Share

Bab 8

Author: Savana
Setelah berkutat semalaman, Zoey memutuskan untuk langsung menemui Zayden. Bagaimanapun juga, hal ini terkait dengan bisnis bosnya. Selain itu, dia juga tidak ingin bermusuhan secara terang-terangan dengan Kelly. Ini termasuk caranya menjaga harga diri Kelly di perusahaan.

Setelah tiba di perusahaan, Zoey masih bisa mendengar bisikan rekan-rekan kerjanya. Dia paling ahli dalam menutup telinga dan sama sekali tidak peduli dengan rumor-rumor itu. Begitu duduk di meja kerjanya, dia pun menelepon Jerry. Setelah beberapa saat, Jerry baru menjawab telepon.

"Tolong bantu aku tanyakan apa Pak Zayden ada waktu hari ini? Aku mau menemuinya."

"Langsung naik saja."

Zoey tahu jelas bahwa Jerry bahkan tidak mempertimbangkan jawaban dari pertanyaannya. Dia masuk ke lift, sedangkan Jerry menekan tombol dari lantai atas sehingga dia bisa naik ke lantai 30.

Zoey tidak langsung pergi ke kantor presdir, melainkan bertanya kepada Jerry di sampingnya, "Bos ada di sampingmu waktu aku menelepon tadi?"

"Tuan Putri, otakmu terbuat dari apa? Pintar banget kamu!"

Zoey menghela napas. Jerry bahkan tidak perlu melaporkannya kepada bos dan langsung menyuruhnya naik. Itu berarti hanya ada satu kemungkinan, yaitu bos juga mendengar percakapan mereka.

Dia tidak menyukai perasaan ini. Dia merasa setelah tidur bersama, Zayden seolah-olah telah jatuh cinta padanya dan secara paksa mengikat benang merah jodoh ke tangannya.

Zoey mengetuk pintu kantor presdir dengan gugup.

"Masuk."

Hari ini. Zayden masih mengenakan setelan jas hitam. Dia terkesan seperti hanya punya satu setel pakaian dan tidak pernah menggantinya.

"Ada apa?" Zayden meletakkan pena di tangannya dan menatap Zoey dengan serius.

Zoey menceritakan seluruh kejadiannya kepada Zayden. Seusai mendengar cerita Zoey, Zayden tidak langsung memberikan jawaban, melainkan berkata, "Aku akan tangani masalah ini."

"Aku mau dia minta maaf secara langsung. Tentu saja, itu dengan catatan hal ini nggak berdampak bagi perusahaan."

Meskipun Zoey biasanya tahu cara menempatkan diri dan bersikap dewasa, terkadang dia tetap bisa keras kepala dan terpaku pada hal-hal sepele.

Zayden mengiakannya, lalu bersandar di kursi dan berujar dengan sungguh-sungguh, "Apa pun keputusanmu dalam masalah ini, itu nggak akan berpengaruh pada perusahaan. Kamu yakin nggak mau mempublikasikannya?"

"Departemen logistik Grup Winata punya kerja sama dengan Cakrawarna. Hal ini sedikit banyak akan berpengaruh ke perusahaan."

Zoey hanya ingin mengurangi masalah.

"Kamu khawatir padaku?"

Mereka jelas-jelas sedang membicarakan hal resmi, tetapi wajah Zoey malah memerah ketika ditanya seperti itu. Dia menjawab, "Nggak."

Kemudian, suasananya menjadi hening.

"Kelly itu juga seorang perempuan. Dia berbuat begini pasti karena punya kesulitan tersendiri. Nggak usah mempersulitnya."

"Kamu putuskan saja."

Zayden bersikap seolah-olah seperti sedang berbicara dengan pasangan terdekatnya. Zoey benar-benar ingin menampar dirinya sendiri. Dia tidak seharusnya datang mencari Zayden.

Tak lama kemudian, Jerry masuk bersama Kelly. Zoey juga sedang duduk di sofa.

Melihat Zoey, Kelly merasa kikuk. "Kak Zayden, kamu mencariku?"

Panggilan ini seketika membuat Zoey merinding.

"Kamu panggil aku apa?"

Zayden yang dari tadi menunduk dan sama sekali tidak melirik Kelly pun tiba-tiba memasang ekspresi kelam. Kemudian, dia mengangkat kepala dan melirik Kelly.

Kelly mengira Zayden akan memberinya sedikit muka jika dia mengungkapkan identitasnya. Tak disangka, yang didapatnya malah hanyalah siraman air dingin. Dia pun buru-buru mengganti panggilannya. "Pak Zayden."

