Home / Fantasi / Kebangkitan Sistem Leluhur Bela Diri / 2. Katalisator Kebangkitan

Share

2. Katalisator Kebangkitan

Author: Murlox
last update Last Updated: 2025-10-16 14:30:54

Li Zi tak mengatakan apa-apa lagi. Setiap kata yang keluar dari mulutnya hanya akan menambah bahan ejekan mereka. Dengan gerakan lambat, ia mengambil tas selempang itu. Ia menatap pamannya, Li Dalao, dan sepupunya, Li Xihua, untuk terakhir kalinya. Dalam tatapan mata sayu yang kini dipenuhi tekad yang membeku, ia mengucapkan selamat tinggal pada rumah yang tak lagi mau menerimanya.

Ia berbalik dan berjalan keluar dari kediaman timur. Langkah kakinya terasa berat, namun ia berusaha melangkah tegak.

Tepat saat ia melangkah keluar dari gerbang utama Klan Li, seolah-olah alam semesta ikut berduka, hujan deras mendadak turun. Butiran air yang besar menghantam tanah dengan keras, menciptakan suara gemuruh yang menyakitkan. Langit seolah meratapi nasib buruk Li Zi.

Dalam sekejap, pakaiannya basah kuyup. Ia tak peduli. Ia terus berjalan, meninggalkan kompleks Klan Li yang kini terasa begitu asing dan kejam. Bau tanah basah yang menyengat dihirup hingga ke paru-paru, bercampur dengan pahitnya rasa dikhianati.

"Setelah kematian Ayah, inilah perlakuan yang kuterima."

"Hanya karena tak dapat membangkitkan Roh Bela Diri, mereka mengusirku seperti debu yang tak berarti."

"Apakah mereka lupa, alasan Klan Li ini terus berdiri dan berkembang pesat? Itu semua karena darah, keringat, dan usaha Ayahku! Mereka hanya memanfaatkan namanya, dan membuangku, darah dagingnya."

Suara hati Li Zi menggema di bawah derasnya hujan, teredam oleh gemuruh air yang menampar tubuh. Rasa kecewa dan sedih itu kini mulai bermetamorfosis menjadi sesuatu yang lebih keras dan kuat. Bukan hanya kebencian yang mendalam, tapi sebuah tekad baja untuk membuktikan diri.

Li Zi berhenti berjalan. Ia mendongak, menatap langit muram yang menumpahkan air mata.

"Aku janji..." Geramnya, suaranya nyaris hilang di antara derasnya hujan, namun tekadnya jelas, "Suatu saat, aku akan kembali! Aku akan merebut segalanya yang menjadi hakku! Dan kalian... kalian akan menyesali telah membuangku!"

Tepat pada puncak geramannya, suara guntur menggelegar dahsyat di atas langit. Suasana suram itu dihiasi oleh gemerlap kilat putih kebiruan yang melintas, seolah menyambut sumpahnya.

Li Zi mencari perlindungan. Ia bergerak cepat menuju sebuah batang pohon yang telah mati, berdiri sendirian di pinggiran jalan setapak, berharap mendapatkan sedikit naungan dari derasnya hujan.

DUARRR!

Saat ia berdiri di bawah batang pohon mati itu, langit di atasnya bergetar hebat. Gemerlap kilat menyala-nyala, bukan lagi kilatan biasa, melainkan sambaran petir biru pucat dengan intensitas luar biasa. Petir itu, dengan kecepatan yang tak masuk akal, langsung menghantam puncak batang kayu mati itu.

Li Zi yang berada di bawahnya merasakan energi mengerikan merambat. Bulu kuduknya berdiri. Ia mendongak, namun sudah terlambat.

Dalam sepersekian detik, Li Zi diliputi oleh cahaya biru menyilaukan. Energi petir itu melompat dari pohon, menghantam tubuh kurusnya.

Ia merasakan sakit yang tak terbayangkan, setiap sarafnya seperti ditarik dan dibakar secara bersamaan. Tubuhnya terkulai. Ia jatuh, tersentak-sentak kejang.

DUARR!

Belum sempat kesadaran Li Zi pulih, sambaran kedua datang, lebih kuat, seolah memastikan. Dan kemudian...

DUARRR!

