Ketika berbelok ke arah restoran hotel, Kenzo berpapasan dengan keluarga Midori yang akan menuju ke restoran juga. Dia pun menyapa mereka.
"Selamat malam, Paman Leeray, Tante Deasy, Poseidon, dan Midori."
"Selamat malam, Kenzo. Kebetulan sekali bertemu di sini ...," balas Leeray seraya merangkul bahu pemuda itu. Dia cukup terkesan pada Kenzo sejak perjumpaan pertama mereka sore tadi.
Yamaguchi berdiri di depan pintu masuk restoran menunggu Kenzo. Kemudian dia mengantarkan rombongan itu ke tempat reservasi makan malam. Sebuah ruangan khusus berisi meja makan panjang dari kayu setinggi setengah meter dengan 8 buah kursi di sekelilingnya.
Mereka pun memilih tempat duduk masing-masing, Kenzo tentu saja memilih duduk di samping Midori, sementara Poseidon duduk di sisi lain Midori.
"Jadi bagaimana cara memesan menu di restoran ini?" tanya Deasy penasaran.
Kenzo pun menjawab, "Segalanya sudah saya siapkan Tante Deasy, semoga kalian bisa menikmati hidangan khas Jepang di restoran ini."
Tak lama kemudian, ketiga sahabat Kenzo tiba di restoran itu dan duduk di kursi yang masih kosong. Mereka berpakaian rapi seperti Kenzo dengan setelan jas berdasi. Mereka berempat adalah para pewaris dari grup konglomerat di Jepang, semuanya fasih berdandan untuk acara resmi.
"Ini siapa saja, Kenzo?" tanya Leeray memandangi ketiga pemuda berkebangsaan Jepang yang semuanya tampan dan memiliki aura keturunan konglomerat.
"Silakan memperkenalkan diri, Teman-teman," ujar Kenzo dengan bahasa Inggris kepada ketiga sahabatnya itu. Dia berharap mereka mengerti bahwa tamunya tidak bisa berbahasa Jepang.
"Perkenalkan, saya Shinichi Honda, Paman."
"Perkenalkan, saya Hideo Tokugawa, Paman."
"Perkenalkan, saya Keichiro Yamada, Paman."
"Baik. Tidak perlu terlalu formal, Kidds. Paman Leeray juga dulu pernah muda. Kita santai saja, oke?" balas Leeray menanggapi perkenalan pemuda-pemuda keturunan Jepang itu.
Pelayan restoran pun datang menyajikan masakan Jepang yang melimpah dan beraneka ragam di meja makan. Berbagai macam sushi, yakitori, ramen, sup miso, katsu, chawan mushi, onigiri, tempura, dan shabu-shabu.
Leeray agak terkejut dengan berbagai jenis masakan yang memenuhi meja makan karena jenisnya banyak sekali seperti sajian pesta saja. Dia pun diam-diam menebak dalam hatinya siapa Kenzo. Tampaknya pemuda itu menaruh hati pada puterinya karena dia sangat perhatian pada Midori.
Kenzo membantu mengambilkan makanan yang diinginkan Midori, dia sangat perhatian. Ketiga teman Kenzo pun mencuri pandang ke arah Midori dan Kenzo yang tampak begitu mesra.
"Ngomong-ngomong kalian masih sekolah atau sudah bekerja?" tanya Leeray pada keempat pemuda Jepang itu.
Shinichi menjawab, "Kami sudah lulus kuliah, Paman. Kami bekerja di perusahaan keluarga kami masing-masing. Keluarga saya memiliki bidang bisnis otomotif sama seperti keluarga Kenzo. Sedangkan Hideo bisnis perhotelan bintang 5. Keluarga Keichiro bisnis pusat perbelanjaan."
"Wah berarti kalian keturunan konglomerat dong!" ujar Leeray.
"Ya begitulah, Paman Leeray. Namun, konsekuensinya kami harus kehilangan kebebasan karena segalanya diatur oleh tetua adat," ujar Hideo dengan bahasa Inggris sambil memilih makanan di hadapannya.
