LOGIN
Kalian ingin tahu bagaimana rupa sosok yang selalu dihina?
Bayangkan saja kalian melihat anak muda kurus berusia delapan belas tahun. Sosok yang seharusnya mekar dalam semangat masa muda, namun justru memancarkan aura layu. Rambut hitam panjangnya, diikat kuncir kuda yang longgar. Dengan tatapan mata sayu, teduh, seolah tengah menanggung beban hidup seberat gunung tak kasat mata. Pakaian yang membalut tubuhnya begitu sederhana, terbuat dari rajutan benang kasar yang telah memudar. Di kakinya, hanya ada sepasang sandal lusuh, anyaman bambu yang usang, tak layak dikenakan oleh seorang tuan muda. Dialah Li Zi, ironisnya, ia merupakan tuan muda dari Klan Li di Kota Tianhu. Saat itu, langit di atas Kota Tianhu tampak muram. Gumpalan awan pekat bergulung-gulung dengan warna kelabu tua, seperti kain kafan yang disampirkan di cakrawala. Udara terasa berat, dingin, dan lembap, pertanda bahwa tak lama lagi hujan deras akan turun menimpa pemukiman klan dan rumah-rumah penduduk. Di kediaman timur Klan Li, suasana justru jauh lebih tegang dan panas daripada cuaca di luar. Di ruang tamu utama yang megah, aroma kemarahan yang membara terasa menyesakkan. Di tengah ruangan, berdiri seorang pria paruh baya bertubuh gempal, raut wajahnya dipenuhi urat-urat kemarahan. Dialah Li Dalao, kepala klan yang sekarang dan paman dari Li Zi. "Sudah cukup bagimu membuat keluarga ini menanggung malu!" Suara Li Dalao berat, menggelegar, mengandung emosi yang membakar. Ia memandang Li Zi, yang berdiri di hadapannya dengan kepala sedikit tertunduk, seperti memandang seonggok sampah yang tak berharga. "Tanpa ayahmu, kau bukalah siapa-siapa di sini, Li Zi. Kau hanyalah beban bagi klan!" Li Dalao benar-benar muak melihat keponakannya. Sikap Li Zi yang hanya diam, mengurung diri, dan gagal total dalam setiap upaya kultivasi dianggapnya sebagai aib. Dalam benaknya, Li Zi hanyalah sampah tak punya harapan yang seharusnya disingkirkan sejak lama. "Dalam tiga hari ke depan, klan akan memulai Ujian Kebangkitan Roh. Daripada membuat malu klan ini lagi dengan kegagalan yang sudah pasti, sebaiknya kau tak perlu ikut serta tahun ini!" Li Dalao menuntut dengan nada perintah mutlak. Li Zi agak tertegun, hatinya mencelos. Ujian Kebangkitan Roh bela diri—sebuah ritual tahunan di mana para anggota klan muda berkesempatan membangunkan Roh Bela Diri mereka, yang merupakan kunci untuk menjadi kultivator sejati. Sudah beberapa kali ia gagal total, Roh Bela Dirinya tak pernah menunjukkan tanda-tanda kebangkitan. Namun, harapan itu tetap ada, sekecil apa pun. "T-tapi paman," suara Li Zi bergetar, memohon, "Aku janji tak akan mengecewakanmu lagi! Kumohon, izinkan aku mencoba sekali lagi. Mungkin tahun ini—" Ucapan Li Zi seketika terpotong oleh lambaian tangan Li Dalao yang angkuh. "Tidak perlu!" Li Dalao mendengus jijik. "Bahkan sebelum Ujian Kebangkitan dimulai, aku sudah tahu hasilnya akan tetap sama. Kau adalah pecundang, Li Zi. Klan Li tidak membutuhkan sampah tak berguna sepertimu!" Jeda sesaat. Mata Li Dalao menyipit, berubah dingin dan kejam. "Kemasi barangmu dan pergi." Hanya tiga kata. Namun, bagi Li Zi, tiga kata itu terdengar seperti genderang perang yang mengumumkan kehancuran totalnya, sebuah vonis pengusiran yang tak