Beranda / Urban / Kebangkitan Sang Raja Teknologi / Bab 8. Gagal Adalah Kunci

Share

Bab 8. Gagal Adalah Kunci

Penulis: KiraYume
last update Terakhir Diperbarui: 2025-07-31 20:00:44

Empat Puluh Delapan Jam Sebelumnya.

Kamar hotel itu masih sama pengap dan sempitnya. Raven duduk di kursi plastik yang keras, tubuhnya membungkuk ke arah laptop yang sudah panas di meja. Kipas pendingin berputar terengah, ikut gelisah. Di layar, diagram arsitektur sistem NexusCore memenuhi sebagian besar jendela kerja. Ratusan garis koneksi digital menyilang, menghubungkan protokol, subnet, dan lapisan-lapisan keamanan yang saling menindih.

Raven mengetik beberapa baris kode, lalu berhenti. Sebuah firewall di tengah arsitektur itu menolak semua perintahnya. Proteksinya tidak hanya menahan, tapi bereaksi. Ia sudah mencoba tiga metode penetrasi dalam dua jam terakhir, tapi semua gagal. Yang menghalanginya bukan sistem biasa. Ini buatan tangan yang sangat lihai. Terlalu tangguh untuk dibebankan pada laptopnya.

Pandangan Raven jatuh ke meja

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Kebangkitan Sang Raja Teknologi   Bab 14. Yang Menguras Jiwa

    Raven menunduk, membiarkan pikirannya berjalan lebih cepat dari detak jam dinding. Ada keraguan di matanya, karena ia tahu ini bukan medan yang ia kuasai. Ia menatap Freya, yang sekarang duduk dengan tangan disilangkan dan mata sayu. Leo, di sisi lain, masih berdiri, masih panas, masih menunggu aba-aba untuk menyerang balik."Bukannya ini justru bagus?" gumam Tirta, memecah keheningan. "Bisa bikin kita ngegas lebih cepat. Gak ada waktu buat melambat." Suaranya tenang, tapi jelas ada ketegangan yang coba ia bungkus dengan logika.Raven mengangkat wajahnya. Ia telah membuat keputusan. "Benar. Kita harus lawan," katanya, datar namun tegas. Ia menoleh ke arah Clara. "Tapi kita lawan dengan cara kita. Kau urus pertempuran di ruang sidang. Siapkan mereka. Latih mereka menjawab. Apapun yang perlu dilakukan, lakukan."Clara

  • Kebangkitan Sang Raja Teknologi   Bab 13. Monster Pemakan Waktu

    Seminggu telah berlalu, dan markas Quantix yang dulunya dingin dan kasar kini perlahan bertransformasi. Lantai beton kini dibungkus karpet abu-abu tua yang menyerap gema, pencahayaan industrial digantikan oleh lampu LED yang lebih lembut, dan setiap sudut ruangan mulai menunjukkan karakter.Whiteboard penuh coretan, deretan server mini, dan aroma kopi yang tak pernah berhenti dari pojok dapur kecil. Hanya beberapa detail akhir yang belum rampung. Tapi markas itu sudah bernapas, siap menampung ambisi yang lebih besar dari ukurannya.Surat balasan Clara telah dikirim tiga hari sebelumnya. Isinya tajam, dingin, tepat sasaran, dan penuh ancaman balasan hukum. Tidak ada bahasa basa-basi. Hanya hukum, data, dan retorika korporat yang dibungkus dengan keanggunan logika. Untuk sesaat, atmosfer di markas Quantix dipenuhi rasa puas. Seperti seorang pejuang yang ber

