Menantu Paling Luar Biasa

Menantu Paling Luar Biasa

last updateHuling Na-update : 2025-06-03
By:  BeatarisaIn-update ngayon lang
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
1 Rating. 1 Rebyu
15Mga Kabanata
25views
Basahin
Idagdag sa library

Share:  

Iulat
Buod
katalogo
I-scan ang code para mabasa sa App

Tommy Justine selalu dianggap menantu sampah oleh keluarga sang istri. Bahkan, pekerjaannya pun diremehkan. Hanya saja, mereka tidak tahu juga Tommy memiliki sebuah rahasia. Dia bukanlah menantu sampah, melainkan menantu paling luar biasa yang keluarga mana pun inginkan......

view more

Kabanata 1

Bab 1

PRANGG!!

Suara benda pecah mengoyak keheningan rumah tua itu seperti petir membelah malam. Di dapur sempit yang hanya diterangi cahaya redup dari lampu gantung, Tommy Justine berdiri kaku dengan tangan masih terangkat, spons cuci piring jatuh ke lantai bersamaan dengan air sabun yang mengalir dari piring pecah yang berserakan. Napasnya memburu, tubuhnya gemetar bukan karena dingin, melainkan oleh firasat buruk yang menyelinap diam-diam.

Langkah cepat terdengar dari ruang tamu, lantai kayu tua berderit menyuarakan kemarahan yang akan datang sebelum suaranya sendiri terdengar.

Sosok wanita setengah baya dengan wajah penuh amarah dan rambut tersanggul rapi muncul di ambang pintu dapur. Nathalia Lewis—ibu mertua Tommy, sekaligus duri dalam kehidupannya sejak hari pertama ia menginjakkan kaki di rumah ini—menatapnya seperti serigala mencium darah.

"TOMMY!" bentaknya, suaranya menggema seperti cambuk. Matanya menyala, tatapan menusuk seolah ingin menelanjangi harga diri seseorang. "Apa yang kamu lakukan, hah?! Astaga, kamu benar-benar—benar-benar—menantu paling sampah yang pernah hidup di kota Levin ini!"

Tommy menunduk. Tenggorokannya tercekat. Ia tidak menjawab langsung, hanya melihat ke bawah, ke pecahan keramik putih bergaris biru yang dulunya piring utuh. Tangannya masih basah, sabun menetes di sela-sela jari.

"Aku... aku nggak sengaja, Bu," ucapnya pelan, nyaris seperti bisikan. "Tanganku licin. Aku cuma sedang cuci piring bekas makan malam. Aku akan bersihkan semuanya."

"Luar biasa..." Nathalia mendengus, suaranya tajam seperti sembilu. "Kamu tahu berapa harga piring itu, hah? Itu bukan piring sembarangan! Itu koleksi keramik edisi terbatas dari Elisa, sahabatku yang tinggal di Amerika! Kamu pikir semua barang di rumah ini bisa kamu perlakukan seenaknya, kayak di tempat pembuangan?!"

Tommy masih menunduk. "Aku janji, Bu... kalau nanti aku dapat kerja, aku akan ganti. Aku akan—"

"KERJA?" Nathalia tertawa keras dan penuh penghinaan. "Kamu? HA! Kerja apa? Paling banter jadi kuli angkut! Satu tahun kamu tinggal di sini, satu tahun penuh, dan belum sekalipun kamu bawa pulang satu lembar uang pun ke rumah ini! Yang kamu tahu cuma cuci piring, sapu rumah, makan tidur, dan merusak segala hal!"

Tommy menggigit bibirnya. Tidak ada pembelaan. Tak ada yang bisa ia katakan tanpa membuat semuanya lebih buruk.

Langkah lain terdengar dari tangga. Kali ini lebih ringan, cepat, dan cemas. Tiffany—istri Tommy—muncul dari balik ruang tengah. Rambut panjangnya sedikit berantakan, mata cemasnya memindai situasi, lalu menatap Tommy yang tampak seperti anak kecil yang tertangkap basah mencuri permen.

"Ada apa sih, malam-malam ribut banget?"

"Lihat sendiri!" Nathalia menunjuk dengan telunjuk gemetarnya ke arah pecahan piring. "Suamimu yang nggak berguna ini MEMECAHKAN koleksi keramikku yang paling mahal! Piring dari Elisa! Dan sekarang dia hanya bisa minta maaf sambil janji ganti—JANJI!—seolah dia tahu artinya tanggung jawab!"

