Share

Bab 65. Rumor Dalia dan Adipati

Penulis: nanadvelyns
last update Terakhir Diperbarui: 2025-09-10 00:20:15

Pagi itu, ruang utama istana dipenuhi cahaya matahari yang masuk dari jendela-jendela tinggi. Udara terasa dingin, namun suasana dalam ruangan itu lebih menegang daripada sejuk.

Adipati Gara berdiri tegap di hadapan meja besar yang dipenuhi peta dan gulungan dokumen.

Di seberangnya, Kaisar duduk dengan wajah serius, matanya menatap lurus tanpa berkedip.

“Yang Mulia,” suara Gara rendah, dingin seperti batu. “Saya sudah menemukan jawabannya. Kelompok Gihu tidak bertindak sendiri. Mereka disewa.”

Kaisar menyipitkan mata. “Oleh siapa?”

“Putra mahkota Kekaisaran Barat. Rangga Tirta.”

Keheningan berat menyusup ke setiap sudut ruangan. Kaisar menegakkan tubuhnya, alisnya berkerut dalam. “Rangga?” suaranya mengandung nada tidak percaya. “Mengapa ia sampai menyerang Dalia Ishraq? Apa wanita itu tahu sesuatu yang tidak seharusnya?”

Tatapan Gara seperti baja yang membeku. “Tidak peduli alasannya. Izinkan saya mengurus ini dengan cara saya.”

Namun Kaisar menggeleng cepat, suaranya keras. “Tidak
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Kehidupan Kedua: Nona Ingin Menuntut Balas!   Bab 66. Hadiah Sang Putra Mahkota Untuk Kaisar

    Aula pertemuan besar dipenuhi cahaya lampu minyak yang tergantung tinggi di langit-langit. Asap dupa tipis mengepul, menambah suasana megah namun menyesakkan dada. Deretan kursi kayu hitam dengan ukiran naga berjajar di kanan dan kiri, tempat para utusan Timur dan Barat duduk dengan wajah tegang.Di ujung aula, dua takhta diletakkan berdampingan, melambangkan persatuan dua kekaisaran yang selama puluhan tahun lebih sering berseteru daripada berdamai. Kaisar Timur dan Putra Mahkota Rangga dari Barat duduk berhadapan dengan jarak tidak lebih dari dua tombak. Di samping Kaisar Timur, berdiri Adipati Gara dengan raut dingin, pandangan matanya menusuk penuh kewaspadaan.Pembahasan inti pun dimulai.“Tambang emas di perbatasan selatan adalah urat nadi dua bangsa,” ujar salah satu pejabat Barat dengan suara berat. “Selama ini, hasilnya dibagi rata, namun pembagian tenaga kerja dan biaya penjagaan tidak pernah adil.”Pejabat dari Timur segera menyahut. “Kekaisaran Timur yang lebih banyak

  • Kehidupan Kedua: Nona Ingin Menuntut Balas!   Bab 65. Rumor Dalia dan Adipati

    Pagi itu, ruang utama istana dipenuhi cahaya matahari yang masuk dari jendela-jendela tinggi. Udara terasa dingin, namun suasana dalam ruangan itu lebih menegang daripada sejuk.Adipati Gara berdiri tegap di hadapan meja besar yang dipenuhi peta dan gulungan dokumen. Di seberangnya, Kaisar duduk dengan wajah serius, matanya menatap lurus tanpa berkedip.“Yang Mulia,” suara Gara rendah, dingin seperti batu. “Saya sudah menemukan jawabannya. Kelompok Gihu tidak bertindak sendiri. Mereka disewa.”Kaisar menyipitkan mata. “Oleh siapa?”“Putra mahkota Kekaisaran Barat. Rangga Tirta.”Keheningan berat menyusup ke setiap sudut ruangan. Kaisar menegakkan tubuhnya, alisnya berkerut dalam. “Rangga?” suaranya mengandung nada tidak percaya. “Mengapa ia sampai menyerang Dalia Ishraq? Apa wanita itu tahu sesuatu yang tidak seharusnya?”Tatapan Gara seperti baja yang membeku. “Tidak peduli alasannya. Izinkan saya mengurus ini dengan cara saya.”Namun Kaisar menggeleng cepat, suaranya keras. “Tidak