terhindarkan. Bagaimana bisa ini terjadi? Dia adalah Li Zi, Tuan Muda klan Li, anak dari Kepala Klan sebelumnya. Namun, hari ini ia malah diusir dari rumahnya sendiri, diusir oleh pamannya, keluarga sedarahnya sendiri. Li Zi terdiam seribu bahasa, tatapan matanya yang sayu kini terbuka lebar, memancarkan keterkejutan yang mendalam saat memandangi pria paruh baya yang kini menduduki singgasana ayahnya. Dari belakang Li Dalao, terdengar suara lain yang menusuk, setajam pisau. "Apa yang kamu tunggu, Li Zi? Mau memohon simpati? Kemasi barang-barangmu dan tinggalkan kediaman Klan Li secepatnya." Suara itu renyah, namun mengandung racun. "Kau tahu berapa banyak sumberdaya klan yang telah kau habiskan selama tinggal di sini? Membesarkan sampah tak berguna sepertimu hanya akan membuang-buang waktu dan pemborosan!" Suara itu datang dari seorang gadis muda. Dia adalah Li Xihua, putri Li Dalao. Li Xihua memiliki paras yang cantik, anggun dalam balutan pakaian berwarna biru muda yang serasi dengan warna putih keperakan rambutnya. Ia adalah permata klan, kebanggaan Li Dalao, dan calon kultivator ahli di masa depan. Selain mereka berdua, masih ada beberapa orang lain di dalam ruangan: Istri Kepala Klan yang baru dan beberapa pelayan senior. Mereka tak mengeluarkan sepatah kata pun, namun mata mereka berbicara. Senyum sinis dan cibiran yang terang-terangan terpampang di wajah mereka, menikmati momen kehancuran seorang tuan muda yang malang. Li Zi menatap mereka, matanya bergetar menahan amarah yang mulai membara di dadanya. Rasa kecewa dan dikhianati memuncak. "Apakah ini balasan kalian terhadap kebaikan Ayahku? Apakah kalian pikir mengusirku adalah pilihan yang tepat?" ucap Li Zi, nadanya mulai bergetar karena emosi yang tertahan. Li Dalao mendecih, ekspresinya mencemooh. "Justru ini adalah cara terbaik untuk menjaga nama Klan Li! Kau tahu sampah sepertimu hanya bisa membuat reputasi klan hancur! Bayangkan saja, bahkan ayahmu tak akan mau itu terjadi!" serunya, menggunakan nama mendiang kepala klan sebelumnya untuk membenarkan tindakan kejamnya. "Tetap saja aku adalah keturunan kepala klan sebelumnya! Dan apa hak kalian mengusirku, hah!?" Sahut Li Zi penuh amarah, suaranya sedikit meninggi. Namun, kata-katanya selayaknya angin lalu yang bertiup di padang pasir, tak ada yang mendengarkan. Mereka hanya melihat Li Zi sebagai anak anjing yang menyalak tanpa taring. Senyum mencibir di wajah Li Xihua semakin lebar. "Lihat, kau hanya mencari pembenaran! Kau hanyalah sampah yang bertahan di klan ini dengan membawa nama orang mati!" serunya, nadanya merendahkan hingga ke tulang sumsum. Mendengar itu, Li Zi membeku. Seluruh tubuhnya terasa kaku. Ia benar-benar marah. Li Xihua telah melangkahi batas, merendahkan mendiang ayahnya yang sangat ia cintai. Amarahnya mencapai puncak. Li Zi mengepalkan tangannya hingga buku-buku jarinya memutih. Dia tak bisa berbuat apa-apa. Semua orang di dalam ruangan ini adalah kultivator sejati, yang memiliki dasar kultivasi atau telah membangkitkan Roh Bela Diri mereka. Sementara dirinya? Dia hanyalah pecundang tanpa kebangkitan Roh Bela Diri, tanpa setitik pun Qi di tubuhnya. Dia tak punya kekuatan untuk melawan, tidak sama sekali. Tak lama kemudian, seorang pelayan datang tergesa-gesa