Sore harinya. Suasana pengunjung dari belahan provinsi di Negara Amerta mulai berkurang. Ini membuat Bintang bersama orang orangnya bisa menahan nafas mereka sejenak. "A-akhirnya selesai juga!" Awan membersihkan noda keringat di keningnya. Tersenyum tipis, dan dia tahu masih membutuhkan seorang pelayan lagi mulai berkata. "Awan bagaimana biarkan ibumu juga bekerja disini?" "Bolehkah tuan?" Bintang menganggukan kepalanya, hingga Awan dengan cepat kembali ke rumahnya untuk mengabarkan kabar baik ini. Beberapa saat kepergian Awan. Anya datang dengan raut wajah sedikit kesal. "Apa ada yang menyinggungmu?" "Bintang lihatlah..." Dia memberikan hand phone miliknya kepada Bintang. Membaca berita baru, bahwa Asosiasi Pill milik Leon banting harga lebih murah dari harga yang dijual olehnya. Bintang hanya tersenyum tipis, dia berkata. "Akhirnya dia tak tahan untuk bersaing dengan harga... Tapi dia terbiasa hidup mewah, dengan penghasilan menurun. Apa dia akan tetap terus menurunkan ha
Menanggapinya dengan senyuman tipis, tiba tiba Nei memasuki ruangan. Dia melihat ketiga tamu itu memasang muka buruk segera bertanya. "Apa tuan menyinggung mereka?" "Panggil saja namaku, kamu sekarang adalah orang orangku... Dan soal mereka, aku akan bertindak se bagaimana mereka memperlakukanku... Nei, tidak perlu takut pada mereka!" "Baik Bintang!" Nei kembali bekerja, ramainya pengunjung Asosiasi Pill Naga benar benar membuat mereka semua disibukan oleh pekerjaan masing masing! Hingga tak berselang lama. Tiga pria besar, dengan wajah preman memasuki gedung. Mereka berjalan dengan mencondongkan dada mereka sembari menghampiri Awan! "Hei bocah! Aku ingin melihat dan membeli sebuah Pill kecantikan, dan penambah stamina pria... Bisakah kamu melihatkan stampelnya?" "Kakak bertubuh besar, tunggu. Awan akan memberikannya pada kalian!" Awan memberikan dua pill berbeda keatas meja, dan karena ada tamu lain memanggilnya. Awan segera meninggalkan tiga pria besar itu yang kini tersenyu
* Pagi harinya. Bintang terbangun, dia mulai membersihkan diri sembari melihat kondisi kediaman yang sangat sunyi. "Mereka benar benar bekerja dengan ikhlas... Aku pasti tidak akan mengecewakan kalian." Bintang tiba tiba menaikan alisnya, dia melihat sebuah hand phone berada diatas meja miliknya. 'Bintang, kami telah membelikan handphone baru untukmu... Didalamnya sudah tercantum semua nomor kami, maafkan kami yang tidak membangunkan mu.' Menyimpannya. Bintang yang ingin bersantai tiba tiba menerima telephone dari hand phone barunya. Ini benar benar terlalu mendadak. "Yaa, Anya apa ada masalah?" "Bintang cepat kemari, Mawar, Leon, dan Dewi tiba tiba datang ke tempat asosiasi!" Mendengar hal itu, Bintang sebenarnya malas untuk menemui mereka. Namun melihat kehadiran Leon yang dapat membahayakan nyawa keluarganya, Bintang segera mengendarai mobil BMW E30 tua miliknya! * Asosiasi Pill Naga! Keramaian para pengunjung benar benar terus terjadi! Setiap detik, lebih dari tiga oran
Tiga hari kemudian, di kediaman Langit. Bintang yang selalu disibukan didalam kamarnya mulai menguap. Tidak tidur sama sekali, tapi dia terus mengkonsumsi Pill penambah stamina agar matanya terus melek! "Tuan beristirahatlah, anda tidak tidur selama tiga hari ini..." Nei mengetuk pintu. Namun Bintang yang telah mengantuk kini mulai memejamkan matanya. 'Tuan telah tidur, syukurlah...' Nei bergumam ketika tidak mendengar jawaban Bintang. Esok harinya. * Bintang telah mempersiapkan dirinya, dia membawa seluruh Pill ciptaannya kedalam karung. Lalu bersama Nei pergi kearah perusahaan baru milik Langit Corps. Ditengah perjalanan. "Tu-tuan apa sepuluh karung di belakang jok mobil berisi Pill semua?" Bintang menganggukan kepalanya, dia kemudian menatap Nei dengan santai. "Setelah ini, kamu bertugas di tempat Asosiasi Pill Naga untuk berjaga keamanan... Nei, ingatlah untuk terus menjaga tempat itu dalam kondisi apapun." "Tuan muda, perintah diterima!" Setelah tiba. "Hahahaha! Bi
"Apa maksud tuan muda?" Pak Diki masih kebingungan. Mendengar hal itu, Bintang menjelaskan beberapa detail akan tujuannya. "Beli semua sahamnya, lalu jika bisa ambil alih sekalian perusahaannya, aku ingin membesarkan semua perusahaan itu dengan tanganku sendiri!" "Ta-tapi dana tuan muda..." Bintang tersenyum tipis, dia mengeluarkan kartu hitam miliknya. "Didalamnya masih terdapat empat ratus triliun... Kamu bisa memakainya secara bebas!" "Ba-banyak sekali... Bukankah sebelumnya keuangan tuan muda hanya beberapa saja? Sejak kapan menjadi berkali kali lipat seperti ini?" "Apa kamu perlu aku menjelaskannya lagi?" Diki menggelengkan kepalanya cepat, dia mengerjakan apa yang diperintahkan oleh Bintang. Hingga menatap para petinggi perusahaan Langit pada pembelian saham online. Bintang mulai meneliti satu persatu perusahaan yang tengah ditawar oleh Diki. Beberapa saat kemudian. "Tuan muda, kami hanya mendapatkan tiga perusahaan kecil..." "Tidak masalah... Diki, atur orang untuk
