"JOVAN BIADAB! BAJINGAN!!!"
Teriakan Shiren terdengar sampai luar kamar, wanita itu tampaknya lupa untuk menutup pintu. Nicholas pun segera masuk untuk melihat keadaan istrinya.Di sana, Shiren masih mengamuk dengan ponsel teronggok di lantai, menampilkan hal yang ... menjijikkan."Dia Jovan?" tanya Nicholas tak sadar, matanya melebar melihat layar ponsel Shiren. Di sana, video percintaan Jovan dengan seorang wanita jelas terlihat.Shiren menoleh, matanya menatap nyalang pada Nicholas. Di matanya, Nicholas adalah Jovan. Tanpa aba-aba Shiren segera menyerang Nicholas."Dasar pria tidak tahu diri! Apa kurangnya aku menjadi kekasihmu, hah?! Apapun yang kamu inginkan selalu kuberi, Jovan! Mobil apa yang tidak kamu punya sekarang? Motor sport seperti apa yang tidak ada di garasimu? Apapun aku berikan! Dan kamu, kenapa harus pergi di hari pernikahan kita dan menghabiskan malam dengan jalang itu? KENAPA?!!!" Shiren benar-benar lepas kendali, dia tidak sadar sudah berapa kali kukunya mencakar tubuh Nicholas.Bukannya marah, Nicholas justru tersenyum. Senyuman itulah yang membuat Shiren sadar jika pria di hadapannya bukanlah Jovan."K-kau? di mana bajingan Jovan?" tanya Shiren bingung."Sedang bercinta dengan wanita itu, mungkin?" balas Nicholas santai. Dia melenggang pergi dari hadapan Shiren, melepas jas pengantin serta kemejanya. Dia lelah dan ingin segera tidur.Napas Shiren tercekat ketika melihat tubuh bagian atas Nicholas polos tanpa sehelai benang pun. Dia mendadak hilang akal. Bagaimanapun, Nicholas lebih indah daripada Jovan."Arghh!" Shiren kesal pada dirinya sendiri, sedang kacau seperti ini kenapa masih sempat memikirkan keindahan tubuh pria?!"Apapun yang terjadi sekarang, terjadilah. Dengan begitu kamu tidak menikahi pria yang salah, Nona," ujar Nicholas sok bijak. Niatnya ingin ke kamar mandi dia urungkan untuk bisa menasihati Shiren.Shiren memandang sengit Nicholas, dia ingin kembali mengamuk namun rasa bersalahnya lebih besar setelah membuat Nicholas sedikit luka-luka."Lantas, apakah kamu pria yang tepat? Aku bahkan tidak ingin menikah denganmu jika tidak memikirkan harga diri! Lagi pula, kamu kenapa sangat santai setelah dipaksa menikah denganku?! Apa yang dijanjikan oleh kakek?" tanya Shiren dengan pandangan menyelidik."Apapun." Balasan Nicholas terlampau santai dan singkat, dia bahkan dengan mudahnya menarik Shiren agar duduk di sampingnya, di atas ranjang yang sama. Shiren pun dengan patuh mengikuti tarikan tangan Nicholas. Dia juga lelah sedari tadi mengamuk sambil berdiri."Apapun? Lalu, kamu akan meminta apa?" Shiren benar-benar penasaran dengan isi kepala suami kontraknya."Sederhana, cukup menjadi sekretarismu. Sekaligus merangkap sebagai asisten pribadimu," jawab Nicholas di luar logika Shiren. Mulut mungilnya sampai menganga."Hanya itu?! Dari banyaknya harta yang aku punya, kenapa hanya meminta dua jabatan yang tidak berharga itu?! Tolong jangan bercanda, aku bisa memberimu apapun yang kamu inginkan. Bahkan hal yang termahal sekalipun," ucap Shiren sombong."Dengan mendapatkan harta yang begitu banyak dariku, kamu tidak perlu bekerja sebagai karyawan biasa di perusahaanku. Kamu bisa membuat bisnis sendiri atau bahkan perusahaan sendiri," lanjut Shiren. Dia benar-benar tak habis pikir ada seseorang seperti Nicholas yang tak pandai mencari keuntungan.'Sama sekali tidak aku butuhkan.'"Hanya itu, dengan menjadi sekretaris sekaligus asistenmu, gajiku pasti lebih besar. Itu sudah lebih dari cukup," balas Nicholas.Bagi Shiren, cara Nicholas berbicara tidak mencerminkan dia orang susah, apalagi orang yang mengandalkan seratus persen kebutuhan hidupnya dari gaji yang dia dapat."Baiklah, apapun yang kamu inginkan. Besok akan dibicarakan lebih detail," putus Shiren. Besok