dengan membawa sebuah tas selempang kain yang lusuh. Tas itu hanya berisi beberapa potong pakaian dan beberapa keping koin tembaga. Li Xihua meraih tas itu, matanya berkilat jijik. Ia melemparnya ke arah Li Zi dengan kasar, tas itu mendarat di kaki Li Zi. "Pergi! Tak ada lagi tempat untukmu di sini." Wajah Li Xihua tanpa ekspresi, dingin seperti es. "Kami masih berbaik hati mengusirmu dengan cara halus, di hadapan semua orang, demi menghormati mantan Kepala Klan sebelumnya. Jangan buang waktu kami lagi." ...Li Zi berlari secepat yang ia bisa, kakinya terasa ringan berkat peningkatan fisik yang ia terima. Dia memilih satu-satunya tempat di Kota Tianhu yang paling aman menurutnya saat ini—Akademi Shutian.Akademi Shutian adalah lembaga pendidikan kultivasi bergengsi yang dikelola langsung oleh Penguasa Kota Tianhu. Tempat ini menjadi pusat perkumpulan para generasi muda, baik dari klan maupun rakyat biasa, untuk menimba ilmu dan berlatih menjadi kultivator sejati. Akademi juga menawarkan perlindungan—tidak ada klan yang berani melakukan tindakan kekerasan secara terbuka di dalam area Akademi tanpa memprovokasi Penguasa Kota.Li Zi tiba di gerbang Akademi Shutian, yang tampak seperti benteng kecil yang tenang. Ia menyelinap masuk dan langsung menuju kantor Kepala Akademi.Ia menemukan Kepala Akademi, Yuan Hu, seorang pria paruh baya dengan janggut rapi dan mata yang tajam dibalik kacamata bundarnya, duduk di belakang meja eboni yang besar.Li Zi sudah terdaftar sebagai murid di akademi ini
Beberapa penduduk sipil di dekat mereka langsung menyingkir, seolah memberikan ruang untuk tontonan menarik. Tak ada yang mau bergerak mencegah mereka; ini adalah pertarungan pribadi antar tuan muda klan, dan ikut campur hanya akan mengundang masalah. Bahkan Tetua Duan Mu dari Balai Kota hanya diam di altar. Sebagai ahli, dia tak akan ikut campur dengan mudah, kecuali situasinya memburuk lebih jauh. Ini hanya persaingan antar anak muda."Tunjukkan Roh Bela Dirimu, sampah!" geram Huang Ji.Wuuush!Huang Ji mengaktifkan Roh Bela Dirinya. Di belakangnya, muncul siluet energi berwarna kuning kecokelatan. Sosok Harimau Bayangan, Roh Bela Diri tipe kecepatan, berdiri di sana, memancarkan aura binatang buas."Aku akan menghancurkan fondasi kultivasimu di depan umum, Li Zi!"Huang Ji menyerang. Dia melesat dengan kecepatan yang tak biasa. Itu adalah kekuatan Harimau Bayangan—gerakannya hampir tidak terlihat oleh mata biasa. Tinju Huang Ji yang diselimuti Qi melesat menuju wajah Li Zi.Li Zi
Namun, sebelum Li Zi sempat melangkah pergi dari Balai Kota, masalah yang tak diinginkan datang menghampirinya.Kabar tentang seorang yang dulunya anggota Klan Li mengikuti upacara kebangkitan di balai kota publik menyebar cepat seperti api. Siapa pun tahu bahwa ini adalah sebuah anomali. Klan bangsawan seperti klan Li hampir tidak pernah mengizinkan anggotanya untuk berpartisipasi di tempat umum seperti ini, kecuali... jika orang itu sudah dibuang.Tepat saat Li Zi hendak menyelinap pergi, kerumunan di pintu masuk terbelah.Sosok muda melangkah masuk dengan angkuh. Dia adalah Huang Ji, tuan muda dari Klan Huang, salah satu klan aristokrat rival Klan Li sejak lama. Huang Ji mengenakan jubah sutra mahal berwarna kuning keemasan, kontras dengan pakaian sederhana Li Zi, dan memancarkan aura arogansi khas anak bangsawan.Huang Ji, yang sudah lama mendengar kabar Li Zi diusir dari Klan Li, langsung tahu siapa sosok yang dibicarakan. Ia menyeringai sinis saat melihat Li Zi."Siapa sangka sa
