Share

Bab 3

Penulis: Kavery
Amanda langsung panik.

Adele selalu menjadi anak yang penurut dan tidak pernah terlibat masalah selama di taman kanak-kanak. Ini pertama kalinya guru meneleponnya karena sesuatu yang serius.

Dengan cemas, Amanda buru-buru menuju kantor sekolah. Begitu masuk, dia langsung melihat Adele berdiri di pojok ruangan sambil menangis. Wajahnya merah padam, tubuh mungilnya gemetar hebat.

Di sisi lain ruangan, Arga berdiri dengan wajah dingin tanpa ekspresi. Di sampingnya, ada seorang gadis kecil dan seorang wanita bertubuh ramping. Hanya dengan satu pandangan, Amanda langsung mengenali wanita itu adalah Helen, cinta pertama Arga.

Wanita itu berdiri sangat dekat dengan Arga dan menggandeng lengannya dengan mesra. Mereka tampak serasi seperti pasangan suami istri. Anak kecil di sisi Arga ini adalah anak Helen.

Baru saja Amanda masuk, dia melihat anak itu memeluk lengan Arga sambil menangis keras, "Papa Arga, dia jahat! Dia ganggu aku!"

Mendengar panggilan "Papa Arga", mata Adele langsung membelalak tak percaya. Arga tidak pernah mengizinkannya memanggil "Papa".

Semua guru di taman kanak-kanak juga mengira Adele berasal dari keluarga ibu tunggal. Namun sekarang, ada anak lain yang bisa memanggil Arga sebagai papa terang-terangan. Yang lebih menyakitkan lagi, Arga memeluk Fiona dengan sangat lembut dan membisikkan kalimat penuh kasih, "Fiona jangan takut, Papa akan melindungimu."

Raut wajah yang lembut, mata yang penuh cinta ... semua itu tak pernah Adele rasakan.

Namun ketika tatapan Arga berpindah ke Adele, seketika sorot matanya menjadi sedingin es. "Siapa yang ngajarin kamu main tangan sama teman sekolah? Nggak sopan sama sekali. Cepat minta maaf ke Fiona!"

Adele gemetar ketakutan dan menangis sambil berkata dengan suara parau, "Tapi ... dia yang duluan merobek mainanku."

Di atas meja kantor, tampak boneka kelinci kecil yang rusak. Mainan itu dibawa pulang Arga semalam dalam keadaan mabuk, lalu diberikan kepada Adele. Adele sangat bahagia malam itu. Dia memeluk boneka itu tidur sepanjang malam, bahkan enggan melepaskannya saat berangkat sekolah.

Namun sekarang, Fiona malah berteriak marah, "Mainan apa milikmu?! Itu jelas-jelas mainan yang dibelikan Papa Arga untukku! Kamu pencuri! Pencuri mainan!"

Kata "pencuri" terlalu berat untuk anak berusia lima tahun. Mata Adele langsung memerah, tangannya mencengkeram ujung bajunya erat-erat. "Aku bukan pencuri ...."

Adele menoleh dengan panik ke arah Arga, berharap pria itu mau membelanya. Namun, Arga hanya mengalihkan pandangannya dengan dingin.

Helen kemudian angkat bicara, "Kemarin Arga memang membelikan beberapa mainan untuk Fiona, tapi Fiona nggak suka boneka kelinci, jadi Arga membawanya kembali. Mungkin saja Adele kebetulan membeli boneka yang sama."

Mendengar hal itu, kesedihan di mata Adele semakin dalam. Ternyata, mainan yang begitu dia sayangi hanyalah barang buangan milik orang lain. Meski demikian, itu tetaplah satu-satunya hadiah dari papanya.

Adele masih berkata lirih, "Tapi itu Papa yang kasih ke aku ...."

Arga mengernyit mendengar itu. Dia menghindari tatapan Adele, lalu berkata dingin, "Lalu kenapa? Cuma mainan murahan. Kamu tetap salah karena memukul orang. Minta maaf."

Setelah itu, dia menoleh tajam pada Amanda. "Ini hasil didikanmu? Anakmu nggak menyesal setelah memukul teman. Ibu macam apa kamu ini?"

Dada Amanda terasa perih. Dia hendak menjawab, tetapi Adele lebih dulu menarik bajunya.

Dengan mata memerah, suaranya terdengar tergesa-gesa, "Itu bukan salah Mama! Mama adalah mama terbaik di seluruh dunia!"

Lalu sambil menangis, dia menengadah dan tersenyum kecil ke arah Amanda. "Nggak apa-apa, Mama. Aku bisa minta maaf."

