Share

Bab 216

Penulis: Lilis
last update Terakhir Diperbarui: 2025-11-27 14:35:05
Pagi pertama di area elite Sekte Awan Biru dimulai dengan udara dingin yang menusuk tulang. Embun masih menggantung di ujung daun ketika semua murid baru dipanggil berkumpul di arena latihan berbentuk lingkaran besar.

Tiang Tiang menjulang tinggi,pedang,tombak,panah,dan berbagai senjata lengkap disana.

Lin Yue dan Qingyan sangat terpesona dengan tempat latiha mereka,apalagi ada kolam yang jernih,namun entah kenapa aura tidak bersahabat sangat terasa.

Tetua Bai berdiri di tengah, rambut keperakannya berkibar lembut ditiup angin gunung.

“Latihan hari ini akan sederhana,” ucapnya tenang, namun suaranya mengandung tekanan yang membuat beberapa murid menelan ludah.

"Kami akui murid yang sudah sampai disini itu kuat!,tapi kuat saja tidak cukup,kita akan melatih semua kemampuan yang akan membaht kalian menderita."

Tetua Feng melangkah maju dan menancapkan tongkat kuning kecokelatan ke tanah.

Wuuusss—

Lingkaran cahaya menyebar dari tongkat itu, dan tiba-tiba seluruh arena dipen
Lilis

Hi,maaf kemarin nggk up ya,sekarang author mau bom Up Up Up,pokonya,di bacanya harus tenang agar masuk ke ilusi kalian ok,selamat membaca!."

| 2
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Kebangkitan Sang Putri Terbuang   Bab 338

    Lin Yue menggeser posisinya sedikit. Tatapannya beralih ke belakang,ke arah teman-temannya yang sejak tadi hanya berdiri diam. Tak ada teriakan, tak ada kepanikan. Mereka hanya mengamati saja. Hanya diam dan memperhatikan setiap gerakan dan mendengarkan ocehan mereka. Seolah menunggu satu perintah darinya. Sudut bibir Lin Yue terangkat tipis. “Sepertinya ini sudah cukup,” ucapnya tenang. “Kalian boleh bangun dan berdiri.” “Sekarang… sudah selesai.” Keheningan menggantung sesaat. Lalu— “Uhuk… uhuk…” Yu Yan bergerak lebih dulu. Ia menepuk dadanya berlebihan, terbatuk dengan suara keras yang jelas terlalu dibuat-buat. Tubuhnya yang tadi terkulai kini langsung tegak, meski wajahnya masih dipaksakan pucat. “Menahan ekspresi tetap datar ternyata tidak mudah,” gumamnya dramatis. “Sedikit lagi aku benar-benar masuk buku sejarah.” Di sampingnya— Xue Feng mengerang pelan. “Ah… akhirnya aku bisa terbangun.” Ia membuka satu mata, melirik sekitar. Saat menyadari semua orang menat

  • Kebangkitan Sang Putri Terbuang   Bab 337

    Lin Yue menatap barisan para tetua tanpa berkedip. Matanya dingin, tajam—seolah setiap wajah tua di hadapannya hanyalah halaman terbuka yang sudah ia baca sejak lama. “Sejak awal,” ucapnya pelan, suaranya tenang namun menghantam, “sejak saat kalian mengundangku bersama Qingyan, aku sudah tahu maksud kalian.”ucap Lin Yue sambil menatap mereka dengan datar dan tajam. Salah satu tetua menyipitkan mata. Yang lain mengeraskan rahang, aura mereka berdenyut semakin berat. “Aku tidak bodoh,atau aku terlalu pintar” lanjut Lin Yue, senyum tipis muncul di sudut bibirnya. “Aku tahu kalian tidak pernah melakukan sesuatu tanpa tujuan,makanya aku pura pura tidak tahu dan mengikuti arus sampai di titik ini." Ia menggeser tatapannya, berhenti tepat pada tetua di tengah. “Aku mengiyakan,” katanya jujur. “Karena aku juga membutuhkan informasi.” Keheningan menegang. “Namun yang membuatku terkejut…” Lin Yue melanjutkan, nadanya merendah, “Adalah saat aku menyadari bahwa apa yang ka