Sambaran ketiga dan terakhir menghantam, mengirimkan gelombang kejut yang membakar seluruh tubuh Li Zi. Rasa sakit itu begitu ekstrem hingga melampaui batas kesadarannya.

Semua menjadi hitam ...

Di tengah hujan lebat yang seolah tak mau berhenti, tubuh kurus Li Zi tergeletak tak berdaya di bawah sisa-sisa batang pohon yang kini mengeluarkan asap tipis, aroma gosong menyeruak bercampur bau tanah basah.

Namun, di dalam kegelapan total yang menyelimuti jiwanya, sebuah proses aneh dan monumental baru saja dimulai. Energi petir murni yang seharusnya menghancurkannya justru bertindak sebagai katalisator, membuka segel kuno yang tertanam jauh di dalam inti kesadaran Li Zi.

BZZZT!

Dalam keheningan jiwa, suara gemuruh listrik tak terdengar menggema.

[Mengaktifkan Sistem Leluhur Bela Diri!]

[Mengevaluasi kondisi pengguna… Kondisi fisik sangat lemah dan rentan. Proses pemulihan dasar dimulai.]

[Mengoptimalkan kinerja tubuh… 0%... 10%... 50%... 100% Selesai!]

[Energi Petir Murni telah mengintegrasikan warisan Leluhur. Akses Penuh ke Sistem diberikan!]

Li Zi yang semula tak sadarkan diri, tiba-tiba tersentak. Matanya terbuka, napasnya terengah, seolah baru saja keluar dari dasar lautan. Rasanya, ia baru saja melewati siksaan terburuk di dunia, namun kini, rasa sakit itu telah lenyap, digantikan oleh kehangatan aneh yang menyebar dari dadanya.

Ia bangkit, sedikit terhuyung. Pakaiannya basah kuyup, air hujan menetes dari rambutnya. Seolah-olah apa yang terjadi barusan hanyalah mimpi buruk yang baru saja berakhir.

"Ugh! Apa yang terjadi?" gumamnya, suaranya parau. Ia menyentuh dada dan kepalanya, memastikan dia masih hidup. "Aku... tersambar petir? Tiga kali?"

Saat Li Zi mencoba mencerna kembali kejadian mengerikan itu, pandangannya terhenti.

"A-apa ini!?"

Tepat di hadapannya, mengambang di udara, ada sebuah layar transparan berwarna biru pucat, seperti cermin yang terbuat dari kristal energi. Benda aneh itu menampilkan sederet tulisan dan ikon yang sama sekali tak ia kenal. Cahaya lembut dari layar itu menerangi wajahnya yang basah.

Li Zi mengira penglihatan dan otaknya telah rusak akibat sambaran petir.

[Kondisi fisik anda terlalu lemah dan rentan, Tuan. Silahkan temukan tempat berteduh agar tak terkena demam!]

Sebuah suara mekanis, tanpa emosi, namun sangat jelas, menggema langsung di telinga Li Zi. Suara itu terasa aneh, seolah datang dari dalam benaknya sendiri, namun juga sejelas seseorang yang berdiri tepat di sampingnya.

Li Zi panik. Ia menoleh ke segala arah, menembus derasnya hujan, mencari sumber suara. Di sana hanya ada pohon mati yang berasap dan jalanan sepi.

"Siapa itu?! Tunjukkan dirimu!" serunya, berusaha meninggikan suara di antara gemuruh hujan.

Suara mekanis itu kembali bergema, penuh ketenangan yang kontras dengan kebingungan Li Zi.

[Apa yang anda dengar adalah suara mekanis sistem dalam benak anda, Tuan. Saya adalah Sistem Leluhur Roh Bela Diri.]

Li Zi kembali menatap layar transparan di hadapannya. Alisnya terangkat tinggi, ekspresi keheranan yang luar biasa tercetak jelas di wajahnya.

"Aku tak mengerti?"

[Sistem merupakan bagian dari kesadaran yang hanya bisa anda dengar, Tuan. Layar biru transparan di hadapan anda merupakan fitur akses penggunaan sistem. Hanya anda yang dapat melihat dan mendengarnya.]

[Singkatnya, Tuan, anda telah menerima Warisan Leluhur melalui katalisator Petir Murni.]

Li Zi mulai merasakan debaran aneh di jantungnya. Ia adalah pecundang yang gagal membangkitkan Roh Bela Diri. Kultivasi selalu terasa seperti tembok tebal yang tak bisa ia tembus. Lalu, apa ini?

