"Selesai! Anda tampak sangat cantik, Lady!" seru Marie setelah selesai menata rambut Selene. Bersamaan dengan itu, Kepala pelayan menyampaikan pesan bahwa makan malam akan dimulai 15 menit lagi. Setelah memastikan penampilannya, Selene segera bergegas menuju ruang makan.
Seperti biasa, dia duduk berhadapan dengan kakaknya, tepat di depan Duke yang menempati ujung meja persegi panjang ini.
"Lihatlah, adikku terlihat semakin menawan setiap harinya!" puji Lucas.
"Walaupun... sepertinya selera berpakaianmu agak berubah, ya?" gumamnya pelan, masih mencoba menyesuaikan diri melihat adiknya yang tampak berbeda dari biasanya.
"Apa aku terlihat aneh?" tanya Selene setelah melihat raut wajah Lucas. "Ah, tidak! Tidak! Siapa yang bilang kau aneh?! Adikku adalah gadis paling cantik di dunia!" sanggah Lucas cepat-cepat.
Tapi... Kakak tampak tidak sungguh-sungguh mengatakannya.
Ucapan Lucas benar-benar berbanding terbalik dengan ekspresi yang dia tunjukkan saat ini. Lagipula, Selene sebenarnya juga tahu kenapa Lucas memandangnya begitu. Dia sangat yakin pakaian yang dia kenakan pasti terlihat aneh di mata kakaknya.
Yah, memang siapa yang mengira sosok anggun Selene yang selama 12 tahun hidupnya selalu memakai gaun panjang yang cantik kini tiba-tiba berubah memakai setelan pakaian dan bercelana.
Sungguh pemandangan yang tidak biasa, bukan?
Ternyata memakai celana tidak buruk juga. Ini jauh lebih nyaman dibanding memakai gaun yang rumit!
Selene tidak main-main saat bertekad ingin merubah dirinya. Dia benar-benar mencoba semua hal yang tidak pernah dia lakukan di kehidupannya sebelumnya. Lagipula, tidak ada jaminan jika di kehidupan kali ini dia bisa terhindar dari kesialan yang sama seperti dulu.
Jadi untuk apa menahan diri?
Selama bukan hal yang buruk, Selene sepertinya akan mencoba banyak hal di kehidupannya kali ini.
Ngomong-ngomong, makan bersama seperti ini sangat jarang terjadi di keluarga Duke Alpheratz. Makan malam bersama biasanya hanya dilakukan ketika Duke sedang memiliki waktu luang atau pada saat-saat penting saja. Selene sendiri tidak ingat, tapi Marie bilang bahwa ayahnya langsung pergi ke luar kota sehari setelah hari ulang tahunnya kemarin.
Ayah selalu saja sibuk dari dulu.
Duke memang sangat sibuk mengingat keluarga Alpheratz adalah salah satu keluarga yang cukup berkontribusi di kekaisaran. Keluarga Duke Alpheratz dikenal sangat baik dan rendah hati di kalangan bangsawan, karena kontribusinya menyelamatkan para budak dari perdagangan manusia.
Entah sudah berapa banyak nyawa yang berhasil mereka selamatkan. Namun yang jelas, Selene tidak akan pernah lupa saat semua kebaikan dan usaha keluarganya benar-benar dilupakan dan hilang tanpa jejak, hanya karena mereka membela putri mereka satu-satunya dari fitnah keji selir Kaisar.
Selene tidak tahu siapa lagi yang akan menyelamatkan para budak itu dari perdagangan manusia. Namun yang dia tahu, setelah parade pembantaian keluarganya, pada akhirnya tidak ada lagi nama 'Alpheratz sang Penyelamat' di kekaisaran ini.
Aku penasaran, siapa yang membantu para budak setelah seluruh keluargaku dihukum mati.
Selene larut dalam pikirannya ketika pintu utama kembali terbuka. Duke Alpheratz akhirnya datang. Segera setelah dia menempati tempat duduknya, para pelayan segera bergerak menyajikan makanan.
"Bagaimana kabar Ayah setelah perjalanan kali ini?" ucap Selene berbasa-basi sembari menunggu makanannya siap.
"Tentu saja baik, Putriku!" ucap Duke dengan senyum terkembang. Meski begitu Selene tetap bisa melihat raut lelah yang samar dari wajah ayahnya.
"Bagaimana denganmu? Ayah dengar belakangan kau bersikap tidak seperti biasanya, apa ada hal yang mengganggumu?" ucapnya dengan nada cemas.
Selene sudah menduga bahwa ayahnya juga sudah mendengar tentang berita perubahan sikapnya ini.
"Ah, aku baik-baik saja, Ayah. Hanya saja belakangan aku merasa bosan, makanya aku mencoba berteman dengan para pelayan. Kupikir kami bisa mengobrolkan beberapa hal di taman."