  • Kebangkitan Sang Putri Terbuang   Bab 336

    Aura para tetua meledak bersamaan. Tekanan berat turun seperti gunung runtuh—tanah di bawah kaki retak membentuk pola petir, udara bergetar, napas siapa pun selain mereka seolah langsung tercekik.cukuo membuat kekuatan di bawah mereka sekarat. Namun—. Lin Yue tidak bergerak. Tidak mundur. Tidak menunduk. Bahkan rambutnya pun berkibar. Para tetua menatap Lin Yue dengan tatapan bingung,mustahil jika kekuatannya berada di level lebih tinggi dari pada mereka pikirnya. “Mustahil…” gumam salah satu dari mereka, suara seraknya bergetar. “Dengan tingkat kultivasinya, dia seharusnya—” “—Sudah bisa membuatnya mati,” sambung yang lain, rahangnya mengeras. Lin Yue mendengar semuanya. Ia mengangkat kepalanya perlahan, tatapan matanya tajam seperti jurang tanpa dasar. Lalu— Ia menyeringai. Senyumnya lebar, jelas, tenang… dan sepenuhnya menghina para tetua yang merasa di atas. “Tekanan aura?” katanya pelan, seolah sedang menilai sesuatu yang membosankan. “Kalian benar-b

  • Kebangkitan Sang Putri Terbuang   Bab 335

    Keheningan pecah oleh satu hal. ketidakwajaran. Para tetua itu berdiri di hadapan mereka dengan jubah merah–hitam yang sama sekali asing. Tidak ada lagi warna suci. Tidak ada lagi simbol kebijaksanaan. Aura yang menguar dari tubuh mereka pekat, menyesakkan, dan… jujur. “Para tetua…?” suara Yun Chen nyaris tak keluar. “Itu… benar-benar kalian? Jadi benar… kalian tega berbuat jahat pada murid kalian sendiri?” Wei Yang mundur setengah langkah tanpa sadar. Tangannya gemetar, matanya membelalak menatap pakaian yang tak pernah ia bayangkan akan dikenakan oleh orang-orang yang selama ini ia hormati. “Jubah itu…” Su Yu berbisik, suaranya pecah. “Itu bukan pakaian sekte. Walaupun aku sudah mencurigainya… aku tidak pernah menyangka kalianlah dalangnya.” Ning Xue memucat. “Mereka… bahkan tidak berusaha menyembunyikannya lagi,” katanya pelan, raut wajahnya penuh kekecewaan. “Baguslah. Kini mereka datang sebagai musuh kita.” Beberapa dari mereka refleks menunduk—bukan karena hormat, melaink

  • Kebangkitan Sang Putri Terbuang   Bab 334

    Saat itu juga, ular iblis itu menatap Yu Yan. Matanya— hitam pekat. Namun Yu Yan tidak memberontak. Tidak menjerit. Tidak bergerak. Ia hanya diam… terlalu tenang untuk seseorang yang baru saja berada di ambang kematian. Keheningan itu justru lebih menakutkan. Semua orang menatap Lin Yue hampir bersamaan—tatapan penuh pertanyaan, ketakutan, dan harapan yang nyaris runtuh. Lin Yue menghela napas perlahan. Pemandangan itu… terlalu familiar. Ia teringat pada Pangeran Mo."Apa apaan ini kenapa bisa jadi begini?."ucapnya lirih."Junior Lin Yue apa yang kau lakukan kenapa dia jadi begitu?."Tanya Wei yang penasaran.Lin Yue ingin mengucapkan tapi tidak jadibkarena ia juga tidak tahu,bagaimana ia menjelaskannya. Pada saat matanya juga pernah berubah gelap—saat ia menjadi wadah Raja Iblis. Namun Yu Yan bukan wadah. Lalu apa yang terjadi padanya? Apa yang Raja Iblis itu lakukan…? Atau—siapa yang menyentuhnya lebih dulu?Lin Yue terus bermonolog dengan pikirannya t

  • Kebangkitan Sang Putri Terbuang   Bab 333

    Tatapannya sempat mengikuti tubuh ular iblis yang masih menggeliat liar di kejauhan—namun hanya sesaat. Lin Yue segera berbalik, matanya jatuh pada Xue Feng yang tergeletak tak bergerak, dan Yu Yan yang napasnya tinggal benang tipis. “Kita mundur,” ucap Lin Yue tegas. “Kita selamatkan mereka dulu.” Tidak ada satu pun yang membantah. Bagi mereka, membunuh ular iblis tidak ada artinya jika harus menukar nyawa satu teman. Mo Han segera menggendong tubuh Xue Feng ke punggungnya. Lin Yue menahan Yu Yan di lengannya, sementara Ning Xue dan Su Yu membantu menopang. Wajah mereka pucat, langkah mereka goyah—namun tidak ada yang berhenti. Mereka berlari. Menyusuri lorong demi lorong gua yang gelap dan bercabang. Raungan ular iblis masih terdengar jauh di belakang—menggema, memantul di dinding batu, membuat jantung mereka tak pernah benar-benar tenang. Waktu terasa sangat lama. Hingga akhirnya— “Di sana!” Yun Chen menunjuk ke sisi dinding gua. Sebuah lubang sempit terlihat

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status