  • Kehidupan Kedua: Nona Ingin Menuntut Balas!   Bab 64. Jentikan Sang Adipati

    Langkah kaki berat bergema di lorong batu yang lembap. Lampu minyak yang tergantung di sepanjang dinding berkelip-kelip, menimbulkan bayangan panjang yang bergerak seirama dengan sosok lelaki tinggi besar itu. Dialah pemimpin Gihu—penguasa kelompok pembunuh paling ditakuti di seluruh daratan.Udara dingin malam pegunungan menyelinap masuk dari celah-celah jendela, membuat bulu kuduk berdiri. Namun tidak ada yang lebih menusuk daripada pemandangan yang tiba-tiba ia temui.BRAK!Pintu kayu besar yang menuju ruang pribadinya terbuka dengan kasar. Kedua penjaga yang seharusnya berdiri tegak di kanan dan kiri pintu kini terkapar tak bernyawa. Leher mereka disayat bersih, darahnya masih mengalir membasahi lantai batu.Mata sang pemimpin Gihu menyipit tajam. Ia melangkah cepat masuk, siap mencabut belati dari pinggangnya. Namun langkahnya terhenti seketika ketika melihat pemandangan yang jauh lebih mengejutkan.Di kursi utama yang biasanya hanya ia duduki, kini tampak seorang pria lain du

  • Kehidupan Kedua: Nona Ingin Menuntut Balas!   Bab 63. Bidak Yang Mulai Bergerak

    BRUK!Suara ember kayu jatuh ke lantai membuat Dalia menoleh cepat. Ia tengah membersihkan ruang utama kediaman pribadinya, sementara Hana sibuk di sisi lain, memeras kain basah dengan tangan gemetar.“Hana,” panggil Dalia lirih. “Kau tidak apa-apa?”Pelayan muda itu buru-buru mengusap air matanya dengan punggung tangan, tetapi suaranya pecah. “Nona... belakangan ini Anda selalu terluka. Luka-luka kecil, darah, bahkan nyaris kehilangan nyawa. Jika boleh memilih, saya lebih rela hidup kita tetap seperti dulu. Meskipun sederhana, yang penting Anda tidak harus melewati semua ini.”Tangannya yang mungil menggenggam kain basah begitu erat hingga buku-buku jarinya memutih. Isakannya kian terdengar jelas.Dalia menatapnya tenang, lalu menghampiri. Tangannya yang lembut menyentuh bahu Hana. “Tenanglah. Kau lihat sendiri, aku masih berdiri di hadapanmu. Pada akhirnya, aku tidak mati, bukan? Luka-luka ini... hanya lecet kecil, tidak lebih dari itu.”Hana menggeleng keras, air matanya kembali

  • Kehidupan Kedua: Nona Ingin Menuntut Balas!   Bab 62. Api Liar Yang Membutakan

    BUK!"Itu bayaran kalian, cepat jauhi ibu kota sebelum fajar." Bram melempar sekantung emas ke arah pria misterius berjubah hitam. Tanpa banyak bicara, keduanya pun berbalik, meninggalkan posisi masing-masing. Masuk ke dalam salah satu ruangan megah untuk tamu Kekaisaran, Bram berhenti dan membungkuk dari balik tirai. Seorang pria dengan bola mata ungu dan rambut perak merendam tubuhnya di bak mandi besar penuh uap. "Sudah saya serahkan, yang mulia," ucap Bram. Kedua mata Rangga yang semula tertutup, perlahan terbuka dan melirik dingin. "Bagaimana kondisi di luar?""Adipati Gara mulai bergerak melakukan penyelidikan, sepertinya... Pria itu tahu bahwa kelompok yang menyerang adalah Gihu," jawab Bram.Rangga menyeringai tipis, timbul raut kepuasan yang sulit dijelaskan dari wajahnya. Gihu, kelompok pembunuh bayaran elite yang hanya dapat disewa oleh orang-orang tertentu. Mereka memandang status dan materi calon penyewanya, bahkan tidak semua bangsawan mampu membeli jasa mereka.

  • Kehidupan Kedua: Nona Ingin Menuntut Balas!   Bab 61. Haus Abadi Yang Mendambakan Air

    Setelah pertempuran berakhir, kelompok pria berjubah hitam berhasil dipukul mundur. Dalia kembali bersama Giandra. "Masih terasa dingin?" tanya Giandra dari belakang, mereka menaiki kuda yang sama. Mantel hitam tebal adipati Gara masih bertengger di tubuhnya, sementara pemiliknya masih berada di lokasi sebelumnya. Memasuki area penonton perburuan, semua orang mulai menatap kembalinya Dalia penuh ricuh. Sosok Dalia yang kotor tanpa alas kaki berhasil menyita banyak simpati. Giandra turun lebih dulu dari kuda, kemudian mengangkat tubuh Dalia dan memapahnya kehadapan Kaisar. Melihat suasananya yang tegang, Giandra mengeratkan pegangannya pada bahu Dalia. "Bicaralah dengan jujur pada Kaisar, kakak akan selalu melindungimu." Dalia menatap Giandra, tersentuh. Bibirnya tersenyum samar. "Iya."Dalia berlutut di hadapan Kaisar dan Huanghou, Giandra pun mulai menepi dengan raut wajah tegang. Mengacaukan acara perburuan, tidak peduli apa pun dalihnya, pelakunya tetap akan mendapatkan hu

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status