"Hideo, tak perlu jelaskan mengenai perjodohanku, kumohon ...," sergah Kenzo dengan bahasa Jepang yang tentunya tidak dimengerti oleh keluarga Midori.
Hideo menatap wajah Kenzo dalam diam lalu mengangguk perlahan. Sejujurnya dia tidak setuju dengan apa yang sedang Kenzo lakukan. Ini sungguh berbahaya, dia tahu betul bahwa segala gerak-gerik mereka selalu dilaporkan ke orang tua mereka masing-masing. Dia hanya menyayangi sahabatnya sejak kecil itu, Hideo tidak ingin Kenzo celaka karena menuruti kata hatinya.
Leeray mengamati kedua pemuda itu berbicara dalam bahasa Jepang dengan raut wajah serius. 'Ada apa sebenarnya? Terakhir kali Hideo berbicara mengenai kehilangan kebebasan karena hidup mereka diatur oleh tetua adat. Apakah mungkin Kenzo sudah dijodohkan oleh orang tuanya?' batin Leeray sembari meneruskan makan seolah tidak terjadi apapun.
"Kenzo, apa kau sering makan daging mentah?" tanya Midori ketika mengamati sushi yang tersaji di meja makan.
Kenzo pun tersenyum lalu menjawab, "Iya begitulah, kenapa Midori? Apa kau tidak suka makanannya?"
Midori mencoba sebuah sushi dengan daging salmon mentah di atas nasi, dia menambahkan kecap asin dan cuka sebelum memakan sushi itu. "Rasanya tidak terlalu buruk ...," ucap Midori sambil mengunyah sushi itu.
Pemuda itu mengamati Midori sambil tersenyum, dia senang Midori setidaknya mau mencoba sushi dengan daging salmon mentah. Tidak semua orang asing mau mencobanya.
"Coba shabu-shabu yang sudah direbus dengan kuah gurih, Midori. Aku akan mengambilkannya untukmu," ucap Kenzo lalu mengambilkan makanan itu dari tengah meja makan ke dalam mangkuk keramik. Dia meletakkannya di hadapan Midori.
Gadis itu pun berterima kasih dengan perhatian Kenzo kemudian mencoba masakan berkuah bening itu. "Ini lezat, Ken. Terima kasih," ucap Midori seraya tersenyum manis pada Kenzo yang membuat wajah pemuda itu merona.
Deasy, mami Midori yang duduk di hadapan sepasang muda-mudi itu pun tertawa kecil menyaksikan kejadian itu. Dia melirik ke arah suaminya yang paham dengan apa yang terjadi, Leeray hanya tersenyum pada Deasy.
"Kenzo, apa kau menjabat sebagai junior CEO di perusahaan keluargamu?" tanya Deasy menyelidik sembari mengambilkan suaminya shabu-shabu dengan mangkuk seperti yang dilakukan Kenzo tadi untuk Midori.
"Ohh iya, Tante Deasy. Saya membantu ayah saya mengatur banyak hal di perusahaan dan sebagian besar lebih ke pengembangan teknologi produk otomotif dan robot," jawab Kenzo dengan jujur. Dia melihat gelas minuman Midori kosong lalu meminta pelayan mengisinya lagi dengan teh hijau.
Leeray pun tertarik dengan pekerjaan Kenzo, itu mirip dengannya saat dia muda dulu ketika bekerja di kantor Indrajaya Realty di Jakarta. Junior CEO yang sangat ambisius kala itu hingga akhirnya pindah ke Australia dan mengejar cinta Deasy. Dia dulu gila kerja hingga sering membuat Deasy kesal sebagai karyawannya sebelum mereka menikah.
"Kenzo apa kuliah di bidang IT?" tanya Leeray penasaran dengan pemuda itu.