"Kamu mengusirku?" Bintang tersenyum sinis, dia menatap kearah dua penjaga yang kini bersiap melemparkan tubuhnya keluar dari perusahaan tersebut. "Kenapa hanya diam saja? Lempar dia segera!" "Ba-baik nona Kiana!" "Siapa orang yang ingin kau lempar keluar?" seorang pria paruh baya, tiba tiba menimpal. Sontak Kiana dengan raut wajah centilnya menyapa pria itu segera. "Pak CEO, akhirnya kamu tiba! Sebelum bahas pembelian tanah di keluarga lain, baiknya kita mengusir sampah ini... Dari tadi dia hanya menawar, dan malah mencaci maki perusahaan Langit Corp ini..." Pak Teo tak menggubris ungkapan Kiana, dia hanya berjalan kehadapan Bintang lalu segera menundukan kepalanya. "Tuan muda Bintang, datang kemari kenapa anda tidak mengabari ku?" Dua penjaga yang akan mengusir Bintang menatap Kiana. Sikap Pak Teo ini benar benar membuat mereka kebingungan. "Pak Teo..." Plaaaaaak! Membalikan tubuh, lalu menampar wajah Kiana tanpa pandang bulu. Reflek spontan itu jelas membuat semua yang
"Kau tenanglah, sehebat apapun Dewa Racun... Pada akhirnya dia juga akan tunduk ditanganku... Menyinggungku sejauh ini, aku juga pasti akan membalasnya berkali kali lipat." Bintang menunjukan sifat yang belum pernah diperlihatkan pada orang lain. Apa keuntungannya juga jika membunuh Zidane? Bukankah Dewa Racun tak perlu melakukannya? Beberapa saat ketiganya mendengar teriakan yang semakin parau terdengar. Kini Bintang mulai menciptakan penawar untuk racun seribu gajah yang telah berkuasa didalam tubuh Zidane. Memberinya beberapa rumput kesadaran, seketika kulit dan otot Zidane yang tegang berubah menjadi lebih rileks. Namun akibat banyak darah yang dimuntahkan, kondisi Zidane masih memprihatinkan. Dan tanpa banyak menunggu hal lain, dia meraih darah segar yang telah di beli lalu mentransferkan darah itu melalui infus. "Akhirnya selesai..." "Bintang terimakasih! Aku tak tahu harus bagaimana cara membalasnya... Tapi..." Anya hendak melepas pakaiannya di depan Nei yang langs
Sang Bandar tersenyum tipis, mungkin Bintang tak mengenal siapa keluarga Deo. Tapi tidak baginya, dia menimpal dengan penuh bangga menyebutkan keluarga Deo. "Keluarga Deo, mereka semua penjudi, memiliki julukan yang berbeda, yang pasti banyak korban kekalahan, bahkan Dewi Judi di negara Amerta ini harus sedikit memberi wajah jika ingin bermain dengannya... Kemampuanmu masih belum cukup, ku harap tidak gegabah untuk menyepelekan keluarga Deo." Bintang mendengus dingin, "ohh seperti itu, jika tak terima. Datang dan cari aku... Aku dengan setia akan melayani permainannya!" Bersama Nei, keduanya berjalan menemui sang pelayan penukar chip! Setelah tiba, dan menukarkan chipnya. "Tuan, kemenangan anda cukup tinggi... Bagaimana jika anda menulis nama tuan di tempat ini agar kami bisa mengenal tuan muda?" Pelayan itu tersenyum tipis. "Tak perlu, aku datang sesukaku, dan pergi sesukaku... Aku juga tahu maksudmu, jangan harap bisa mengadu domba aku dengan para penjudi lainnya...," tatapan
"Ohhh, kamu ingin melawanku lagi?" Bintang menghentikan langkahnya, namun Nei segera menggelengkan kepalanya. Dia takut keberuntungan yang sama tidak berpihak kepada tuannya."Tuan...""Diam, kamu hanya pengawalnya saja sudah berani mengaturnya...," suara dingin Deo Listiana memotong keinginan Nei.Mendengar hal itu, Bintang tersenyum tipis. Mungkin empat ratus triliun memang sudah cukup untuknya, tapi Deo Listiana malah mengancam orangnya? Ini bukan lagi soal tantangan, melainkan harga diri Nei yang sekarang bekerja untuknya."Jika bermain empat ratus triliun, aku akan meladenimu...,"Deo Listiana mendengus kesal, dia segera menelephone seseorang untuk membawakan sejumlah chip yang sama! Hingga setelah itu, seorang pria dengan raut wajah datar tiba. Dan Deo Listiana mulai memberikan aturan baru untuk Bintang."Aturan kali ini, hanya Bandar yang akan membagi kartu, dan semua pilihan hanya ada pada sang Bandar... Apa kamu keberatan?"Bintang menggelengkan kepalanya, dia menatap sang Ba