Duke Alpheratz memang tidak pernah membatasi interaksi keluarganya dengan para pelayan selama masih dalam batas wajar. Namun, jawaban Selene tampaknya di luar ekspektasinya, melihat bagaimana kini Duke memandang Selene dengan ekspresi bertanya.
"Kau tidak boleh mengganggu para pelayan saat mereka sedang bekerja," komentar kakaknya.
"Aku tidak mengganggu mereka!" sanggah Selene tidak terima. "Aku cuma mengajak mereka mengobrol sambil minum teh di taman!" jelasnya.
"Memangnya kenapa tiba-tiba merasa bosan? Biasanya kau sangat bersemangat saat belajar, 'kan? Kau bahkan bisa menghabiskan waktu sampai larut malam untuk membaca buku."
Selene mengerucutkan bibirnya. "Iya sih, aku tidak bosan kalau sudah belajar, tapi lama-lama aku bosan kalau hanya belajar lewat buku. Aku kan butuh sesuatu yang baru."
"Sesuatu seperti apa?"
Tiba-tiba pandangan Selene berubah. Matanya menunjukkan binar antusias sekaligus determinasi yang kuat. "Aku ingin belajar secara langsung, Ayah! Dengan praktik! Bukan dari buku lagi!" serunya terdengar menggebu.
Ayah Selene yang mendengarnya hampir saja menyemburkan sup di mulutnya.
"Kau kan sudah ikut kelas berkuda dan tata krama. Memangnya masih kurang?" Kini Lucas kembali menimpali.
"Aku mau belajar hal lain!"
"Apa?"
"Hmm..." Selene pura-pura berpikir, padahal aslinya dia memang sudah merencanakan ini.
"Aku mulai terpikirkan untuk ikut kelas berpedang."
Kali ini Duke benar-benar tersedak air minumnya sendiri setelah mendengar ucapan Selene.
"Apa? Tidak boleh!" tolak Lucas mentah-mentah. "Kenapa tidak boleh?" tanya Selene tidak terima. "Kau bisa terluka kalau mengikuti kelas berpedang!"
"Sudah sewajarnya 'kan kalau terkena pedang itu terluka, memang ada yang salah?" ucap Selene dengan polosnya.
Lucas menghela nafas. "Justru karena itu, makanya tidak boleh."
Mendengar jawaban itu membuat Selene mendecih. Dia kemudian beralih menatap ayahnya.
"Ayah, kumohon~ izinkan aku ikut kelas berpedang, ya?" bujuk Selene dengan wajah memelas.
"Ah..."
"Boleh ya?" Kali ini dia berkedip dengan puppy eyes-nya.
Dia tahu ayahnya tidak akan tega menolak permintaanya jika melihat puppy eyes-nya.
"Sudah kubilang tidak boleh! Kenapa keras kepala sekali, sih?" sambar Lucas.
"Aku tidak bicara padamu! Lagipula kenapa kau yang memutuskan aku boleh ikut atau tidak?"
"Karena aku yang paling tahu bagaimana sulitnya mengikuti kelas berpedang! Aku saja kesulitan apalagi kau!"
Ucap si ahli pedang yang dibanggakan Kaisar, cih!
Selene mencibirnya dalam hati, tapi tetap mengabaikan perkataan Lucas. Dia kemudian kembali menatap ayahnya dengan tatapan memohon.
"Ayah~ boleh, ya?" bujuknya benar-benar terlihat memelas.
Duke yang tidak tega melihat wajah memelas putrinya, tampak bingung menentukan pilihannya. Di seberang, Lucas sudah memberi isyarat agar Duke menolak permintaan Selene.
Pria itu mendesah pelan. "Memangnya kenapa kau memilih kelas berpedang? Ada banyak kelas lain yang—"
"Aku ingin menjadi seseorang yang kuat! Sama seperti Ayah dan Kakak!" seru Selene penuh keyakinan. "Supaya aku bisa melindungi diriku sendiri dan juga orang-orang yang membutuhkan bantuan, sama seperti Ibu dulu!"
Duke dan Lucas yang mendengarnya seketika terdiam. Mereka tampak terkejut dengan ucapan Selene barusan.
Selama beberapa saat hanya keheningan yang mengisi meja makan itu sampai Duke Alpheratz akhirnya kembali menghela nafas. "Ayah tidak bisa memutuskannya saat ini juga," ucapnya dengan raut tenang.
Wajah Selene berubah kecewa ketika mendengarnya. Namun, dia kembali tersenyum tipis saat menyadari satu hal.
Baiklah! Setidaknya masih ada harapan karena Ayah tidak menolaknya saat ini juga!
