Share

Bab 2

"JOVAN BIADAB! BAJINGAN!!!"

Teriakan Shiren terdengar sampai luar kamar, wanita itu tampaknya lupa untuk menutup pintu. Nicholas pun segera masuk untuk melihat keadaan istrinya.

Di sana, Shiren masih mengamuk dengan ponsel teronggok di lantai, menampilkan hal yang ... menjijikkan.

"Dia Jovan?" tanya Nicholas tak sadar, matanya melebar melihat layar ponsel Shiren. Di sana, video percintaan Jovan dengan seorang wanita jelas terlihat.

Shiren menoleh, matanya menatap nyalang pada Nicholas. Di matanya, Nicholas adalah Jovan. Tanpa aba-aba Shiren segera menyerang Nicholas.

"Dasar pria tidak tahu diri! Apa kurangnya aku menjadi kekasihmu, hah?! Apapun yang kamu inginkan selalu kuberi, Jovan! Mobil apa yang tidak kamu punya sekarang? Motor sport seperti apa yang tidak ada di garasimu? Apapun aku berikan! Dan kamu, kenapa harus pergi di hari pernikahan kita dan menghabiskan malam dengan jalang itu? KENAPA?!!!" Shiren benar-benar lepas kendali, dia tidak sadar sudah berapa kali kukunya mencakar tubuh Nicholas.

Bukannya marah, Nicholas justru tersenyum. Senyuman itulah yang membuat Shiren sadar jika pria di hadapannya bukanlah Jovan.

"K-kau? di mana bajingan Jovan?" tanya Shiren bingung.

"Sedang bercinta dengan wanita itu, mungkin?" balas Nicholas santai. Dia melenggang pergi dari hadapan Shiren, melepas jas pengantin serta kemejanya. Dia lelah dan ingin segera tidur.

Napas Shiren tercekat ketika melihat tubuh bagian atas Nicholas polos tanpa sehelai benang pun. Dia mendadak hilang akal. Bagaimanapun, Nicholas lebih indah daripada Jovan.

"Arghh!" Shiren kesal pada dirinya sendiri, sedang kacau seperti ini kenapa masih sempat memikirkan keindahan tubuh pria?!

"Apapun yang terjadi sekarang, terjadilah. Dengan begitu kamu tidak menikahi pria yang salah, Nona," ujar Nicholas sok bijak. Niatnya ingin ke kamar mandi dia urungkan untuk bisa menasihati Shiren.

Shiren memandang sengit Nicholas, dia ingin kembali mengamuk namun rasa bersalahnya lebih besar setelah membuat Nicholas sedikit luka-luka.

"Lantas, apakah kamu pria yang tepat? Aku bahkan tidak ingin menikah denganmu jika tidak memikirkan harga diri! Lagi pula, kamu kenapa sangat santai setelah dipaksa menikah denganku?! Apa yang dijanjikan oleh kakek?" tanya Shiren dengan pandangan menyelidik.

"Apapun." Balasan Nicholas terlampau santai dan singkat, dia bahkan dengan mudahnya menarik Shiren agar duduk di sampingnya, di atas ranjang yang sama. Shiren pun dengan patuh mengikuti tarikan tangan Nicholas. Dia juga lelah sedari tadi mengamuk sambil berdiri.

"Apapun? Lalu, kamu akan meminta apa?" Shiren benar-benar penasaran dengan isi kepala suami kontraknya.

"Sederhana, cukup menjadi sekretarismu. Sekaligus merangkap sebagai asisten pribadimu," jawab Nicholas di luar logika Shiren. Mulut mungilnya sampai menganga.

"Hanya itu?! Dari banyaknya harta yang aku punya, kenapa hanya meminta dua jabatan yang tidak berharga itu?! Tolong jangan bercanda, aku bisa memberimu apapun yang kamu inginkan. Bahkan hal yang termahal sekalipun," ucap Shiren sombong.

"Dengan mendapatkan harta yang begitu banyak dariku, kamu tidak perlu bekerja sebagai karyawan biasa di perusahaanku. Kamu bisa membuat bisnis sendiri atau bahkan perusahaan sendiri," lanjut Shiren. Dia benar-benar tak habis pikir ada seseorang seperti Nicholas yang tak pandai mencari keuntungan.

'Sama sekali tidak aku butuhkan.'

"Hanya itu, dengan menjadi sekretaris sekaligus asistenmu, gajiku pasti lebih besar. Itu sudah lebih dari cukup," balas Nicholas.

