Athar mencoba memberi pengertian kepada Amara, bahwa Amara harus menerima keputusan nya. keputusan yang tidak gampang, untuk dijalani saat ini. Tapi sungguh, dia tidak tega akan hal itu. Amara istri yang sangat baik, di dasar hatinya paling dalam, dia masih mencintai Amara.
"Ayolah, Mas. Kenapa kamu diam begitu? Apa kamu masih mencintai Amara? Sehingga kamu tidak berani untuk membicarakan ini?" Rasanya Maya sangat jengkel dengan sikap suaminya kali ini. Dia ingin Athar dan Amara berpisah, dan dia harus menjadi istri satu-satunya di hati Athar. Terlebih Maya mengincar harta Athar. Maya sedang mengandung bayi Athar, pewaris tunggal di keluarga Athar. Athar diam cukup lama, mana berani dia bercerai dengan Amara, sedang Amara sudah menemani nya mulai dari nol. Mega melirik tajam kearah Athar, semenjak kemarin pikiran anaknya menjadi plin-plan untuk menceraikan istri yang mandul itu. Ketiganya sedang duduk di ruang tamu yang sangat megah, semenjak tinggal dengan Athar, Mega selalu memperlakukan Amara seperti pembantu di rumah megahnya. Sengaja Mega tidak memperkerjakan orang, agar uangnya tidak habis untuk membayar orang. Toh, dari pada uangnya habis bayar pembantu. Lebih baik Amara yang melakukan semua pekerjaan rumah. Tiba-tiba Amara keluar dari kamarnya, dengan menggeret sebuah koper besar. Sudah cukup dia merasakan sengsara di rumah megah itu. Sudah cukup Amara sering makan hati, ketika diperlakukan tidak baik oleh Mega dan Athar. "Mau ke mana kamu, Amara?" Athar dalam seketika bangkit dari duduknya, dan menghentikan langkah Amara kali ini. Amara berhenti melangkah, dan melihat ketiganya dengan tatapan yang sangat sinis. "Ini yang kamu mau kan'? aku sudah ikhlas kamu dengan cewek murahan itu?" Amara menatap tidak suka kepada Maya, dan sesekali melirik kearah Mega mertuanya yang sangat kejam itu. Mega dan Maya tertawa penuh kegirangan menatap Amara. "Aku tidak menginginkan kamu keluar dari rumah ini Amara, aku ingin kita tinggal serumah." Athar dengan tegas melarang Amara keluar dari rumah ini, sesekali dia memegang tangan Amara. Dengan buru-buru Amara menarik tangannya dengan cepat. Amara menatap Athar dengan tatapan sinis dan tidak , Athar menatap dirinya dengan raut wajah yang suka sangat sedih. Athar berharap rumah tangganya dengan Amara baik-baik saja, tapi tidak dengan Amara. Dia sudah muak dengan semua ini, mereka tidak tahu, dengan siapa dia berhadapan saat ini. Amara berdiri membelakangi tubuh Athar, dan melipat kedua tangannya. Wanita cantik itu, sudah mulai ilfil dengan pernyataan dari suami yang telah mengkhianatinya. "Mas, apa yang kamu katakan itu? Aku tidak sudi hidup serumah dengannya!" timpal Maya gelagapan. Athar masih dengan tenang, dan menunggu balasan ucapan dari Amara kali ini. Dia tidak peduli terhadap ucapan Maya, terlebih lagi, ibunya yang membuat suasana kali ini menjadi runyam. "Untuk apa Athar? biarkan saja dia keluar, dia sudah tidak layak tinggal dengan kita! Dia mandul, Athar! Apa lagi dia tidak bisa mengurus dirinya sendiri. Setiap hari dia selalu menghabiskan seluruh uangmu saja, dasar wanita miskin!" tegas Mega, yang membuat hati Amara menjadi sakit. Amara masih ingat betul, rumah besar ini, Amara yang mengurusnya sendiri. Menyapu dan mengepel, bahkan masak keperluan Mega yang selalu meminta makanan yang enak. Sehingga dia lupa untuk mengurus dirinya sendiri, tapi tidak hari ini. Tugasnya telah usai semenjak Athar dengan berani membawa wanita lain yang sedang mengandung ke rumah tangga yang telah di binanya dengan susah payah. Penampilan Amara kali ini sangat cantik, sengaja