"Ya, Paman Leeray. Saya dulu kuliah di Massachussets Institute of Technology di Amerika Serikat," jawab Kenzo sembari tersenyum dengan bangga. Itu kuliah yang sulit menurutnya, tetapi hasilnya luar biasa karena ilmunya sangat berguna untuk perusahaan keluarganya.
"Wow, kau hebat, Kenzo!" komentar Leeray kagum lalu berkata pada Midori, "Sayangku Midori, pemuda ini hebat. Mungkin kamu harus bertanya kepadanya bagaimana bisa bersekolah di MIT."
"Tapi aku ingin sekolah kedokteran, Papi ... bukan sekolah di bidang teknologi seperti Kenzo," balas Deasy dengan ringan.
Leeray pun tersenyum seraya berkata lagi, "Berarti kau dan Jacob akan sama-sama mengambil jurusan kedokteran tahun ini?"
"Iya, apa Jacob akan pindah ke Perth, Pi? Aku sangat suka padanya, dia anak yang asik," ujar Midori dengan ceria.
Kenzo yang mengikuti pembicaraan ayah dan anak itu agak penasaran dan cemburu, siapa Jacob ini. 'Apakah saingannya?' batin Kenzo, dia pun memutuskan untuk menanyakannya langsung.
"Siapa Jacob, Midori?" tanyanya dengan nada datar.
Midori pun menoleh ke arah Kenzo dan tersenyum. "Jacob itu sepupuku, dia pun anak kembar dari kakak perempuan mamiku, Tante Laura dan ayahnya adalah adik bungsu papiku, namanya Paman James. Kedua orang tua Jacob adalah profesor kedokteran hewan. Tapi dia memilih kedokteran umum, dia akan kuliah bersamaku tahun ini di Perth. Rasanya tak sabar bertemu lagi dengannya, dia orang yang sangat humoris dan pemberani," celoteh Midori dengan bersemangat mengenai sepupunya, Jacob.
Kenzo pun lega mendengarnya, berarti Jacob bukanlah saingannya. Mungkin dia akan berkenalan dengan Jacob suatu hari nanti, sepertinya pemuda itu memiliki kepribadian yang menyenangkan.
"Bagaimana dengan Poseidon? Apa dia juga akan kuliah kedokteran sepertimu, Midori?" tanya Kenzo lagi.
"Posei, jawablah pertanyaan Kenzo. Jangan hanya makan terus, nanti kau gendut!" ledek Midori pada kembarannya itu.
Poseidon pun memutar bola matanya dengan kesal mendengar cemoohan Midori. "Memangnya kenapa kalau aku gendut, Midori? Kau tidak tahu bahwa perutku ini sixpack ... setiap pagi aku berolahraga dengan papi. Apa perlu kubuka kemejaku untuk memperlihatkan ototku yang keren ini padamu?" balas Poseidon dengan congkak seperti biasa.
"Dasar Posei konyol! Hey kau belum menjawab pertanyaan Kenzo tadi, kau akan kuliah jurusan apa?" ujar Midori.
"Oohh iya, aku akan kuliah civil engineering sama seperti papiku dulu. Perusahaan keluarga kami bergerak di bidang properti, sekalipun juga bergerak di bidang pusat perbelanjaan dan hotel juga. Nanti kalau kau main ke Perth, aku akan mengajakmu ke superblock mal dan hotel milik keluarga kami, Kenzo." Poseidon menjawab panjang lebar pertanyaan Kenzo. Dia menyukai pemuda itu, sepertinya cocok dengan saudari kembarnya yang suka meradang padanya itu.
"Itu pilihan jurusan kuliah yang menarik, Posei. Tadinya aku juga berminat untuk bersekolah teknik sipil sepertimu, tetapi sayangnya bidang bisnis keluargaku tidak cocok. Jadi kupikir daripada membuang waktu dan tenaga, aku memilih kuliah IT saja yang sesuai dengan bidang bisnis keluargaku. Kalau aku ke Perth, pasti aku akan menagih janjimu, Posei. Kau harus mengajakku berkeliling, oke?" balas Kenzo pada Poseidon.