juga dia akan mencincang habis manusia bernama Jovan, atau mungkin saat ini kakeknya sudah bertindak.Setelah melakukan percakapan singkat, mereka memutuskan untuk membersihkan diri. Tanpa sengaja, percakapan itu bisa mengalihkan Shiren dari pengkhianatan Jovan. Pikiran Shiren lebih didominasi sikap aneh Nicholas, masih tak menyangka ada pria senaif suaminya. Apa? Suami?Mengingat jika suaminya adalah Nicholas, bukan Jovan, membuat Shiren dilanda rasa kecewa dan marah. Seharusnya sekarang dia sedang melakukan ritual malam pertama dengan Jovan, melanjutkan malam kemarin yang sempat tertunda.Sedangkan di depan pintu kamar Shiren dan Nicholas, Jay—adik Shiren dan ibunya sedang sibuk bergosip."Bu, apakah kakakku sedang dipaksa melakukan malam pertama oleh suaminya? Mereka tidak saling mencintai, Bu." Jay prihatin pada Shiren, dia tahu betul kakaknya sangat mencintai Jovan. Namun sampai saat ini, pihak Jovan maupun Jovan sendiri belum memunculkan batang hidungnya. Domenico menunggu sampai besok, dia ingin kesadaran langsung dari Jovan."Kakakmu tidak akan bisa dipaksa, Nicholas juga tidak mungkin melakukan hal itu." Belinda pun bingung pada Nicholas, dia bahkan sudah meminta Nicholas untuk menempati kamar yang berbeda dengan Shiren. Tapi, pria itu nekat masuk ke dalam kandang singa yang sedang mengamuk.Ibu dan anak itu terus menebak-nebak apa yang terjadi di dalam, mereka sejenak teralihkan dari masalah Jovan.***Di pagi hari, Shiren terbangun dengan sikap waspada begitu tinggi. Dia menengok ke samping, takut suami kontraknya ikut tidur di atas ranjang yang sama. Beruntung, ranjangnya hanya dia tempat seorang diri. Sedangkan Nicholas ... di mana?Shiren yakin betul sebelum dirinya tidur Nicholas masih di kamar mandi."Di mana dia?"Eh?"Shiren bodoh! Untuk apa mencari dia? Ahh ... fokus pada Jovan saja Shiren!" bentak Shiren pada dirinya sendiri. Bisa-bisanya dia sudah melupakan Jovan begitu saja. Ingatkan dia jika Jovan adalah cinta matinya.Shiren yang masih sibuk merutuk tidak jelas dikagetkan oleh kedatangan seseorang. Orang itu bahkan bisa dengan mudah keluar masuk kamar sesuka hati."Sudah bangun? Kukira masih sibuk menangisi mantan calon suamimu," ujar Nicholas seraya menaruh satu paperbag bernama restoran ternama.Shiren tak terima, dia paling tidak suka diledek oleh orang lain. Apalagi orang itu adalah karyawannya sendiri, ah dia menyebalkan!"Ck, bukan urusanmu! Ingatlah bahwa aku ini bosmu, tolong jangan mengatakan hal yang tidak mengenakan untukku." Shiren menjeda ucapannya seraya menarik napas dalam-dalam"Dan mulai sekarang, aku tidak akan menangisi bajingan itu lagi! Pria menjijikkan tidak pantas ditangisi," lanjutnya. Ya ... meskipun Shiren tak yakin air matanya tidak akan kembali luruh jika mengingat Jovan. Sebelum ini, mereka adalah sepasang kekasih romantis yang pernah ada. Tak menyangka Jovan tega melakukan hal seperti itu."Baiklah-baiklah, sekarang cepat makan sarapan yang sudah ku belikan. Aku rela menguras isi rekeningku untuk membelikan sarapan mahal," ucap Nicholas dengan wajah tak ikhlas."Ck, rupa dan namamu sangat tidak mencerminkan manusia melarat!" kesal Shiren. Tetapi, dia tetap patuh untuk memakan sarapan hasil kerja keras Nicholas.'Memang.'***Saat ini, Nicholas seperti sedang disidang oleh keluarga besar Shiren. Ibu, adik, kakek, nenek, tentu juga dengan Shiren, berkumpul menghadap kearah Nicholas. Jika orang lain mungkin sudah ketar-ketir, beruntung yang ada di posisi ini adalah Nicholas, rasa percaya diri yang tinggi tidak membuat dia gentar sedikit pun."Baiklah, langsung saja ke intinya. Aku sebagai wali Shiren sangat berterima kasih padamu, Nicholas. Kamu bersedia menikah dadakan demi menyelamatkan nama baik keluargaku. Sesuai dengan apa yang aku katakan sebelum kamu menikahi Shiren, kamu bebas meminta apapun padaku sebagai imbalan. Entah itu berupa harta maupun jabatan, akan aku usahakan. Dari yang kulihat juga kamu pria yang pekerja keras dan cerdas. Mungkin karena masalah ekonomi keluargamu, kamu hanya mampu untuk menjadi karyawan di sini. Yah, itu sama sekali bukan masalah serius selagi kamu mampu bekerja keras. Buktinya, sekarang kamu diberi kesempatan untuk menggapai impianmu," jeda Domenico untuk mengambil napa