"Tunggu, apakah kau ini semacam Roh Bela Diri? Roh Bela Diri tertinggi, mungkin?" tanyanya penuh harap. Dalam dunia kultivasi, memiliki Roh Bela Diri tertinggi adalah impian setiap orang.

[Sistem bukanlah Roh Bela Diri, Tuan. Melainkan berkah yang terikat dalam kesadaran jiwa anda. Saya tidak bertarung, namun saya membantu anda bertarung.]

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Sabam Silalahi
mulai menarik
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Kebangkitan Sistem Leluhur Bela Diri   13. Akademi Shutian

    Li Zi berlari secepat yang ia bisa, kakinya terasa ringan berkat peningkatan fisik yang ia terima. Dia memilih satu-satunya tempat di Kota Tianhu yang paling aman menurutnya saat ini—Akademi Shutian.Akademi Shutian adalah lembaga pendidikan kultivasi bergengsi yang dikelola langsung oleh Penguasa Kota Tianhu. Tempat ini menjadi pusat perkumpulan para generasi muda, baik dari klan maupun rakyat biasa, untuk menimba ilmu dan berlatih menjadi kultivator sejati. Akademi juga menawarkan perlindungan—tidak ada klan yang berani melakukan tindakan kekerasan secara terbuka di dalam area Akademi tanpa memprovokasi Penguasa Kota.Li Zi tiba di gerbang Akademi Shutian, yang tampak seperti benteng kecil yang tenang. Ia menyelinap masuk dan langsung menuju kantor Kepala Akademi.Ia menemukan Kepala Akademi, Yuan Hu, seorang pria paruh baya dengan janggut rapi dan mata yang tajam dibalik kacamata bundarnya, duduk di belakang meja eboni yang besar.Li Zi sudah terdaftar sebagai murid di akademi ini

  • Kebangkitan Sistem Leluhur Bela Diri   12. Kekalahan

    Beberapa penduduk sipil di dekat mereka langsung menyingkir, seolah memberikan ruang untuk tontonan menarik. Tak ada yang mau bergerak mencegah mereka; ini adalah pertarungan pribadi antar tuan muda klan, dan ikut campur hanya akan mengundang masalah. Bahkan Tetua Duan Mu dari Balai Kota hanya diam di altar. Sebagai ahli, dia tak akan ikut campur dengan mudah, kecuali situasinya memburuk lebih jauh. Ini hanya persaingan antar anak muda."Tunjukkan Roh Bela Dirimu, sampah!" geram Huang Ji.Wuuush!Huang Ji mengaktifkan Roh Bela Dirinya. Di belakangnya, muncul siluet energi berwarna kuning kecokelatan. Sosok Harimau Bayangan, Roh Bela Diri tipe kecepatan, berdiri di sana, memancarkan aura binatang buas."Aku akan menghancurkan fondasi kultivasimu di depan umum, Li Zi!"Huang Ji menyerang. Dia melesat dengan kecepatan yang tak biasa. Itu adalah kekuatan Harimau Bayangan—gerakannya hampir tidak terlihat oleh mata biasa. Tinju Huang Ji yang diselimuti Qi melesat menuju wajah Li Zi.Li Zi

  • Kebangkitan Sistem Leluhur Bela Diri   11. Huang Ji Yang Angkuh

    Namun, sebelum Li Zi sempat melangkah pergi dari Balai Kota, masalah yang tak diinginkan datang menghampirinya.Kabar tentang seorang yang dulunya anggota Klan Li mengikuti upacara kebangkitan di balai kota publik menyebar cepat seperti api. Siapa pun tahu bahwa ini adalah sebuah anomali. Klan bangsawan seperti klan Li hampir tidak pernah mengizinkan anggotanya untuk berpartisipasi di tempat umum seperti ini, kecuali... jika orang itu sudah dibuang.Tepat saat Li Zi hendak menyelinap pergi, kerumunan di pintu masuk terbelah.Sosok muda melangkah masuk dengan angkuh. Dia adalah Huang Ji, tuan muda dari Klan Huang, salah satu klan aristokrat rival Klan Li sejak lama. Huang Ji mengenakan jubah sutra mahal berwarna kuning keemasan, kontras dengan pakaian sederhana Li Zi, dan memancarkan aura arogansi khas anak bangsawan.Huang Ji, yang sudah lama mendengar kabar Li Zi diusir dari Klan Li, langsung tahu siapa sosok yang dibicarakan. Ia menyeringai sinis saat melihat Li Zi."Siapa sangka sa