Poseidon pun tertawa kecil lalu berkata, "Jangan kuatir, Kenzo. Aku pasti akan mengajakmu berkeliling Perth sampai kau bosan. Mungkin kita bisa meminjam Lamborghini baru papiku. Hahaha."
"Aahh kau bisa saja, Posei. Aku mana berani merepotkan Paman Leeray, kita naik mobilmu saja nanti kalau aku berkunjung ke Perth," sahut Kenzo sembari tertawa melirik Leeray.
Leeray pun ikut tertawa mendengar perbincangan anak muda itu. Puteranya memang bandel seperti istrinya, mereka berdua sama-sama suka menggoda dirinya. Poseidon tahu dia sangat menyayangi Lamborghini barunya.
"Midori, apa kau menyukai robot? Apa karakter kartun kesukaanmu? Mungkin aku akan membuatkan sebuah robot mainan khusus untukmu nanti," ujar Kenzo sembari menatap Midori. 'Gadis itu wajahnya begitu bercahaya seolah ada matahari yang terbit dari wajahnya,' batin Kenzo kagum dengan kecantikan Midori.
Midori tertawa kecil lalu menjawab, "Wow, Kenzo kau jenius sekali, bisa membuat robot. Aku menyukai Hello Kitty seperti mamiku. Kucing putih itu begitu menggemaskan, kau tahu?"
"Aahh Hello Kitty, aku mengerti. Tunggulah di rumahmu. Aku akan mengirimkannya via paket. Oya kita belum bertukar nomor ponsel, Midori. Bolehkah aku meminta nomormu?" ujar Kenzo sembari mengeluarkan ponsel dari saku jasnya.
Mereka pun bertukar nomor ponsel.
Ketiga sahabat Kenzo berbisik-bisik melihat Kenzo bertukar nomor ponsel dengan Midori. Mereka bertaruh apakah Kenzo berhasil menjadikan Midori sebagai pacarnya atau tidak.
Hideo memang sepupu Ayumi, tunangan Kenzo. Namun, dia paham bahwa sahabatnya itu telah jatuh hati pada Midori. Dengan berat hati, dia membiarkan sahabat sejak kecilnya itu mengkhianati perjodohan keluarganya. Hideo tahu dengan pasti bahwa mata-mata keluarga Tokugawa sudah mengetahui mengenai acara makan malam ini dan akan melaporkannya pada pamannya, Masumi Tokugawa.
Seusai makan malam, mereka semua masih berbincang sembari minum sake. Kenzo memang ingin mempererat tali silaturahmi dengan keluarga Midori. Dia masih belum mampu memikirkan bagaimana cara dia mendekati Midori setelah liburan Midori dan keluarganya di Kyoto usai."Kenzo, perusahaan mobil keluargamu itu apakah melakukan ekspansi ke luar Jepang seperti Honda, Toyota, Mitsubitsi, dan sejenisnya?" tanya Leeray yang masih baru mendengar merk kendaraan milik perusahaan keluarga Kenzo."Iya, Paman Leeray, mungkin tidak seterkenal kendaraan berbahan bakar fosil. Kendaraan listrik baru booming setelah Tesla mulai terkenal, bukan? Kami mendukung program green energy, Paman Leeray. Mungkin Paman ingin mencoba satu unit? Saya bisa mengirimkannya ke Perth," tutur Kenzo dengan cerdas.Leeray tersenyum mendengar jawaban Kenzo. Dia menyukai pemuda itu, bukan hanya anak konglomerat, tetapi memang genius berbakat. Kenzo mengingatkannya pada Deasy ketika awal dia mengenal is