Rosa—ibunda Jovan, wanita itu gugup setengah mati ketika tuan besar Lavine menatap matanya begitu tajam. Pria itu belum bersuara saja sudah membuatnya ketakutan. Andai anaknya tidak bodoh, tidak akan jadi seperti ini. Sekarang mungkin dia sedang ongkang-ongkang kaki menikmati indahnya kehidupan memiliki menantu kaya."T-tuan, tolong maafkan Jovan, dia benar-benar di luar kendali aku sebagai ibunya. Tolong maafkan dia," ucap Rosa terbata-bata. Bahkan setelah membuat kekacauan seperti ini anaknya entah pergi ke mana."Satu kesalahan belum tentu kumaafkan, dia berani membuat kesalahan lain. Anakmu benar-benar menjijikkan!" hardik Domenico penuh penekanan. Ada untungnya juga cucu perempuan satu-satunya itu tidak menikah dengan Jovan."Apa maksud anda, Tuan? Kesalahan apa lagi yang sudah dibuat Jovan?" tanya Rosa bingung. Jika boleh, dia ingin mencekik Jovan sekarang juga.Tanpa menjelaskan panjang lebar, Domenico segera memberikan kode pada pengikut setianya. Pria berumur lebih muda dari
Domenico tak main-main dalam menghancurkan Jovan. Tak hanya karir yang dibuat luluh lantak, Jovan dan Rosa juga berhasil dideportasi dari negaranya sendiri. Mereka saat ini ditempatkan di sebuah negara tak terlalu besar, memulai kehidupan baru tanpa apapun yang mereka miliki. Terlebih lagi, sedari dulu mereka memiliki hubungan yang buruk dengan keluarga yang lain. Dan beginilah hasilnya, tak ada yang peduli pada mereka.Beralih pada sepasang pasangan kontrak, entah mengapa, selalu saja ada hal yang mereka alami. Saat ini di hari ke-7 pernikahan, Shiren dan Nicholas sudah kembali bekerja seperti biasa. Mereka bahkan berangkat bersama agar menunjukkan pada dunia jika mereka adalah sepasang suami istri. Ya ... meskipun pada awalnya banyak cibiran tentang pasangan Shiren yang tentunya bukan Jovan. Dan lagi-lagi, entah apa yang Domenico lakukan sampai akhirnya tak ada satu orang pun berani mengomentari pernikahan Shiren. Bahkan yang awalnya media sangat gencar membuat berita tentang Shiren
Atensi para karyawan Shiren kini tertuju pada sang empu perusahaan. Bagaimana tidak, wanita itu tampak patuh berada di gendongan Nicholas. Sebagian dari mereka memekik gemas, sebagian lagi mencibir ganas. "Entah mataku yang salah atau bagaimana, semenjak bersama Nicholas, Nyonya Shiren seperti kehilangan sisi dominannya," celetuk salah satu karyawan wanita Shiren. Dua karyawan wanita itu asyik berbisik-bisik seraya bekerja."Ck, panggil Tuan, bodoh! Kamu memanggil Shiren dengan Nyonya sedangkan suaminya disebut nama saja. Jika didengar mereka kita pasti terkena masalah!" ujar satunya lagi mengingatkan. "Shiren ini diselingkuhi atau dia yang selingkuh? Ya ... siapa tahu dia menghalalkan segala cara agar bisa menikah dengan Nicholas." Inilah yang paling tidak masuk akal. Teman karyawan wanita itu tampak sangat ketar-ketir, dia bahkan sampai menoleh kanan kiri dengan gesit, memastikan tidak ada orang lain yang mendengar percakapan mereka."Cukup! Aku tidak mau karirku rusak karena per