dia berdandan sangat glamor sebelum pergi dari rumah Athar. Mereka kira Amara tidak bisa merawat dirinya sendiri, sungguh mereka salah besar. "Dapat uang dari mana kamu Amara? pasti pakai uang Athar bukan?" cecar Mega, dengan memegang baju Amara dengan mengejek. Amara tertawa sangat renyah, ketika mendengar ucapan Mega. "Kalian tidak tahu, dengan siapa kalian berhadapan kali ini. Tunggu saja pembalasan ku, aku yakin kalian bakalan merasakan apa yang aku rasakan!" tegas Amara. Tanpa di komandoi, Amara pergi dari hadapan Athar dan ke dua wanita licik itu. "Tunggu, Amara! Jangan pergi!" cegah Athar berulang. Athar mencoba mengejar Amara, agar Amara tidak pergi dari rumah ini. Terlebih lagi meninggalkan dirinya. "Sudah lah, Mas! Jangan berlagak gila kamu. ini keputusan yang kamu mau bukan? Aku sudah mengiyakan semuanya!" tegas Amara, dan masih berjalan ketika Athar menarik tangan Amara dengan kuat. "Aku mau kamu, Amara! Kita bisa tinggal bersama." Mungkin Athar gila kali ini, dia mulai tamak untuk memeluk kedua istrinya. "Jangan tamak, Mas. Aku tidak sebodoh itu. Aku segera selesaikan berkas perceraian kita," tegas Amara membuat Athar melongo dengan pernyataan dari istrinya."me ngakulah Maya, bahwa anak yang kamu kandung itu anak ku" cecar lelaki berperawakan tinggi, dan manis berdiri di depan Maya. dadanya bergemuruh sangat lah hebat. Dia sangat ketakutan, dan ingin pergi dari tempat itu. Semenjak di Bali, Athar dan Maya tinggal di kontrak kecil dan kumuh. Berbanding terbalik, dengan kehidupan mewah nya dulu. Sementara Athar, Luntang Lantung mencari pekerjaan di kota orang, untuk membuat ekonomi nya membaik, tapi nyatanya dia tidak menemukan kontrak kerja dengan siapapun. Mantan CEO itu masih tidak putus asa untuk mencari pekerjaan yang layak, dan dia ingin memulihkan ekonomi nya. Dia berjanji akan merebut apartemen mewah Amara dengan apapun caranya, karena dia telah bosan hidup dengan serba kekurangan. Mega sang ibu pun begitu, dia selalu meneror Athar untuk mengirimkan uang kepadanya. Karena uang untuk makan sudah habis. Maya tertegun sangat lama, Angga Pratama Wijaya, kekasih sewaktu berpacaran dengan Athar. Bahkan keduanya, sudah kumpul kebo dalam b
" aku tidak menyuruh mu, masuk. jangan mimpi kamu tinggal disini, Athar!" tatapan mata Amara begitu tidak suka terhadap Athar, yang mendesak nya untuk tinggal bersamanya. "jelas lah, aku suamimu. Kamu lupa itu, hartamu juga hartaku. terus, dari segi mana aku salah?" ucap nya menekan kan, Amara begitu muak dengan pernyataan dari Athar. perasaan nya kembali pudar terhadap Athar, padahal sebenarnya Amara masih mencintai Athar. karena dia tahu, Athar adalah seseorang yang penyabar dan penuh kasih sayang. Sebelum mertuanya meracuni hati dan pikiran dari suaminya tersebut. Bahkan Athar lupa, bahwa persidangan cerainya pada tahap akhir, dan akan menyandang status janda dan duda. bagaimana biasa, Athar datang ke Bali, dan menuntut nya untuk tinggal serumah lagi. "jangan gila kamu, aku bisa melaporkan kamu ke pihak berwajib. karena kamu mengancam keselamatan ku." tegas Amara, berlari mengejar Athar dan Maya masuk kedalam apartemen mewahnya. "wau... aku suka mas, aku suka." teriak Maya, se