Beberapa saat di Balai Kota Tianhu. Di tengah hiruk pikuk Kota Tianhu, Balai Kota menjadi pusat perhatian. Upacara Kebangkitan Roh Bela Diri yang digelar untuk publik masih berlangsung. Berbeda dengan upacara klan yang eksklusif dan mewah, di sini suasananya lebih sederhana, tetapi tetap penuh harap. Kebanyakan yang hadir adalah penduduk kota dari kalangan biasa, pedagang, dan keluarga kecil yang tidak terafiliasi dengan klan besar, mencari kesempatan untuk mengubah nasib anak-anak mereka. Saat itu, Li Zi, berpakaian lebih rapi dan membawa aura yang berbeda, berdiri di antara kerumunan. Selama beberapa hari terakhir, dia telah berburu dengan intens, mengumpulkan Inti Roh dan menggunakan Poin Sistemnya untuk meningkatkan kultivasi dan membeli beberapa Pil Peningkatan Qi. [Tugas baru: Mengikuti Upacara Kebangkitan Roh Bela Diri di Balai Kota!] [Imbalan: Peningkatan Kekuatan Fisik!] Notifikasi inilah yang membawanya langsung ke pusat kota Tianhu. Li Zi menyadari bahwa ia belum m
Banyak anak muda Klan Li yang berhasil membangkitkan Roh Bela Diri tipe Simian, dari Kera Gunung Biasa hingga Kera Ekor Besi. Namun, ada juga beberapa yang membangkitkan Roh Bela Diri tipe senjata, seperti Pedang atau Tombak, yang mungkin berasal dari garis keturunan campuran yang masuk ke Klan Li melalui pernikahan.Upacara berlangsung meriah dan sukses, dipenuhi sorak-sorai dan pujian. Li Dalao tersenyum lebar. Baginya, inilah yang penting—kemakmuran dan kehormatan klan di bawah kepemimpinannya. Tanpa kehadiran Li Zi, sampah yang memalukan itu, Klan Li terasa lebih murni dan kuat.Setelah proses Upacara Kebangkitan Roh Bela Diri berakhir dan semua pemuda baru telah ditentukan nasibnya, Li Dalao bersiap untuk memberikan pidato penutup. Tiba-tiba, seorang penjaga klan bergegas menghampirinya.Penjaga itu membungkuk dan berbisik dengan cepat di telinga Li Dalao. Ekspresi Li Dalao yang semula bahagia seketika membeku. Matanya melebar, menunjukkan keterkejutan yang nyata, yang kemudian d
Tiga hari kemudian.Suasana di Kota Tianhu terasa cerah dan meriah. Hari ini adalah hari paling sakral bagi setiap klan di kota ini: Hari Upacara Kebangkitan Roh Bela Diri. Anggota klan muda yang telah mencapai usia lima belas tahun akan menjalani proses mistis yang akan menentukan takdir mereka, mengubah mereka dari manusia biasa menjadi kultivator sejati.Di pelataran utama Klan Li, sebuah kemegahan yang sengaja dipamerkan. Karpet merah terbentang dari gerbang hingga altar utama. Ratusan anggota klan berkumpul, sementara puluhan pemuda dan pemudi yang akan menjalani upacara berdiri di barisan depan dengan jantung berdebar.Di atas panggung utama yang dihiasi bendera klan dan ukiran naga, berdiri beberapa tetua klan, termasuk Kepala Klan—Li Dalao. Pria paruh baya itu tampak agung dalam jubah emasnya, senyum puas terpancar di wajahnya."Kalian adalah generasi emas Klan Li!" Suara Li Dalao menggelegar, penuh otoritas. "Hari ini kalian akan menjalani Upacara Kebangkitan Roh Bela Diri,