Adele tahu, kalau hari ini dia tidak meminta maaf, Arga tidak akan membiarkan mereka pergi dengan tenang. Ibunya juga pasti akan ikut disalahkan. Dia tidak ingin ibunya diperlakukan tidak adil.

Dengan hati penuh luka, Adele menatap Arga lalu membungkukkan badan, "Maafkan aku, Paman Arga."

Suaranya kecil dan lirih, tetapi setiap katanya seolah-olah menancap ke dalam hati Amanda. Dengan mata penuh kesedihan, Amanda menatap putrinya.

Lalu Adele melanjutkan, "Maaf, Fiona."

"Maaf, Bibi Helen."

Setelah berkata demikian, Adele menggenggam tangan Amanda, lalu berbalik dan pergi.

Melihat sikap Adele yang tidak seperti biasanya, gurunya sempat tertegun, lalu mengambil boneka kelinci di atas meja dan mengejarnya. "Adele, kamu lupa mainanmu."

Adele menghentikan langkahnya dan menoleh sekilas ke arah boneka itu. Akhirnya dengan mata berkaca-kaca, dia berkata pelan, "Aku nggak mau lagi."

Amanda menatap putrinya dengan ekspresi tak percaya. Arga pun terdiam di ambang pintu, tidak tahu harus bagaimana bereaksi.

Hidung Amanda mulai terasa perih menahan gejolak di dadanya.

Arga .... Kamu masih punya dua kesempatan lagi.
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Kebersamaan Tanpa Cinta   Bab 26

    Begitu keluar dari vila, para polisi yang berjaga langsung menyerbu masuk dan menahan Arga. Orang tua Amanda memandangnya dengan perasaan masih dipenuhi rasa takut.Amanda menyerahkan Adele kepada ibunya, lalu menoleh sekali lagi ke arah Arga yang sedang digiring pergi. "Dia seharusnya akan segera dideportasi kembali ke negara asal."Ibu Amanda menatap Arga dengan penuh kemarahan. Wanita yang biasanya penuh sopan santun itu sampai mengumpat saking marahnya. "Bagus kalau dipulangkan! Semoga dia seumur hidup nggak pernah muncul lagi di depan kita."Apa yang terjadi hari ini benar-benar terlalu menegangkan.Melihat wajah Amanda yang masih tampak pucat, Hiro lalu menyerahkan sebotol air kepadanya. "Kamu nggak apa-apa?"Amanda menggeleng dengan getir. Meski tampak tenang, sebenarnya hatinya kacau.Obsesi dan kegilaan Arga masih membekas di pikirannya. Sikap memohon damai yang ditunjukkan pria itu malah membuat Amanda terus teringat pada semua kenangan pahit yang lalu.Dengan senyum pahit, A

  • Kebersamaan Tanpa Cinta   Bab 25

    Hidangan di atas meja semuanya dimasak oleh Arga sendiri. Selama sepuluh tahun mengenalnya, ini pertama kalinya Amanda tahu bahwa Arga bisa memasak.Melihat steik dan pasta yang tersaji dengan indah di depannya, Amanda sama sekali tidak punya selera makan. Dia hanya menyeringai sinis. "Kamu belajar masak ini demi Helen, 'kan?"Arga menunduk, tidak menyangkal. Cintanya dulu pada Helen memang sangat mendalam.Waktu telah memperindah segalanya, bahkan sampai membuatnya terharu sendiri. Baru sekarang dia sadar betapa salahnya dirinya dulu.Dengan suara serak, Arga memaksakan senyum. "Mulai sekarang, aku hanya akan memasak untukmu, ya?"Kehidupan sederhana dan hangat seperti dulu, sudah lama tidak dia rasakan. Dulu, dia menjalani setiap hari dengan datar, bahkan terasa membosankan. Namun setelah kehilangan, dia baru sadar betapa berharganya semua itu.Arga menarik napas dalam-dalam. "Amanda, aku tahu kemarin kamu lakukan semua itu supaya aku menyerah."Dia memang cukup mengenal Amanda. Dia