Bagi Shiren, cara Nicholas berbicara tidak mencerminkan dia orang susah, apalagi orang yang mengandalkan seratus persen kebutuhan hidupnya dari gaji yang dia dapat.

"Baiklah, apapun yang kamu inginkan. Besok akan dibicarakan lebih detail," putus Shiren. Besok juga dia akan mencincang habis manusia bernama Jovan, atau mungkin saat ini kakeknya sudah bertindak.

Setelah melakukan percakapan singkat, mereka memutuskan untuk membersihkan diri. Tanpa sengaja, percakapan itu bisa mengalihkan Shiren dari pengkhianatan Jovan. Pikiran Shiren lebih didominasi sikap aneh Nicholas, masih tak menyangka ada pria senaif suaminya. Apa? Suami?

Mengingat jika suaminya adalah Nicholas, bukan Jovan, membuat Shiren dilanda rasa kecewa dan marah. Seharusnya sekarang dia sedang melakukan ritual malam pertama dengan Jovan, melanjutkan malam kemarin yang sempat tertunda.

Sedangkan di depan pintu kamar Shiren dan Nicholas, Jay—adik Shiren dan ibunya sedang sibuk bergosip.

"Bu, apakah kakakku sedang dipaksa melakukan malam pertama oleh suaminya? Mereka tidak saling mencintai, Bu." Jay prihatin pada Shiren, dia tahu betul kakaknya sangat mencintai Jovan. Namun sampai saat ini, pihak Jovan maupun Jovan sendiri belum memunculkan batang hidungnya. Domenico menunggu sampai besok, dia ingin kesadaran langsung dari Jovan.

"Kakakmu tidak akan bisa dipaksa, Nicholas juga tidak mungkin melakukan hal itu." Belinda pun bingung pada Nicholas, dia bahkan sudah meminta Nicholas untuk menempati kamar yang berbeda dengan Shiren. Tapi, pria itu nekat masuk ke dalam kandang singa yang sedang mengamuk.

Ibu dan anak itu terus menebak-nebak apa yang terjadi di dalam, mereka sejenak teralihkan dari masalah Jovan.

***

Di pagi hari, Shiren terbangun dengan sikap waspada begitu tinggi. Dia menengok ke samping, takut suami kontraknya ikut tidur di atas ranjang yang sama. Beruntung, ranjangnya hanya dia tempat seorang diri. Sedangkan Nicholas ... di mana?

Shiren yakin betul sebelum dirinya tidur Nicholas masih di kamar mandi.

"Di mana dia?"

Eh?

"Shiren bodoh! Untuk apa mencari dia? Ahh ... fokus pada Jovan saja Shiren!" bentak Shiren pada dirinya sendiri. Bisa-bisanya dia sudah melupakan Jovan begitu saja. Ingatkan dia jika Jovan adalah cinta matinya.

Shiren yang masih sibuk merutuk tidak jelas dikagetkan oleh kedatangan seseorang. Orang itu bahkan bisa dengan mudah keluar masuk kamar sesuka hati.

"Sudah bangun? Kukira masih sibuk menangisi mantan calon suamimu," ujar Nicholas seraya menaruh satu paperbag bernama restoran ternama.

Shiren tak terima, dia paling tidak suka diledek oleh orang lain. Apalagi orang itu adalah karyawannya sendiri, ah dia menyebalkan!

"Ck, bukan urusanmu! Ingatlah bahwa aku ini bosmu, tolong jangan mengatakan hal yang tidak mengenakan untukku." Shiren menjeda ucapannya seraya menarik napas dalam-dalam

"Dan mulai sekarang, aku tidak akan menangisi bajingan itu lagi! Pria menjijikkan tidak pantas ditangisi," lanjutnya. Ya ... meskipun Shiren tak yakin air matanya tidak akan kembali luruh jika mengingat Jovan. Sebelum ini, mereka adalah sepasang kekasih romantis yang pernah ada. Tak menyangka Jovan tega melakukan hal seperti itu.

"Baiklah-baiklah, sekarang cepat makan sarapan yang sudah ku belikan. Aku rela menguras isi rekeningku untuk membelikan sarapan mahal," ucap Nicholas dengan wajah tak ikhlas.

"Ck, rupa dan namamu sangat tidak mencerminkan manusia melarat!" kesal Shiren. Tetapi, dia tetap patuh untuk memakan sarapan hasil kerja keras Nicholas.

'Memang.'

***

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status