Sore hari, keadaan kantor kembali dibuat ramai oleh penampakan Shiren dan Nicholas. Bagaimana tidak, siang tadi sebagian dari mereka melihat bagaimana romantisnya Nicholas menggendong tubuh Shiren. Dan saat ini, hampir semua dari mereka melihat secara langsung. Terlihat sangat sempurna perpaduan antara Nicholas dan Shiren."Mereka seperti pasangan yang ada di film-film! Ah, kenapa tidak dari dulu aku menyadari ada Nicholas di sini? Tahu begini, aku ingin menjadikan dia kekasihku," gerutu salah satu karyawan wanita Shiren. "Nicholas ini sangat jarang terlihat. Selama ini pun aku tidak pernah melihatnya di manapun kecuali di bagian tempat dia bekerja. Di kantin pun tidak ada. Di lobi sebelum masuk pun tidak pernah terlihat," jelas yang lain. Ya ... pantas saja dari mereka banyak yang tidak tahu sosok Nicholas."Ck, wajah setampan itu sangat rugi tidak dipamerkan!"Shiren yang ada di gendongan Nicholas hanya bisa memutar bola mata malas. Sedikit banyak dia mendengar apa yang karyawannya
Pikiran Shiren sudah terlalu jauh berkelana. Pada kenyataannya, tujuan Nicholas tidur di kamarnya pun agar dia tidak kesulitan. Awalnya Nicholas hendak tidur di sofa, namun karena Shiren memiliki perasaan, wanita itu mengizinkan Nicholas untuk tidur di satu ranjang yang sama dengannya. Ini adalah kali kedua mereka tidur bersama, pertama di malam setelah pernikahan. "Kamu bisa menggunakan ruang kerjaku jika ada pekerjaan yang belum selesai. Dari tadi kulihat kamu sangat sibuk," ujar Shiren pada Nicholas yang asyik memangku laptop. Padahal, saat ini keduanya sudah berada di atas ranjang dan bersiap untuk tidur."Sebentar lagi, kamu jika sudah mengantuk tidurlah lebih dulu," titah Nicholas tanpa mengalihkan tatapannya dari layar laptop. Menjadi sekretaris seorang Shiren Lavine ternyata bukan hal mudah. Shiren akhirnya memposisikan diri agar nyaman, dia juga sangat hati-hati melindungi kakinya yang masih terluka dan terasa nyeri. Selang satu jam, Nicholas akhirnya menyimpan laptop mil
Seminggu kemudian, Shiren telah sembuh sepenuhnya berkat perawatan terbaik dari Nicholas. Nicholas benar-benar menjadi sosok yang selalu ada untuk Shiren.Hari ini, keduanya bersiap untuk melakukan perjalanan bisnis. Sudah lama Shiren merencanakan hal ini, namun karena kemarin-kemarin kondisi tubuhnya tidak memungkinkan, alhasil baru bisa terlaksana sekarang."Jangan ceroboh, kamu ini terluka sedikit saja seperti kehilangan seperempat usus," ujar Jay mengingatkan sang kakak. Beruntung ada Nicholas, kepekaan suami kakaknya ini tidak perlu diragukan. Daun yang hampir mengenai Shiren saja berhasil Nicholas depak terlebih dahulu."Kamu cerewet seperti wanita! Pergi sana dan uruslah pekerjaanmu," usir Shiren pada sang adik. Dia sangat malas berurusan dengan mulut cerewet Jay. Nicholas dan Belinda hanya mampu geleng-geleng kepala, hal sekecil apapun selalu menjadi sumber keributan bagi kakak beradik itu."Hati-hati di sana, ya? Nicholas, tolong jaga Shiren dari apapun. Kamu tahu sendiri ji
Suasana yang sebelumnya ceria kini berubah sunyi. Kembali mengingat Jovan itu artinya dibukakan kembali luka yang belum sembuh sepenuhnya. "Bukankah kamu sudah berjanji? Selama bersamaku tugasmu hanya bersenang-senang dan bekerja. Rugi sekali memikirkan pria itu," ucap Nicholas lembut. Dia tahu dibalik diamnya Shiren masih menyimpan banyak luka yang tak kentara. Maka dari itu, dia berusaha agar membuat wanita ini tak bisa diam. Itu lebih baik."Ya, aku sedang berusaha. Terima kasih telah berbaik hati padaku." Senyum tulus Shiren mengembang kembali, sangat berbeda dengan senyum sebelumnya. Inilah yang Nicholas suka. Saat fokus Shiren kembali ke piring, dia terkejut melihat udang dan lobster miliknya yang sudah selesai dikupas semua. Wanita itu segera menatap Nicholas dan kembali terkejut melihat piring Nicholas penuh oleh kulit udang dan lobster miliknya. "Cepat selesaikan makananmu, setelah ini bekerja denganku," titah Nicholas yang segera diangguki oleh Shiren. Kali pertama dalam h