  • Kebersamaan Tanpa Cinta   Bab 24

    Amanda langsung berdiri dengan gugup. "Ada apa? Bukannya kamu yang selama ini mengurusnya?"Suara pelayan itu terdengar panik, "A ... aku juga nggak tahu. Tadi aku ke sekolah, tapi nggak lihat Adele. Aku tanya ke sana-sini, semua bilang nggak tahu ke mana dia pergi."Hati Amanda langsung terasa seperti jatuh ke jurang!"Ada apa?" Melihat wajah Amanda berubah pucat, Hiro bertanya dengan sopan.Amanda hanya menjawab singkat, "Adele hilang," lalu langsung lari keluar tanpa peduli apa pun lagi.Hiro menyusul, "Dengan kondisimu sekarang, kamu nggak boleh nyetir. Biar aku antar. Kebetulan aku juga punya kenalan di sini, mungkin bisa bantu cari anakmu." Ucapan lembut dan tenang itu sedikit menyadarkan Amanda.Begitu sampai di sekolah, yang dia lihat adalah pelayan dan para guru yang gelisah dan panik. Tak ada satu pun yang tahu ke mana perginya Adele.Rekaman CCTV sekolah menunjukkan bahwa Adele pergi ke lapangan rumput untuk membaca buku sore tadi, lalu tak pernah kembali.Amanda menatap rek

  • Kebersamaan Tanpa Cinta   Bab 23

    Hari itu, Arga berlutut di depan rumah keluarga Amanda selama empat jam. Namun, orang tua Amanda tetap tidak luluh. Amanda pun sama sekali tidak muncul.Barulah saat malam semakin larut, Arga pulang ke hotel dalam keadaan kacau. Dia tampak seperti seorang penjudi yang kehilangan segalanya. Dia membeli sekantong besar minuman keras, lalu mabuk berat di dalam kamar hotel.Ketika Santi datang, yang dia lihat adalah putranya dalam kondisi hampir tidak sadarkan diri. Karena marah dan kecewa, dia menampar Arga keras-keras."Lihat dirimu sekarang! Masih pantas disebut anak Keluarga Adhitama?"Arga tidak membalas, melainkan hanya menunduk lesu dengan tatapan kosong. Dia mencibir pada dirinya sendiri. "Ibu, ini semua salahku sendiri, 'kan?"Santi memandangnya, antara sakit hati dan kesal. "Dulu waktu kamu bersama Amanda, kamu malah menyia-nyiakannya. Sekarang dia sudah punya kehidupan sendiri, kamu malah jadi begini. Kamu pikir dengan cara seperti ini dia akan balik padamu?"Kata-kata itu menus

  • Kebersamaan Tanpa Cinta   Bab 22

    Melihat Helen dalam keadaan seperti itu, seberkas rasa sakit melintas di mata Arga.Helen buru-buru melanjutkan permohonannya, "Asal kamu mau melepaskanku, aku janji nggak akan pernah muncul lagi di hadapanmu. Aku nggak akan ganggu hidupmu.""Aku masih punya anak. Kumohon, demi Fiona, lepaskan aku."Mendengar itu, Arga hanya bisa mendorongnya perlahan dengan berat hati. Dia tahu, wanita yang kini berlutut di depannya, sudah bukan lagi sosok yang pernah dia kagumi. Yang lebih menyedihkan lagi, dirinya dulu rela mengorbankan seseorang yang menunggunya selama 10 tahun hanya demi bayangan semu seperti Helen.Betapa bodohnya dirinya.Dengan suara dingin dan mantap, dia memberi perintah kepada pengawalnya, "Bawa dia ke kantor polisi.""Mengenai Fiona, aku akan minta seseorang menjaganya. Kamu nggak perlu khawatir."Setelah itu, Arga kembali ke rumah sakit, ingin menjenguk Amanda.Namun saat sampai di depan ruang rawat, dia melihat perawat sedang membereskan tempat tidur. Dari sana dia baru t

  • Kebersamaan Tanpa Cinta   Bab 21

    "Ah!"Helen yang berada di pinggir jalan langsung terkejut. Dia awalnya hanya ingin memberi Amanda sedikit pelajaran, tak disangka perbuatannya malah menyebabkan kecelakaan serius seperti itu.Tanpa memedulikan Amanda yang tergeletak di jalan, Helen langsung berbalik dan melarikan diri terbirit-birit.Sementara itu, Amanda hanya merasa tubuhnya terguling beberapa kali. Dunia di sekelilingnya semakin gelap dan sunyi. Dia bahkan tidak tahu kapan dia dibawa ke rumah sakit.Saat tersadar, yang pertama dia lihat adalah orang tuanya, serta Adele yang berdiri di sisi tempat tidur. "Kamu sudah sadar. Gimana rasanya?"Amanda memegang kepala yang dibalut perban tebal. Rasa sakit yang luar biasa langsung menghantam.Ibu Amanda buru-buru membantu membaringkannya kembali. "Dokter bilang kamu mengalami gegar otak. Untung saja nggak sampai lebih parah, Ibu hampir jantungan, tahu nggak.""Kenapa bisa kecelakaan? Kamu tadi baik-baik saja, kenapa bisa tiba-tiba tertabrak mobil?"Amanda langsung teringat

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status