Zayden menggertakkan giginya dan lanjut membaca dokumen. "Yang mencarimu bukan aku, tapi dia."

Kelly mengalihkan pandangannya ke arah Zoey dengan gemetar.

Zoey tersenyum, lalu melambaikan tangan dan menyapa, "Halo, Bu Kelly!"

Zoey mengagumi mentalnya sendiri. Bahkan senyum palsunya juga terlihat begitu tulus saat ini.

"Zoey, kamu punya urusan apa? Memangnya itu nggak bisa diselesaikan secara pribadi? Apa kamu harus ganggu ketenangan Kak Zayden?"

Nada bicara Kelly berubah dengan sangat jelas. Dia masih bertaruh bahwa Zoey belum mengetahui apa-apa.

Ketika mendengar panggilan tersebut, Zayden langsung merasa agak kesal dan hendak mengatakan sesuatu. Namun, Zoey sudah terlebih dahulu berbicara, "Aku juga nggak bermaksud untuk ganggu Kak Zayden. Tapi kalau ketenangan para desainer di departemen desain terganggu, aku khawatir kamu yang nggak sanggup."

Zoey memutar video di ponselnya dan menunjukkannya pada Kelly. Wajah Kelly langsung memucat, sedangkan kedua kakinya gemetar dan tangannya terkepal.

"Huh, Kak Zayden ...," gumam Zayden dengan pelan. Kemudian, dia langsung mengabaikan perselisihan ini.

"Kamu ...."

Kelly tidak percaya bahwa Zoey akan mengetahui hal ini hanya dalam waktu sehari.

"Bisa-bisanya kamu berbuat begini. Kamu mau hancurkan reputasimu sebagai seorang desainer? Kalau bukan Kak Zayden menghentikanku, aku pasti sudah hancurkan reputasimu di departemen desain," ujar Zoey sambil menatap Kelly dengan tenang.

Zayden yang duduk di kursi kerja mengerutkan kening. Dia menatap Zoey yang duduk tenang di sofa dan berkata, "Kelly, minta maaf, lalu keluar."

"Kak Zayden!" Kelly bertingkah seperti anak kecil. Dia menoleh ke arah Zayden dan langsung bermanja-manja padanya.

"Panggil aku Pak Zayden."

"Dia boleh panggil begitu, kenapa aku nggak boleh?"

"Kamu juga nggak boleh panggil begitu." Zayden menunjuk Zoey dan meninggikan suaranya.

Zoey tidak mengatakan apa-apa dan hanya menggigit bibirnya.

Kelly merasa dirugikan. Akan tetapi, karena Zayden sudah buka suara, dia mau tak mau harus meminta maaf kepada Zoey.

"Maaf, Bu Zoey. Aku nggak seharusnya memfitnahmu. Aku nggak akan melakukannya lagi."

"Oke." Zoey merasa nyaman dan lega.

Zayden melambaikan tangannya, lalu memberi isyarat agar mereka pergi. Mendengar pertengkaran kedua wanita yang berisik ini membuatnya pusing.

Kelly pun keluar dengan marah.

"Tunggu." Zayden teringat sesuatu, lalu mendongak dan bertanya dengan ragu, "Waktu pergi malam itu, kamu ada ketemu orang lain?"

Zoey mengepalkan tangannya. Ternyata Zayden juga melihatnya pada saat itu. Zayden bahkan lebih khawatir daripada dirinya.

Kelly menatap Zoey di belakangnya dengan tatapan dingin dan menjawab, "Nggak."

Zayden mengangguk pelan, lalu berujar, "Kamu keluar saja dulu, lalu tutup pintunya. Zoey, kamu tinggal dulu di sini."

Kelly menatap Zoey lagi dengan tatapan dingin, lalu pergi dengan marah.

Jantung Zoey berdebar kencang. "Pak Zayden, ada apa?"

"Kemari."

Zoey menurut dan berjalan ke depan mejanya.

Zayden terlihat sangat berwibawa. Dia bersandar di kursi putar dengan kedua tangan ditempatkan di sandaran lengan.

"Kamu begitu yakin aku nggak akan memarahimu, hmm?"

"Pak Zayden, aku nggak mengerti maksudmu," jawab Zoey dengan berlagak bodoh.

Zoey tahu Zayden yang begitu cerdas pasti tahu isi pikirannya, tetapi dia tetap ingin melihat reaksi Zayden. Dia ingin tahu apakah ucapan Zayden yang mengajaknya menikah itu serius atau hanya dilandaskan rasa bersalah karena mereka telah tidur bersama.

