Dari balik pintu kamar Midori yang menghadap ke koridor penginapan, Leeray memperhatikan kebersamaan Midori dan Kenzo. Kedua anak muda itu memang berciuman, tetapi mereka tidak berbuat yang lebih dari itu. Selepas tengah malam, mereka berpisah. Kenzo kembali ke kamarnya sendiri.
"Hubby?" panggil Deasy di ujung lorong kamar Midori.
Leeray agak terkejut karena terpergok istrinya sedang memata-matai puteri mereka. Dia pun menutup rapat kamar Midori sebelum gadis itu menyadari keberadaannya. Kemudian menghampiri Deasy.
Dia merangkul bahu Deasy sembari berjalan kembali ke kamar mereka di sisi timur penginapan. "Bagaimana kau tahu kalau aku ada di sini, Sayang?" tanya Leeray.
"Kau mencurigakan ...," balas Deasy terkikik.
"Aku hanya ingin memastikan Kenzo tidak macam-macam pada Midori. Besok kita pindah ke Tokyo, kan?" ujar Leeray membela dirinya.
Mereka berdua pun masuk ke kamar lalu berbaring bersisian di atas kasur tebal di lantai.
"Hold
Leeray menatap sepasang muda-mudi yang tengah asik berciuman di lobi hotel tanpa menghiraukan orang-orang di sekitarnya. Dia mendekati mereka berdua dan berdehem.Akhirnya, ciuman itu berakhir dan puteri kesayangannya itu menoleh kepadanya dengan bibir bengkak dan merah karena dilumat oleh bibir Kenzo. Leeray sebenarnya ingin marah, tetapi dia ingat dulupun dia seperti mereka berdua ketika berpacaran dengan Deasy, istrinya, malahan mungkin lebih parah seingatnya."Paman Leeray, jangan marahi Midori, aku yang salah karena memintanya menciumku," bela Kenzo sembari berdiri di depan tubuh Midori, dia siap seandainya papi Midori akan memukulnya sekalipun.Midori yang melihat Kenzo membelanya pun sedikit merasa tersentuh. Pemuda itu sepertinya memiliki prinsip berani berbuat berani bertanggungjawab. Dia suka tipe lelaki yang seperti itu."Bukankah kau harus bekerja, Kenzo? Berangkatlah sekarang sebelum kau terlambat," ujar Leeray mengusir Kenzo dengan halus.
Pukul 18.30, Kenzo menjemput keluarga Midori di lobi hotel Imperial Tokyo. Dia mengenakan baju santai kali ini, kaos tshirt putih dan celana jeans biru muda dengan jaket hitam tebal. Malam ini dia akan mengajak keluarga Midori ke dua tempat yaitu Tokyo Skytree dan Kabukiza di Ginza.Sepertinya menonton teater Kabuki dulu saja, pikir Kenzo mengatur agenda jalan-jalan malam ini di otaknya."Hey! Melamun sendiri, Kenzo?" sapa Midori yang duduk di sampingnya.Gadis itu tampil santai juga, tapi apa pun yang dipakai Midori selalu kelihatan cantik dan tidak berlebihan. Malam ini Midori mengenakan dress selutut dari bahan jeans dengan dalaman kaos warna putih polos."Nggak melamun, hanya berpikir rencana jalan-jalan malam ini. Wow, kau harum sekali Midori. Aku suka dengan aroma tubuhmu, boleh kucium?" balas Kenzo mendekatkan dirinya ke Midori. Dia menghirup aroma tubuh Midori lalu mendaratkan kecupannya di ceruk leher Midori sekali.Kecupan Kenzo membuat t
Saat Midori dan Kenzo berciuman begitu lama seolah tak ingin berpisah. Ponsel Midori berbunyi. Dia pun mengangkat panggilan itu."Halo. Iya, Pi. Midori turun sekarang," jawabnya. Itu adalah telepon dari papinya yang mengajak Midori untuk pulang."Ayo kita turun sekarang, Midori," ucap Kenzo mengulurkan tangannya pada Midori.Gadis itu melingkarkan lengannya pada lengan Kenzo. Mereka berdua pun berjalan turun mengitari lorong tower itu. Setelah turun 5 lantai, Kenzo mengajak Midori turun dengan lift agar gadis itu tidak kelelahan."Apa kakimu lelah, Midori?" tanya Kenzo menatap Midori di sampingnya dalam lift."Sedikit." Midori tersenyum pada Kenzo.Kenzo pun jongkok di hadapan Midori. "Naiklah ke punggungku, Midori," ucapnya."Tapi ... nanti kau keberatan, Kenzo," ujar Midori."Tidak akan. Naiklah!" jawab Kenzo yakin.Midori pun naik ke punggung Kenzo lalu melingkarkan tangannya ke leher pemuda itu sementara lift terus t
