.

"Kita akhirnya tiba, Pangeran," ujar Ervan lesu, nyaris ambruk.

Tetapi, dia tidak sendirian. Sesosok berjubah di seberang sungai diam-diam mengamati datangnya pemuda Eros itu. Mengintai seolah dia baru saja mendapati mangsa baru yang berharga.

Dia menyeringai. Bibir yang kemerahan di antara kumis dan janggut tipis itu, kemudian berkata,

"Aku rasa telah mendapatkan budak bernilai tinggi."

Dan, ini adalah awal kisah perjalanan hidup sang naga terakhir.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status