"Huh, sekarang kamu baru panggil aku Pak Zayden? Tadi, bukannya kamu panggil aku Kak Zayden dengan lancar?"

Melihat ekspresi Zoey yang ingin tertawa tetapi tidak berani, Zayden ingin marah, tetapi juga tidak dapat melakukan apa-apa.

"Maaf, aku nggak akan melakukannya lagi."

Zoey berusaha menahan tawa. Matanya melirik ke sekeliling, tetapi malah berhenti di kerah kemeja Zayden. Tiba-tiba, dia teringat tentang kemeja yang dirobeknya kemarin.

Zayden mengikuti arah pandangnya dan melirik kemejanya. "Apa maksudmu?"

Begitu mendengar pertanyaan itu, Zoey segera menggeleng. Sementara itu, Zayden langsung bersemangat. Dia bersandar di kursi dan menatap Zoey dengan tampang santai.

"Kenapa? Kamu rindu sama tubuhku?" tanyanya.

"Ng ... nggak ...." Zoey seketika tersipu dan berujar, "Pak Zayden, kalau nggak ada hal lain lagi, aku pergi dulu."

Sebelum Zayden sempat berkata apa-apa, Zoey sudah bergegas keluar dan melarikan diri.

Zayden pun tersenyum. Menarik.
Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Kecanduan Setelah Menikah   Bab 100

    Zoey menggigit bibirnya. Punggungnya terasa geli dan telinganya memerah. Zoey mengeluh, "Sakit ...."Zayden membalas, "Maaf ...."Suara Zayden terdengar sedikit gugup. Dia menarik gaun Zoey dengan hati-hati karena takut membuat Zoey kesakitan. Zayden berucap, "Duduk dulu."Zoey duduk di tepi tempat tidur dengan patuh. Zayden mendorong kacamata dan menyibakkan rambut Zoey yang tergerai ke bagian dadanya, lalu menarik rambut yang tersangkut dengan perlahan.Untung saja tidak menghabiskan waktu terlalu lama. Ritsleting berhasil ditarik dan semua rambut Zoey disibakkan ke bagian depan.Zoey merasakan dingin di punggungnya. Tulang belikatnya terlihat. Zayden mengatupkan bibirnya, lalu memanggil, "Zo.""Um?" sahut Zoey. Dia yang ingin berdiri mendengar suara Zayden yang serak.Zayden yang duduk di belakang Zoey menimpali, "Kamu boleh cuti sore ini.""Kenapa?" tanya Zoey. Dia menoleh, tetapi tidak bisa melihat Zayden.Zayden tidak bicara. Ciuman yang hangat mendarat di bahu Zoey. Zayden memel

  • Kecanduan Setelah Menikah   Bab 99

    Setelah Layla pergi, mereka pun duduk untuk makan siang. Zoey melepaskan jaketnya. Dia memakai gaun rajut hitam berkerah tinggi yang dipadankan dengan sepatu bot pendek. Zoey terlihat sangat manis sehingga membuat Zayden terpikat.Zayden angkat bicara, "Apa malam ini kamu ada waktu?"Zoey menyahut, "Um, ada."Zayden menimpali, "Aku mau minta bantuanmu.""Kamu bilang saja," balas Zoey. Dia bingung, memangnya ada masalah yang tidak bisa diselesaikan seorang presdir?Zayden berkata, "Aku mau minta bantuanmu untuk membereskan pengagumku."Zoey hampir tersedak. Zayden seperti seorang petapa. Dia hanya bekerja di kantor seharian. Apa para wanita itu menguasai ilmu menyusup tanah atau menerobos dinding? Kenapa banyak sekali?Zayden menjelaskan, "Putri seorang paman baru membuka perusahaan. Dia mengundangku menghadiri acaranya nanti malam. Dia sudah menyukaiku sejak lama, dulu dia selalu mendekatiku. Ibunya juga berniat menjodohkan kami."Zayden mengamati ekspresi Zoey. Sementara itu, Zoey men

  • Kecanduan Setelah Menikah   Bab 98

    Jantung Zoey berdegup kencang seperti hampir copot. Pria yang selalu bersikap dingin ini mengirim pesan kepadanya pagi-pagi?Leah mendekati Zoey dan bertanya, "Siapa suamimu ini?"Zoey tersipu malu. Leahmengambil ponsel, lalu membuka grup obrolan Perusahaan Cakrawana. Dia membuka akun LINE Zayden dan menunjukkannya kepada Zoey sembari bertanya, "Dia ya?"Zoey menutup mulutnya dan mengangguk. Leah yang emosional berseru, "Sialan!'Mereka menghabiskan waktu beberapa menit untuk menenangkan diri. Zoey menceritakan semuanya kepada Leah.Mendengar cerita Zoey, Leah berkomentar dengan ekspresi iri, "Bahkan alur cerita di drama serial juga nggak begini."Zoey memperingatkan Leah, "Jaga mulutmu. Kalau nggak, aku langsung bunuh kamu malam ini."Leah mengatupkan bibirnya, lalu membuat gestur seperti menutup ritsleting di mulutnya untuk menunjukkan dia tidak akan membocorkan rahasia ini.Zoey menarik napas dalam-dalam dan tidak berani membuka LINE di komputer lagi. Dia melihat pesannya dari pon

