Share

Episode 3. Berlatih

Yuasa sudah bertekat akan berlatih dengan sekuat tenaga untuk mengejar mimpinya. Masuk Akademi merupakan salah satu cara dirinya membuktikan bahwa dia bukanlah pangeran lemah. Dia ingin menutup mulut semua orang yang selalu menghinanya sebagai anak setengah manusia yang lemah. Kristal kuning juga bisa bertarung, dan dia ingin mengubah pandangan semua orang tentang kristal kuning adalah kristal yang lemah.

“Jangan menyerah,” ucap Yuasa terus melangkahkan kakinya mengelilingi lapangan. Menyemangati dirinya sendiri.

Tubuh lemahnya sudah menuntut untuk diistirahatkan. Namun, tekatnya tidak mengijinkan hal itu, dia memaksa kakinya terus berjalan. Peluh menetes dari keningnya yang ia sapu dengan punggung tangan.

Adrian memperhatikan Yuasa yang sedang mengelilingi lapangan, perintah keliling sepuluh lapangan yang baru dilaksanakan dua putaran saja olehnya. Namun, dia sudah terlihat kelelahan.

“Cukup, sepertinya pangeran tidak akan kuat lagi,” usul Rosaline.

Adrian mengangkat tangannya menyatakan ketidaksetujuannya, “Tidak Rosaline, dia masih berusaha, jangan patahkan semangatnya.”

Rosaline tidak tega melihat pangerannya kesusahan. Saat putaran ketiga, dia melihat Pangeran Yuasa terjatuh.

“Pangeran!” teriak Rosaline yang sudah hampir berlari ke arahnya jika Adrian tidak menghalanginya.

“Hentikan Rosaline, kita lihat dulu,” ucap Adrian yang menahan gadis berambut merah itu menolong Pangeran Yuasa.

Pangeran Yuasa bangun kembali dan meneruskan latihannya, perlahan dia terus memaksa kakinya melangkah hingga di depan Adrian.

“Maaf, sepertinya aku sudah tidak bisa lagi,” ucapnya yang langsung tersungkur dengan kaki lecet dan napas yang tidak beraturan.

“Kau lihat Rosaline, dia bisa bertahan. Jangan manjakan dengan kebaikan, kau hanya menghalanginya untuk maju,” bisik Adrian di telinga Rosaline.

Gadis itu terdiam, perkataan Adrian benar, selama ini semua orang menganggap pangeran lemah dan selalu melindunginya. Melihatnya berlatih hari ini, dia juga harus mendukungnya. Membiarkannya tumbuh dan terus melangkah menggapai keinginannya. Jika Adrian mengatakan Pangeran Yuasa bisa, maka dia sendiri juga sangat yakin pasti bisa.

“Pangeran, istirahatlah, akan ku oleskan obat untuk kakimu,” ucap Rosaline lembut.

“Tidak Rosaline, kau lupa siapa aku? Aku penyembuh,” balas Yuasa menolak dioleskan obat dan meletakkan tangannya pada luka-luka lecet di kakinya, luka itu menutup dengan cepat seakan tidak pernah ada luka sebelumnya. Sayangnya rasa lelahnya tidak ikut sembuh.

Pangeran Yuasa berbaring di pinggir lapangan, rasanya sudah tidak ada lagi tenaga untuk berdiri dan bergerak. Dari tempatnya saat ini dia melirik gadis di sebelahnya yang tetap duduk menemani.

“Rosaline terlihat cantik, tapi tetap saja aku tidak pantas untuknya, kenapa kami harus terlahir dengan perbedaan yang begitu jauh,” batin Pangeran Yuasa.

Rosaline adalah petarung yang kuat, Pangeran Yuasa tahu benar akan hal itu, meskipun dia memiliki perasaan tertentu kepada pengawal cantiknya dia hanya bisa memendamnya.

"Pangeran, mau dilanjutkan lagi latihannya?" tanya Rosaline ramah.

"Ya, aku masih bisa," jawab Pangeran Yuasa bangkit dari posisinya berdiri dan melanjutkan kembali berlari mengelilingi lapangan.

Sama seperti sebelumnya tiga putaran saja dia sudah tidak bisa lagi berlari. Tubuhnya roboh dan dia beristirahat sebentar lalu melanjutkan lagi hingga genap sepuluh kali putaran. Napasnya tersengal, memburu dan menahan semua rasa lelah di tubuhnya.

"Bagaimana?" tanya Adrian yang kini memegang dua buah pedang di tangannya.

"Aku masih bisa," jawab Pangeran Yuasa.

Adrian tersenyum, dia tahu dengan kondisi tubuh Pangeran Yuasa yang sangat kelelahan. Dia sedang memaksakan diri.