Tiffany menatap ibunya, lalu beralih ke Tommy.

"Bu, ini cuma piring. Aku bisa belikan yang baru besok. Jangan terlalu—"

"Cuma piring?! Tiffany, kamu pikir aku marah hanya karena piring? Ini tentang harga diri, tentang prinsip! Tentang betapa menyesalnya aku setiap hari melihat kamu menikah dengan makhluk sekelas dia! Kamu lulusan luar negeri, punya karier cemerlang di depanmu, dan kamu habiskan hidupmu bersama... pecundang seperti ini?!"

Tommy mencoba bicara, tapi kata-katanya tertelan napas sendiri.

"Aku akan lebih hati-hati... aku janji, Bu," katanya, nyaris tak terdengar.

"SUDAH TERLAMBAT!" Nathalia berteriak. "Dengar, kalau saja ayahmu dan kakekmu dulu tidak memaksakan perjodohan ini—karena rasa kasihan bodoh mereka pada pria yatim piatu dengan asal-usul mencurigakan seperti kamu—aku tidak akan pernah izinkan kamu masuk ke rumah ini! Kamu bahkan bukan siapa-siapa! Tidak jelas siapa orang tuamu, tidak ada latar belakang, tidak ada nama!"

Tommy merasakan perih yang aneh di dadanya. Rasa malu dan marah bertabrakan dalam diam. Tapi ia tetap diam. Seperti biasa.

"Ibu, cukup!" Tiffany akhirnya bicara, suaranya meninggi. "Tommy memang dijodohkan oleh Kakek, tapi aku yang memutuskan untuk menikah dengannya. Aku percaya dia. Aku percaya Tuhan punya rencana. Aku percaya pada pilihan Kakek."

Nathalia mendengus. "Kalau kamu percaya pada takdir, maka kamu juga harus terima akibatnya. Dan aku bersumpah, kalau satu kali lagi dia membuat masalah—SEKALI SAJA—aku sendiri yang akan menyeretnya keluar dari rumah ini seperti anjing jalanan!"

Suasana mendadak membeku. Bahkan suara cicak pun seolah berhenti. Tiffany menatap Tommy, yang terlihat seperti orang yang baru saja kehilangan napas. Ada luka dalam di matanya yang tidak bisa dihapus dengan kata maaf.

Gerald, ayah Tiffany, menghela napas pelan dari ruang tamu. Pria paruh baya itu tengah duduk membaca koran, dan meski terlihat tidak ikut campur, ia telah mendengar semuanya. Gerald adalah pria bijak, jauh lebih tenang dibanding istrinya. Ia mengenal Tommy dengan baik, dan lebih penting lagi—ia mengenal baik ayahnya sendiri, kakek Tiffany yang telah menjodohkan mereka. Tapi Gerald tahu, di rumah ini, suaranya seringkali tenggelam di bawah nada tinggi Nathalia.

Bukan hanya itu,seberapapun Gerald mencoba menjadi penengah,dia tidak akan mampu melawan Nathalia.

Istrinya sangat dominan dan hampir tidak bisa di kalahkan dalam perdebatan apapun. Yang mampu mengatasi nya hanyalah anaknya sendiri yaitu Tiffany.

Namun malam itu, sebelum Gerald sempat bicara, sebuah suara lain memecah kebekuan:

Tok... tok... tok...

Tiga ketukan berat di pintu depan. Perlahan. Dalam. Menggema.

Mereka semua menoleh. Bahkan Nathalia terdiam.

"Siapa malam-malam begini?" gumamnya curiga.

Gerald menurunkan korannya perlahan. Ia berdiri dari kursinya. " Biar aku yang buka."

Tok! Tok! Tok!

Ketukan itu terdengar lagi. Kali ini lebih keras. Lebih mendesak. Seolah waktu ikut menahan napas.

Dan ketika Gerald akhirnya membuka pintu... Ada seorang pria bertubuh besar berdiri di depan Gerald.

"Siapa kalian? ada apa?"

Palawakin
Susunod na Kabanata
I-download

Pinakabagong kabanata

Higit pang Kabanata

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Mga Comments

user avatar
Beatarisa
Bagus sekali
2025-06-02 10:06:59
0
15 Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status