Malam semakin larut, Kenzo masih asyik mengobrol dengan Midori di teras kamar gadis itu.Midori menceritakan pada Kenzo bahwa bahasa ibunya adalah bahasa Indonesia karena kedua orang tuanya adalah warga negara Indonesia. Namun, karena bisnis mereka berpusat di Perth, kedua orang tuanya berpindah kewarganegaraan sebelum Midori dan Poseidon lahir untuk mempermudah pembuatan akte kelahiran anak juga selain pertimbangan bisnis.Kenzo pun mengerti bahwa gadis yang dia sukai memiliki kebangsaan ganda yaitu Indonesia dan Australia. Dalam tradisinya silsilah kebangsaan itu penting. Menurut pengetahuannya, latar belakang Midori ini akan sangat sulit bila harus disatukan dengannya dalam sebuah pernikahan.Tradisi bangsa Kenzo menjunjung tinggi cinta bangsanya dan juga memandang tinggi kesetiaan pada tanah air. Sementara orang tua Midori berpindah kewarganegaraan, itu sudah sangat salah dengan alasan apapun.Kenzo merasa dilema, mana yang harus dia ikuti ... k
Hari masih begitu pagi, udara pun terasa sejuk di kulit Midori. Namun, wajahnya terasa panas. Kenzo terus-menerus membuatnya merona karena malu mendengar ucapan pemuda itu. "Oohh Pacar Sehariku sepertinya tukang gombal," ucap Midori ringan seraya melepaskan diri dari pelukan Kenzo di pinggangnya. Dia berjalan kembali ke arah kamarnya. "Midori, tunggu ... ada sesuatu yang akan dikirim ke kamarmu sebentar lagi." Kenzo mengecek jam tangan di pergelangan tangan kirinya yang tertutup manset kemejanya. Midori menoleh sekilas ke arah Kenzo lalu terus masuk ke kamarnya dan menutup pintu teras. Melihat hal itu, Kenzo pun kembali ke kamarnya. Dia ingin mengatur tur wisata keluarga Midori dengan sopir pribadinya. "Tuan Muda ...," sapa sopir pribadi Kenzo yang bernama Yoshida, dia pria berusia awal 30 tahun. "Yoshi-san, aku ingin minta tolong padamu hari ini. Keluarga teman baikku sedang berkunjung ke Kyoto, mereka ingin melihat-lihat tempat
Jalan raya di Kyoto begitu lengang, jarang kendaraan bermotor yang berada di jalan. Sebagian besar masyarakat di Jepang lebih memilih bepergian dengan bus atau kereta api dan terkadang bersepeda atau berjalan kaki.Leeray pun terkesan dengan kebiasaan orang Jepang yang ramah lingkungan itu, betapa berbeda dengan di Indonesia yang jalan rayanya terutama di Jakarta berjubel kendaraan bermotor berbagai merk. Tingkat polusinya sudah sangat parah."Paman Leeray, liburan di Jepang sampai kapan?" tanya Kenzo penasaran sembari menyetir dengan hati-hati."Lusa kami pulang ke Perth, besok kami akan pindah ke Tokyo sehari saja sebelum pulang. Kamu apa tidak masuk kerja, Kenzo?" balas Leeray sambil menatap pemuda itu dari samping.Kenzo memiliki penampilan yang menarik, matanya memang khas orang Jepang yang sipit, hidungnya mancung lurus, bibirnya penuh berwarna merah delima, wajahnya sedikit tirus dengan tulang pipi tinggi, dan potongan rambutnya agak pa
Sepasang tangan hangat yang lebar menutupi kedua mata Midori dari belakang. Gadis itu terkikik lalu berkata, "Aku tahu itu pasti kamu, Kenzo.""Apa kabar, Pacar Sehariku? Senang jalan-jalannya hari ini?" tanya Kenzo sembari tersenyum ketika Midori berbalik menghadapnya.Kecantikan alami wajah Midori selalu sukses membuat jantung Kenzo berdebar-debar. Apalagi dalam jarak setengah meter, rasanya dia ingin menautkan bibirnya sesegera mungkin ke bibir mungil merah muda itu, menyesapnya, melumatnya hingga gadis itu melenguh seperti ketika mereka terakhir kali berciuman.Midori merasa wajahnya panas karena tersipu malu ketika dipandangi dengan begitu intens oleh Kenzo. Dia pun menggigit bibir bawahnya yang membuat Kenzo mendadak menahan napas dan memalingkan wajahnya ke samping."Jalan-jalannya di Kyoto begitu seru, Kenzo. Terima kasih atas tumpangannya dan sopirmu begitu murah hati pada kami. Dia membayar segala pengeluaran kami hingga kami merasa tidak enak h