Adrian memberi contoh bagaimana memegang pedang dengan benar lalu mengayunkannya. Tugas Pangeran Yuasa saat ini cukup mengayunkan pedang sebanyak seratus kali.

"Apa itu tidak terlalu banyak?" protes Rosaline yang mendapat tatapan tajam dari Adrian.

"Rosaline, aku pasti bisa. Tenanglah," balas Pangeran Yuasa menyuruh pengawalnya untuk tetap tenang dan memperhatikan saja.

Rosaline merasa Adrian keterlaluan, dia sudah tahu Pangeran Yuasa lelah tapi masih membebaninya dengan pekerjaan berat. Pedang itu ringan baginya tapi di tangan Pangeran Yuasa pedang itu pasti terasa berat.

Selesai mengayunkan pedang sebanyak seratus kali, tangan putih yang tidak biasa memegang gagang pedang itu terlihat memerah.

"Apa sakit?" tanya Rosaline.

"Tidak, tidak sakit," jawab Pangeran Yuasa yang sebenarnya merasakan perih.

"Gunakan kemampuanmu, sembuhkan!" perintah Adrian dan dengan anggukan kepala, Pangeran Yuasa memulihkan kembali tangannya dari goresan tipis akibat mengayunkan pedang.

Satu minggu dengan menu latihan yang sama, Pangeran Yuasa mengalami kemajuan. Setidaknya dia sudah berlari sebanyak lima putaran baru beristirahat dan itu masih jauh dari kata cukup untuk memenuhi kriteria masuk akademi. Dia harus bisa lari sepuluh putaran tanpa harus istirahat. Napasnya memburu, dadanya kembang kempis mencari udara dan tubuhnya terlentang menghadap langit.

"Sudah ada kemajuan, Pangeran pasti bisa," ucap Rosaline memberikan semangat. Dia duduk di sebelah Pangeran Yuasa yang sedang beristirahat.

"Apa nantinya aku akan bisa bertarung? Mempertahankan diri dari orang-orang yang akan menculikku?"

"Kurasa akan perlu lebih dari satu bulan kalau untuk itu," jawab Rosaline.

Rambut merah dan senyuman khas Rosaline yang manis membuat Pangeran Yuasa bersemangat. "Kau sangat cantik, Rosaline. Andai saja aku bukan kristal kuning, tapi akan kubuktikan kristal kuning juga bisa bertarung," batin Pangeran Yuasa.

"Baiklah, lima putaran lagi!" seru Pangeran Yuasa bangkit dan kembali berlari.

"Wow, perkembangan yang bagus. Dengan tubuhnya satu minggu sudah mengalami kemajuan adalah hal yang luar biasa," ucap Adrian memuji Pangeran Yuasa.

"Apa menurutmu dia bisa berlari hingga sepuluh putaran?" tanya Rosaline yang terlihat cemas dari tatapannya.

"Bisa, akan memakan waktu tapi sedikit demi sedikit tubuhnya akan terbiasa," balas Adrian.

Satu setengah tahun waktu yang dimiliki Adrian untuk mengasah kemampuan Pangeran Yuasa. Dalam dua bulan Pangeran Yuasa sudah berhasil berlari sepuluh putaran. Sungguh prestasi yang membanggakan untuk seorang kristal kuning.

"Berhasil! Rosaline aku bisa!" seru Pangeran Yuasa yang akhirnya menyelesaikan satu persyaratan yang nantinya akan diujikan.

Rosaline yang juga merasa senang tanpa sadar memberikan sebuah pelukan kepada Pangeran Yuasa.

"Selamat, Pangeran. Anda hebat!" serunya.

Wajah putih Pangeran Yuasa merona, warna merah di pipi yang menjalar ke telinganya terlihat sangat jelas dan hal itu tidak luput dari pengamatan Adrian.

"Apa Pangeran Yuasa menyukai Rosaline?" tanya Adrian dalam hatinya.

Adrian yang merupakan teman Rosaline sejak kecil menyimpan rasa kepada gadis itu. Bukan sekali dua kali ungkapan cintanya ditolak oleh gadis berambut merah itu. Tapi dia tidak pernah menyerah. Kini di hadapannya muncul saingan baru, saingan yang dari fisik lebih lemah tapi dia tahu Pangeran Yuasa bukanlah saingan yang lemah. Rosaline adalah pengawal pribadinya yang memungkinkan mereka selalu bersama setiap saat. Kebiasaan bersama sering menimbulkan rasa cinta. Hal yang sangat dikhawatirkan Adrian jika sampai gadis itu jatuh hati pada Pangeran Yuasa.

Apa yang harus Adrian lakukan untuk mencegahnya?

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status