  • Kebangkitan Sistem Leluhur Bela Diri   10. Balai Kota

    Beberapa saat di Balai Kota Tianhu. Di tengah hiruk pikuk Kota Tianhu, Balai Kota menjadi pusat perhatian. Upacara Kebangkitan Roh Bela Diri yang digelar untuk publik masih berlangsung. Berbeda dengan upacara klan yang eksklusif dan mewah, di sini suasananya lebih sederhana, tetapi tetap penuh harap. Kebanyakan yang hadir adalah penduduk kota dari kalangan biasa, pedagang, dan keluarga kecil yang tidak terafiliasi dengan klan besar, mencari kesempatan untuk mengubah nasib anak-anak mereka. Saat itu, Li Zi, berpakaian lebih rapi dan membawa aura yang berbeda, berdiri di antara kerumunan. Selama beberapa hari terakhir, dia telah berburu dengan intens, mengumpulkan Inti Roh dan menggunakan Poin Sistemnya untuk meningkatkan kultivasi dan membeli beberapa Pil Peningkatan Qi. [Tugas baru: Mengikuti Upacara Kebangkitan Roh Bela Diri di Balai Kota!] [Imbalan: Peningkatan Kekuatan Fisik!] Notifikasi inilah yang membawanya langsung ke pusat kota Tianhu. Li Zi menyadari bahwa ia belum m

  • Kebangkitan Sistem Leluhur Bela Diri   9. Kabar Mengejutkan

    Banyak anak muda Klan Li yang berhasil membangkitkan Roh Bela Diri tipe Simian, dari Kera Gunung Biasa hingga Kera Ekor Besi. Namun, ada juga beberapa yang membangkitkan Roh Bela Diri tipe senjata, seperti Pedang atau Tombak, yang mungkin berasal dari garis keturunan campuran yang masuk ke Klan Li melalui pernikahan.Upacara berlangsung meriah dan sukses, dipenuhi sorak-sorai dan pujian. Li Dalao tersenyum lebar. Baginya, inilah yang penting—kemakmuran dan kehormatan klan di bawah kepemimpinannya. Tanpa kehadiran Li Zi, sampah yang memalukan itu, Klan Li terasa lebih murni dan kuat.Setelah proses Upacara Kebangkitan Roh Bela Diri berakhir dan semua pemuda baru telah ditentukan nasibnya, Li Dalao bersiap untuk memberikan pidato penutup. Tiba-tiba, seorang penjaga klan bergegas menghampirinya.Penjaga itu membungkuk dan berbisik dengan cepat di telinga Li Dalao. Ekspresi Li Dalao yang semula bahagia seketika membeku. Matanya melebar, menunjukkan keterkejutan yang nyata, yang kemudian d

  • Kebangkitan Sistem Leluhur Bela Diri   8. Upacara Kebangkitan

    Tiga hari kemudian.Suasana di Kota Tianhu terasa cerah dan meriah. Hari ini adalah hari paling sakral bagi setiap klan di kota ini: Hari Upacara Kebangkitan Roh Bela Diri. Anggota klan muda yang telah mencapai usia lima belas tahun akan menjalani proses mistis yang akan menentukan takdir mereka, mengubah mereka dari manusia biasa menjadi kultivator sejati.Di pelataran utama Klan Li, sebuah kemegahan yang sengaja dipamerkan. Karpet merah terbentang dari gerbang hingga altar utama. Ratusan anggota klan berkumpul, sementara puluhan pemuda dan pemudi yang akan menjalani upacara berdiri di barisan depan dengan jantung berdebar.Di atas panggung utama yang dihiasi bendera klan dan ukiran naga, berdiri beberapa tetua klan, termasuk Kepala Klan—Li Dalao. Pria paruh baya itu tampak agung dalam jubah emasnya, senyum puas terpancar di wajahnya."Kalian adalah generasi emas Klan Li!" Suara Li Dalao menggelegar, penuh otoritas. "Hari ini kalian akan menjalani Upacara Kebangkitan Roh Bela Diri,

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status