  • Kecanduan Setelah Menikah   Bab 97

    Setelah pulang dari Food Empire, waktu sudah menunjukkan pukul 10 malam. Zoey duduk di dalam mobil sambil melihat foto lama itu di ponselnya. Dia diam-diam memfotonya dari album Siena, pria ini adalah ayah kandung Zoey.Zoey tinggal di luar negeri dan Siena tidak mengizinkannya pulang. Dia pun mencari berbagai alasan. Akhirnya, Siena terpaksa menyetujuinya.Tujuan Zoey pulang adalah untuk mencari ayah kandung yang tidak pernah dilihatnya selama 20 tahun lebih. Dia ingin tahu ayah kandungnya sudah mati atau masih hidup.Zoey juga ingin tahu apa ayah kandungnya memiliki ambisi yang menakjubkan sampai-sampai tega meninggalkan istri dan anaknya. Ayah kandungnya mengabaikan mereka selama 20 tahun lebih. Jika diketahui Siena, Zoey pasti akan dimarahi habis-habisan.Selama ini, Siena tidak pernah mengungkit tentang pria itu. Bahkan, dia menyembunyikan informasi tentang pria itu dengan baik.Zoey juga mengira Siena akan mendesaknya pulang dalam 1 atau 2 tahun ini. Siapa sangka, sekarang Zoey s

  • Kecanduan Setelah Menikah   Bab 96

    Zayden mengecek ponselnya, lalu membuka kontak "Istriku". Tidak ada pesan yang masuk.Tiba-tiba, Jerry membawa dessert dengan catatan khusus dan berucap, "Pak Zayden, punyamu manis 90 persen."Zayden bertanya, "Kenapa cuma 90 persen? Mana 10 persen lagi?"Jerry tidak bisa berkata-kata. Zayden yang berusia 28 tahun lemot sekali. Akhirnya, Jerry menjelaskan selama beberapa menit. Zayden mengirim pesan kepada Zoey.[ Dessert yang kamu belikan enak sekali. Terima kasih. ]Zoey membalas pesan Zayden.[ Sama-sama. ]Zoey baru selesai mandi dan sedang duduk di depan meja rias sambil membaca pesan Zayden. Tampak Zayden sedang mengetik pesan di layar ....Sementara itu, Zayden juga memandangi ponsel dan melihat Zoey sedang mengetik pesan di bagian atas layar ....Akhirnya, mereka berdua tidak mengirim pesan apa pun. Jerry kesal melihat mereka berdua. Yang satu bucin, tetapi tidak pandai mengungkapkan perasaannya. Yang satunya lagi keras kepala, dia ingin menutup hati karena tidak percaya cinta

  • Kecanduan Setelah Menikah   Bab 95

    Zayden yang sedang mengurus dokumen di dalam ruangan kantor membuka video setelah melihat pesan Michael. Zoey yang memenangkan pertandingan tersenyum senang. Dia terlihat sangat energik. Zoey juga melakukan tos dengan pria di samping.Zayden juga melihat jelas 2 orang di seberang yang kalah. Dia mengernyit dan teringat pria yang mengantar Zoey kembali ke hotel di Negara Swige. Pria ini yang melakukan tos dengan Zoey. Zayden bergumam, "Finley."Petinggi di samping mengingatkan Zayden yang kehilangan fokus, "Pak Zayden, laporan ini nggak cocok."Zayden tersadar, lalu menutup ponselnya dan lanjut fokus bekerja....."Responsnya lambat sekali. Bisa-bisanya dia cuma membaca pesan dan nggak membalasnya," komentar Michael. Dia melihat Zayden sedang mengetik pesan, tetapi akhirnya tidak ada pesan yang masuk."Kakak Ipar cukup hebat," puji Willy yang duduk di samping. Dia menyilangkan kakinya sembari melihat Zoey. Baik pertahanan atau serangan, gerakan Zoey sangat tepat.Pantas saja tadi Finley

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status