Setelah berhari-hari mempertimbangkan semuanya dengan matang, Duke Alpheratz akhirnya mengizinkan Selene mengikuti kelas berpedang. Sejak Selene mengatakan secara terang-terangan tentang ketertarikannya pada ilmu berpedang, dia tak henti-hentinya 'meneror' ayahnya dengan mengirimkan beberapa kue kering dan makanan lainnya. Selene merasa ini hanya sebuah sogokan kecil agar ayahnya luluh dan mau mengabulkan permintaannya. Selene tahu bukan hal yang mudah untuk membujuk ayahnya menyetujui permintaannya kali ini. Namun di luar dugaan, usahanya itu rupanya berhasil! Segera setelah mengabulkan permintaan Selene, Duke kemudian mencarikan pelatih khusus untuk putrinya. Pria paruh baya itu, benar-benar memastikan keselamatan putrinya tanpa mengabaikan hal-hal kecil. Jadi akhirnya, Duke sendiri yang memilih perlengkapan berpedang putrinya termasuk baju pelindung, pedang, hingga ikat pinggang yang gadis itu kenakan. Selene menatap kotak-kotak yang baru saja diturunkan dari kereta dengan tata
Tiga hari berlalu begitu saja sejak terakhir Selene bertemu dengan Sir Nicholas. Hari yang telah disepakati akan menjadi hari evaluasi akhir bulan akhirnya datang juga."Kenapa ramai sekali di sini?" Banyak orang yang hadir di sekitar tempat latihan. Bukan hanya prajurit, tapi juga para pelayan yang bekerja di kediaman Alpheratz.Selene mempersiapkan diri tanpa tahu apa rencana Sir Nicholas yang sebenarnya.Saat gadis itu keluar ke arena tempat latihan, dia dibuat kaget dengan kehadiran ayah dan kakaknya di bangku penonton.Apa-apaan ini?! Kenapa ramai sekali? Bahkan Ayah dan Kakak juga menonton?!Selene dan Sir Nicholas keluar dari sisi arena yang berbeda."Sir Nicholas! Apa maksud semua ini?" seru Selene meminta penjelasan."Seperti yang bisa Lady lihat, mereka akan menjadi saksi kelahiran si anak ajaib! Ahli pedang berbakat yang langka! Calon kesatria di masa depan!" serunya dengan wajah semringah."Tapi sebelum itu, mari kita lihat apakah dia bisa memecahkan cangkang yang mengurun
Selene mencibir kakaknya dengan seringai menyebalkan. Gadis itu mengatakan semua apa adanya. Nyatanya, memang tidak ada yang lebih tahu realita kehidupan di akademi dibanding Lucas sendiri. Dia juga murid di sana! Lucas tidak bisa menutupi raut kesalnya. Apa-apaan dengan tuduhan tanpa dasar itu! Aku? Takut dengannya?! Dia pasti sudah gila! "Untuk apa aku takut padamu?" sanggahnya. "Oh sungguh? Hmm... kau pasti sangat percaya diri dengan kemampuanmu sampai-sampai meremehkanku begitu ya." "Hentikan, Selene!" sergah Duke memperingatkan. "Kalau begitu, bertarunglah denganku! Kita buktikan siapa yang lebih baik! Jika kau berhasil menang, maka aku akan menyerah untuk masuk ke akademi." Hah! Mana mungkin aku menyerah begitu saja! "Tapi jika aku yang menang, itu artinya aku memang pantas berada di sana karena telah berhasil mengalahkan salah satu murid terbaik di akademi. Bagaimana? Cukup adil, bukan?" Jika Selene dirasa tidak pantas masuk ke akademi hanya karena dianggap lemah, m
Selene dan Marie baru saja selesai mengecek barang-barang yang akan dibawa Selene ke akademi. "Lady... sepertinya saya belum siap berpisah dengan Anda," cicit Marie pelan. Selene berdiri di samping tumpukan kotak sambil melihat beberapa isinya. Dia menoleh menatap Marie yang tampak sedih. Dua hari lagi Selene akan berangkat menuju akademi. Selama belajar di sana, Selene harus tinggal di dalam asrama yang sudah disediakan. Jadi selama itu, Selene tidak akan pulang ke rumahnya kecuali pada saat libur musim panas dan libur musim dingin. Selene meraih tangan Marie dan menggenggamnya erat. "Jangan sedih Marie. Kalau kau sedih begini aku jadi sulit untuk pergi." Marie balas menggenggam tangan Selene lebih erat. "Lady... saya sudah melayani Anda sejak Anda masih kecil. Saya tidak menyangka jika perpisahan pertama kita adalah saat Lady pergi ke akademi pedang," ucap Marie semakin tidak tahan menahan air matanya. "Saya tahu ini semua untuk kebaikan Lady... tapi tetap saja rasanya sungguh