  • Kebangkitan Sang Raja Teknologi   Bab 12. Oleh Celah Pada Tuntutan

    “Kalau mereka takut... terus kenapa?” suara Leo akhirnya pecah. “Mereka bisa menyeret kita ke pengadilan sampai kita kehabisan napas. Uang dari investormu itu ada batasnya, Rave. Dan jelas bukan buat bayar pengacara tiap hari. Lo tahu kan, Noire Advocates itu... bukan kelas abal-abal.”Raven hendak menjawab, tapi langkah Clara lebih cepat. Dia maju ke tengah ruangan, mematikan tablet di tangannya, lalu membaca ulang surat somasi di ponsel. Tatapannya berubah. Ini bukan ekspresi waspada. Bukan pula marah. Wajahnya tajam, kalkulatif.Dia membacanya dengan saksama, bolak-balik halaman. Hening. Bahkan Freya yang biasanya tak sabar pun memilih diam.Setelah beberapa menit, Clara akhirnya menatap mereka. Pandangannya berhenti di Raven, lalu ke Leo. Ada senyum tipis yang lebih mirip tantangan daripa

  • Kebangkitan Sang Raja Teknologi   Bab 11. Direnggut Dari Kebebasan

    “Okay guys, jelas kita belum bisa bekerja sekarang,” kata Raven, berdiri di tengah ruangan dengan telapak tangan terbuka.“Jadi, apa yang kalian butuhkan?” Suaranya netral, tapi tatapannya menyapu seluruh tim. Ia tidak sekadar bertanya. Ia sedang membangun kepercayaan, bahwa suara mereka akan didengar.Leo melangkah pelan, menyusuri tepi ruangan, gerakannya seperti predator yang memeriksa sarangnya. Setiap retak di dinding, setiap sudut gelap, bahkan ventilasi di langit-langit, diperhatikannya satu per satu.“Seperti yang dikatakan mama Clara tadi,” gumamnya, suaranya rendah. “Tempat ini adalah mimpi buruk dari sisi keamanan. Dua pintu masuk, tanpa sistem penguncian otomatis, jendela yang terlalu besar, jaringan listrik terbuka, dan … terlalu panas&r

  • Kebangkitan Sang Raja Teknologi   Bab 10. Dia Bernama Quantix

    Langit di luar masih berwarna baja kusam ketika pintu loteng terbuka. Udara pagi yang dingin menyusup masuk lewat celah jendela tinggi yang belum tertutup tirai. Loteng ini adalah milik seorang teman lama Raven yang kini bekerja di Eropa, dan dengan satu panggilan singkat, kunci dan akses diberikan tanpa banyak tanya. Ia menyukai ruang ini. Cukup besar, sempurna untuk membangun sesuatu dari awal.Di tengah ruangan, Raven berdiri dengan satu tangan di saku, secangkir kopi hitam mengepul di tangan satunya. Kalimat terakhir Ezio malam itu terus bergema dalam benaknya."Organisasi gelap bernama dominion juga menginginkan NexusCore.”Beberapa menit kemudian, suara-suara ramai terdengar dari tangga. Tirta muncul lebih dulu, membawa seikat blueprint gu

  • Kebangkitan Sang Raja Teknologi   Bab 9. Melindunginya Dari Lawan Yang Salah

    “Raven Adyatama,” ucap Ezio, menyebut namanya dengan pelan, seolah menimbang tiap suku kata. “Aku sudah menunggumu. Lumayan butuh waktu lama ya… sejak kau menemukan USB itu?”Napas Raven terpotong sejenak. Tenggorokannya kering. “Kau… kenal aku?”Ezio tidak menjawab langsung. Ia hanya menundukkan kepala sedikit.“Duduklah, Raven,” katanya kemudian. Tidak ada jabat tangan, tidak ada sapaan hangat. Hanya satu gerakan dagu, cukup untuk menunjukkan posisi kekuasaan yang tidak perlu dibuktikan lagi.Raven duduk, perlahan, mencoba menenangkan jantungnya yang berdetak cepat. Matanya mencari-cari celah pada wajah Ezio, ekspresi yang mungkin memberi petunjuk tentang apa sebenarnya yang sedang ia hadapi. Tapi yang ia lihat hanya ketenangan mutlak.

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status