Ketiga teman Kenzo sudah kembali ke Tokyo pagi tadi sehabis sarapan. Kenzo pun sendirian menghabiskan sore itu di kamarnya. Saat itu masih pukul 15.30. Karena jam untuk makan malam masih lama, dia pun memutuskan untuk berendam di onsen penginapan Togutsutei.Onsen itu sepi tanpa seorang pun pengunjung yang berendam di dalam kolam air panas. Kenzo menceburkan dirinya ke dalam kolam. Dia memejamkan matanya menikmati ketenangan.Tiba-tiba terdengar suara ceburan di air dari sisi lain onsen. Dia pun menengok ke arah datangnya suara itu. Ternyata Midori pun berendam di sana. Dia pun keluar dari air dan meraih handuknya lalu membelitkannya di pinggulnya. Kemudian berjalan ke sisi onsen tempat Midori berendam.Gadis itu tidak menyadari kehadirannya karena sedang memejamkan mata sembari mendengarkan musik dengan earphone bluetooth. Pipinya berwarna merah muda karena uap hangat dari air tempat dia berendam.Kenzo berjongkok di tepi kolam lalu mengecup pipi Midori.
Mereka bertiga naik ke mobil Kenzo yang bertipe sedan dengan merk Richter. Mobil itu produksi perusahaan keluarga Watanabe. Ide mobil itu pun sebagian besar berasal dari buah pikiran Kenzo sendiri. Dia adalah seorang jenius IT."Sepertinya aku akan mengajak kalian berdua makan malam dulu ya ... setelah itu kita akan naik perahu kecil di sungai Arashiyama," ujar Kenzo sembari menyetir dengan hati-hati."Oke, aku ikut saja dengan rencana kalian. Anggap saja aku tidak ada, Kenzo," balas Poseidon sambil bercanda.Poseidon tahu bahwa Kenzo menyukai saudari kembarnya, Midori. Menurutnya, pemuda berkebangsaan Jepang itu baik dan sangat perhatian. Wisata keluarganya di Kyoto tadi pagi hingga siang pun diatur sedemikian rupa oleh Kenzo hingga terasa begitu nyaman. Dia mendukung hubungan Kenzo dan Midori."Posei, apa kau tidak mendapat kenalan gadis Jepang hingga 3 hari kau berlibur di Jepang?" sindir Midori."Tsskk kau gemar sekali mem-bully-ku, Mi. Aku mem
Kenzo meraih tangan Midori lalu mengecupnya sembari menatapnya dengan tatapan tajamnya. "Kau mengatakan 'aku mencintaimu, Kenzo', tapi hatimu ragu ... apa yang harus kulakukan untuk meyakinkanmu, Midori?" ucap Kenzo.Angin malam di sungai Arashiyama berhembus menerbangkan kelopak bunga Sakura yang gugur. Kelopak bunga Sakura merah muda itu mendarat di rambut Midori yang disanggul rapi oleh pelayan penginapan Togutsutei tadi. Kenzo mengambil kelopak bunga Sakura itu dan menaruhnya di telapak tangan Midori.Gadis itu menatap kelopak bunga Sakura itu lalu menatap wajah Kenzo dengan tersipu malu."Tempatmu seharusnya berada adalah di negeriku, Midori. Entah apa alasan orang tuamu menamaimu dengan nama gadis Jepang ... tapi mungkin itu pertanda takdir yang mempertemukan kita di Kyoto. Seorang Midori dengan seorang Kenzo. Kita lihat saja nanti apakah ketika kamu kembali ke Perth, hubungan kita akan berakhir dan sirna atau akan bertahan dan bersemi seperti bunga