Duke Alpheratz dan beberapa pelayan kini berada di latar kediaman Alphertaz untuk melepas kepergian Selene dan Lucas menuju akademi."Aku benar-benar akan kesepian di rumah mulai sekarang," ujar Duke sembari memeluk Selene erat. Selama beberapa saat mereka terdiam di posisinya. Duke sama sekali tidak berniat melepaskan pelukannya."Ayah... bisa tolong lepaskan pelukannya," ucap Selene hampir tidak bisa bernafas karena pelukan erat dari ayahnya.Lucas yang melihat adegan emosional antara ayah dan adiknya itu hanya bisa menghela nafas pelan. "Tidak perlu berlebihan, Ayah. Lagipula Ayah juga tidak selalu berada di rumah. Ayah kan lebih sering melakukan perjalanan bisnis di luar kota daripada menemani Selene di rumah sebelumnya," celetuknya dengan santai.Selene menoleh kaget.Dia ini benar-benar tidak bisa membaca situasi, ya?Sontak Duke menatap Lucas dengan mata yang membelalak lebar."Kau ini kenapa? Apa kau iri karena Ayah tidak memelukmu seerat Selene saat dulu kau mau masuk ke akad
"Kau harus mempersiapkan dirimu. Karena mulai sekarang kehidupan kerasmu akan dimulai di akademi ini."Awalnya Selene pikir kakaknya mengatakan hal itu hanya untuk menakutinya, tapi ternyata... kehidupan di akademi benar-benar seperti neraka!Setiap hari para siswa harus bangun sebelum matahari terbit dan melakukan pemanasan di lapangan. Setelah itu, mereka harus sarapan dengan makanan yang sudah disediakan oleh petugas kantin. Baru kemudian mereka akan mendapat pelajaran di kelas, sebelum akhirnya mereka akan berlatih pedang sampai sore hari. Begitulah rutinitas yang tampak simpel. Namun, kenyataannya lebih sulit dari yang dibayangkan.Selene menahan diri untuk tidak muntah meski makanannya benar-benar sudah naik lagi sampai ke mulutnya. Saat bel tanda selesai makan dibunyikan, gadis itu buru-buru berlari ke kamar mandi dan mengeluarkan makan malamnya."Kau memuntahkan makananmu lagi!" tegur Lucas yang entah sejak kapan berdiri di samping pintu kamar mandi.Selene mengusap mulut kasa
Sudah 6 tahun sejak Selene menginjakkan kakinya di Akademi Pedang Galatyn dan kini gadis itu hampir menginjak usia 18 tahun. "Tidak kusangka gadis sepertimu benar-benar bisa bertahan di akademi sampai sekarang," celetuk Felix membuka percakapan. "Benar, gadis bangsawan lain mungkin sedang sibuk mempercantik diri, tapi kau malah mengayun pedang seperti gadis yang sudah menyerah dengan masa depannya," sambung Cedric. "Menurutmu bagaimana pesta debutante tahun ini akan dilaksanakan?" Selene yang masih sibuk dengan makan siangnya, sama sekali tidak tertarik dengan topik pembicaraan ini. "Entahlah, bukan urusanku," ucapnya acuh. Teman-teman Selene yang melihat respon tidak peduli dari gadis itu kemudian memandang satu sama lain. Pesta debutante adalah pesta yang diadakan untuk merayakan kedewasaan seorang gadis bangsawan ketika mencapai usia 18 tahun. Acara yang rutin diadakan oleh pihak kekaisaran ini adalah acara yang paling ditunggu setiap tahunnya, terlebih lagi bagi mereka yang g
Selene dan teman-temannya sedang berada di bar. Mereka yang baru saja menyelesaikan latihan dan sparring, lalu memutuskan untuk pergi minum bir. Ini adalah pengalaman pertama bagi Selene pergi ke bar. Setelah selama sebulan penuh melakukan latihan untuk seleksi pendaftaran angkatan darat, dia akhirnya bisa sedikit bersantai. Selene membanting gelasnya dan mengusap bibirnya. BRAK! "Aaahhh!" Teman-temannya di sana sontak bertepuk tangan dan bersorak kegirangan merayakan bir pertama Selene diusia dewasanya. "Wah wah wah, sepertinya kita menemukan peminum andal selain Robert di sini!" "Apa ini? Kenapa dia lebih pandai meneguk bir daripada sebagian besar dari kalian?" Selene menanggapi komentar teman-temannya dengan senyum bangga. "Bagaimana rasa bir pertamamu setelah menginjak usia dewasa, Sel?" tanya Eric. Selene mengusap dagunya, tampak berpikir. "Hmm..." Dia menatap teman-temannya yang terdiam menunggu jawabannya dengan serius. "Luar biasa!" serunya, membuat teman-temannya k