"tidak apa-apa, pak." senyum mengembang Rendi, ketika pak Hendra menyetujui semuanya. " papah yakin, kamu mampu untuk itu. Dan kamu pasti bisa, membuat perusahaan kita berkembang begitu pesat! jangan sia-sia kan, kepercayaan papah kepadamu" puji pak Hendra kepada putra semata wayangnya. Keluarga Catur tergolong orang yang sangat kaya Raya, perusahaan nya ada dimana-mana. Bahkan restoran yang terkenal di Bali adalah milik dari keluarga Catur, investasi nya dimana-mana. Dan Catur masih tetap sama, dan berpenampilan sederhana tidak semewah orang kaya pada umumnya. "papah jadi mau nginep disini? atau langsung balik?"tanya Catur memastikan. "papah mau menginap disini, dulu. dan papah ingin tahu, perkembangan bisnis yang kamu geluti sekarang" senyum mengembang pak Hendra. muka Catur sangat khawatir, dia tidak ingin rencananya terbongkar begitu saja, sebelum dia mendapatkan Amara seutuhnya. karena jika papah nya ikut campur, pasti akan terbongkar siapa Catur sebenarnya. misi nya belu
Catur duduk dengan tenang, di ruang tamu apartemen Amara. Dia ingin sekali menanyakan perihal tentang Marvel. dan jujur dia sangat lah kepo, apakan benar-benar Marvel menyatakan cintanya kepada Amara. pikiran Catur semakin tidak karuan. ~ pak gawat, bos besar sedang menuju ketempat pak Catur kali ini~ sebuah pesan singkat, membuat dada Catur semakin tidak karuan. keringatnya mengucur dengan deras, dia mondar-mandir tidak menentu. langkah nya di percepat, rencananya bisa gagal jika ayahnya datang saat ini. ~jangan kesini Ren, biar aku yang menghampiri mu. Bisa-bisa gagal rencana ku, jangan sampai papah tahu soal ini. perlambat waktumu, sekiranya aku sudah sampai ketempat yang kamu tuju~ pinta Catur dengan pesan singkatnya. dengan tergesa-gesa Catur menuju ketempat, yang Catur atur untuk menemui papahnya. Selama perjalanan pikirannya tidak tenang sama sekali. "silahkan duduk, pak!" pinta Rendi, dengan menggeret kursi kebelakang. "Catur mana, Ren?" tanya Hendra dengan mene
"siapa dia, Amara?" tanya Marvel keheranan. "mantan suami" entengnya, seraya masuk kedalam mobil Marvel. "untuk apa dia, kesini?" tanya Marvel memastikan, dia tidak ingin rencananya gagal gara-gara mantan suaminya hadir kembali. Saingannya bertambah kali ini. "aku juga tidak tahu, tidak usah di pikirkan. dia bukan siapa-siapa" ucapnya, seraya menatap sebuah layar ponsel nya. "yang aku takutkan, dia akan merebut mu kembali"ucap Marvel, dan masih fokus menatap kearah Amara. " terus, apa masalahmu Marvel?" tanya Amara keheranan, seraya mengernyit heran dengan ucapan Marvel kali ini. "sebenarnya, tujuan ku malam hari ini adalah ingin menyatakan cinta, Amara. apakah kamu mau?" ucap Marvel dengan menggenggam tangan Amara dengan erat. Amara tidak menjawab dan masih menatap dalam kearah Marvel, sebenarnya dia tidak suka dengan sikap Marvel yang terburu-buru untuk menyatakan cintanya. Karena Amara tahu, Marvel adalah orang yang terkenal saat ini. "kamu sadar? kamu itu artis, da
Catur terkesima melihat penampilan Amara kali ini, sangat cantik dan anggun. Siapapun yang melihat pasti jatuh cinta dan tertarik kepadanya. "kamu sudah kalah" celetuk Marvel dengan mengece keberadaan Catur yang masih melihat kearah Amara. Amara berjalan di samping Catur dengan muka datar, karena Amara merasa kesal dengan ulah Catur yang tidak terbuka mengenai asal usul Catur. Amara dengan anggun Menaiki mobil Marvel, dengan santai Amara naik mobil Marvel dengan sangat cantik, Marvel dengan sombong menatap Catur dengan tatapan yang sangat lah dingin sekali. "mari masuk, tuan putri" senyum Marvel menggema. Amara hanya menyunggingkan senyum, tanpa banyak bicara kepada Marvel. pilihan nya sangat terpaksa menyetujui permintaan Marvel, karena dia sangat lah risih setiap hari Marvel mengganggu aktivitas nya. Amara ingin menyampaikan unek-unek hatinya, dan sekarang waktu nya sudah pas untuk itu. "aku ingin kamu menutup mata Amara" pinta Marvel seraya fokus menyetir mobilnya, lalu Am