Dari parkiran bandara Haneda, Kenzo melihat pesawat yang membawa pujaan hatinya itu lepas landas ke angkasa. Perasaannya menjadi sedikit melankolis karena kepulangan Midori ke Perth.Sejenak dia berpikir, alasan apa yang dapat dia gunakan untuk sementara pindah ke Perth. Tidak mungkin bila dia harus pulang pergi Tokyo-Perth-Tokyo berulang kali dalam waktu yang relatif singkat, pekerjaannya bisa berantakan.Tiba-tiba ponselnya berbunyi, dia melihat id caller. Ternyata ayahnya yang menelepon. Dia pun segera menerima panggilan itu."Halo. Ya, Ayah. Ada apa?" jawab Kenzo."Halo. Kau sudah melepaskan gadis asing itu 'kan Kenzo? Tuan Masumi Tokugawa menghubungi Ayah, katanya kau bermain-main dengan gadis berkebangsaan Australia," ujar ayah Kenzo dengan suara datar.Kenzo memejamkan matanya, mendadak merasa pening. Begitu cepat berita itu menyebar, batinnya."Ohh itu puteri pelanggan besar perusahaan kita, Ayah. Namanya Midori, dia puteri dar
Di ruang makan keluarga Tokugawa pagi itu, Tuan Masumi Tokugawa menatap puterinya dengan tajam. Orang-orang yang dia tempatkan untuk mengawasi calon menantunya, Kenzo Watanabe mengirimkan berita yang tidak mengenakkan.Pemuda itu rupanya menaruh hati pada seorang gadis berkebangsaan Australia. Foto-foto kemesraan Kenzo dengan gadis itu sudah berada di tangan Masumi Tokugawa. Dia pun murka.Perjodohan puteri bungsunya dengan putera tunggal generasi ketujuh klan Watanabe sangat berharga. Pemuda bernama Kenzo itu lulusan terbaik MIT di periodenya. Bisnis mobil listrik dan robot adalah bisnis masa depan, klan Watanabe sangat beruntung memiliki pewaris yang sedemikian cemerlang otaknya."Ayumi, apa kau tidak becus mengurusi tunanganmu itu?!" seru Tuan Masumi dengan nada keras pada puterinya.Ibu Ayumi memejamkan matanya karena terkejut dan tak kuasa menghadapi amarah suaminya. Dia tidak berani membela puterinya di hadapan suaminya.Suasana di meja makan
Sore itu kediaman keluarga Indrajaya di pinggrian selatan kota Perth kedatangan tamu dari jauh. Kebetulan Midori yang membukakan pintu teras untuk ketiga tamunya itu."Uncle James!" seru Midori lalu menghambur ke pelukan paman ketiganya yang tampan itu."Midori! Kau sangat cantik sekarang, Nona Kecil!" puji James sembari tertawa berderai memutar-mutar gadis itu di pelukannya."Jake, kau juga ganteng amat, Boy!" puji Midori sembari memeluk Jacob lalu meninju lengan kekar sepupunya itu.Terakhir Midori juga memeluk bibinya, kakak dari maminya, Tante Laura. "Tante, awet muda banget deh, masih cantik banget seperti biasanya," puji Midori menatap tantenya itu."Aahh kamu bisa saja, Midori. Mami papi mana nih?" balas Laura sambil merangkul Midori masuk ke dalam rumah."Miiii ... ada tamu!" panggil Midori ke maminya yang ada di ruang kerja.Deasy pun meninggalkan pekerjaan desainnya di meja lalu keluar dari ruang kerja. Dia menghambur
Mami papi Leon mengantar putera mereka itu ke Bandara Soekarno Hatta. Dia akan kembali bersekolah di Perth. Ini adalah tahun ketiganya di University of Western Australia jurusan Bisnis Internasional. Kelak dia yang harus melanjutkan perusahaan papinya yang di Jakarta, Indrajaya Realty.Elena Valerie Liem memeluk putera tunggalnya, Vladimir Leon Indrajaya dengan erat sembari menitikkan air mata. Dia hanya bertemu Leon 4 kali dalam setahun. Sejak kelas 4 SD, Leon tinggal di Perth bersama abang tirinya, Leeray. Mereka berbeda usia 36 tahun.Masa kecil Leon sangat berat, dia selalu mengalami bullying di sekolahnya karena maminya yang menikah dengan papinya ketika papinya itu berusia 58 tahun, sementara maminya kala itu berusia 27 tahun.Hal itu menjadi gosip tak sedap di antara nyonya-nyonya sosialita kelas atas. Mereka menganggap Elena sebagai gold digger, wanita pengejar harta, dan beberapa mengatakan dia wanita simpanan Leonard Indrajaya karena tadinya Elen
Di dalam kamarnya, Kenzo mengecek GPS yang dia pasang di arloji emas yang dia kirimkan bersama robot Hello Kitty untuk Midori ke Perth. Tampaknya Midori belum memakainya karena posisinya tidak bergerak sama sekali.Dia pun menelepon Midori dengan ponselnya. Lama sekali panggilan itu baru diterima.Kenzo: "Halo, Midori. Ini Kenzo."Midori: "Halo ... ohh Kenzo, ada apa?"Terdengar suara sorak-sorai menggoda di belakang Midori. Seperti suara Poseidon dan seorang pemuda lagi, mungkin saudara Midori lainnya."Kalian jangan ribut! Aku kembali ke kamar saja," amuk Midori dalam bahasa Indonesia. Kenzo tidak mengerti artinya karena mereka selalu berbicara dalam bahasa Inggris.Kenzo: "Apa aku mengganggu waktumu, Midori?"Midori: "Oohh ... tidak, Kenzo. Itu Posei dan Jacob berisik sekali. Aku kembali ke kamarku sekarang. Kenapa meneleponku, Ken?"Kenzo: "Merindukanmu tentunya, Midori Sayang. Oya, apa kamu menemukan kotak arloji yan