Kehidupan Kedua Putri Mahkota yang Teraniaya

Kehidupan Kedua Putri Mahkota yang Teraniaya

Oleh:  HwaMi  On going
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
1 Peringkat
18Bab
516Dibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

Selene dituduh berselingkuh dan bersekongkol dengan Pangeran kedua dalam upaya membunuh Kaisar. Dia pun dijatuhi hukuman mati akibat fitnah keji yang dipelopori oleh selir kesayangan Kaisar, Veronica. Ketika Selene berpikir hidupnya yang penuh penderitaan telah berakhir, dia malah dihadapkan dengan kenyataan bahwa dirinya kembali ke masa lalu setelah dieksekusi. Selene tidak menyangka akan kembali ke masa lalu setelah mati di tangan Helios, suaminya. Meski rasa sakit hati masih membelenggunya, dia sama sekali tidak tertarik dengan balas dendam. Jika Selene harus mengulang kembali masa depan, dibanding merasa pasrah dengan keadaan, Selene akan memastikan bahwa dirinya tidak akan lagi berurusan dengan Helios. Dia... akan menjadi kesatria terbaik di kekaisaran agar Helios tidak bisa membunuhnya.

Lihat lebih banyak
Kehidupan Kedua Putri Mahkota yang Teraniaya Novel Online Unduh PDF Gratis Untuk Pembaca

Bab terbaru

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen
default avatar
Tricia
Bagus ceweknyaa nggak menye menye
2023-04-10 10:20:50
0
18 Bab
Prolog
“Kau langsung menjatuhkan hukuman mati, tanpa mau mendengar penjelasanku?” Wanita itu menatap sosok tinggi di hadapannya dengan pandangan tidak percaya. Dia tidak tahu bagaimana cara mengungkapkan perasaannya saat ini. Keputusan sepihak Kaisar untuk menghukumnya dengan hukuman mati membuat Selene tidak sanggup lagi menahan luapan amarah dan kekecewaan di dalam hatinya. Dadanya terasa sangat sesak. Pada akhirnya, tuduhan tak berdasar yang ditujukan kepada Selene berhasil mempengaruhi Kaisar hingga pria itu tidak segan untuk menghukumnya dengan hukuman mati. Berkat tuduhan perselingkuhan dan pengkhianatan yang ditujukan padanya, kehidupan Selene yang awalnya sudah hancur, kini luluh lantak tak berbekas. “Pengkhianat menjijikan sepertimu sudah sepantasnya mati. Aku sudah muak melihat manusia lemah sepertimu,” ujar Kaisar dengan tatapan merendahkan. Selene tidak pernah sekalipun berpikir untuk mengkhianati Kaisar meski dia bisa dan dia mampu. Aku hanya mencoba untuk mencintaimu
Baca selengkapnya
Awal Kehidupan yang Baru (1)
Selene memandang sosok kecil di depannya dengan tatapan bingung. Potret dalam cermin yang begitu familiar menyapa indra pengelihatannya. Tampak sangat nyata sekaligus meragukan. "Lady, mau berapa lama lagi Anda bercermin? Anda harus segera bersiap untuk kelas berkuda hari ini." Selene masih sibuk mengamati bayangannya dalam cermin. Dia sudah menyadari ada yang tidak beres dengan mimpinya. Mimpi buruk yang dia alami terlalu nyata untuk disebut mimpi. Satu-satunya penjelasan untuk situasinya saat ini adalah― "Sepertinya aku benar-benar kembali ke masa lalu," gumam Selene sambil menggigit ibu jarinya. "Lady Selene!" tegur pelayannya, sontak membuat Selene sedikit terlonjak. Dia kemudian menyadari tatapan memohon dari Marie. "Astaga, iya, iya aku akan segera bersiap," ucapnya sedikit malas. Dari sekian banyak hari, kenapa dia harus terbangun di hari kelas berkuda?! Jujur saja, rasa sakit yang dia terima semasa hidupnya sebelum kembali ke sosok kecil ini masih terasa begitu jelas.
Baca selengkapnya
Awal Kehidupan yang Baru (2)
Samar-samar Selene mendengar suara seorang pria memanggil-manggil namanya. "Kakak?" lirihnya mencoba memastikan suara yang dia dengar benar suara kakaknya. "Lene!" Selene mengerjap memandang wajah familiar kakaknya yang menatapnya dengan tatapan khawatir. "Bagian mana yang sakit? Dokter akan segera kemari, jadi tahanlah sebentar!" hebohnya seolah Selene sedang terluka parah. Selene memandang wajah khawatir kakaknya dalam diam. Dulu, raut itu adalah raut yang sering dia lihat ketika kakaknya mengunjunginya di penjara bawah tanah. Bahkan di saat-saat terakhir kakaknya, pria itu tetap lebih mengkhawatirkan Selene dibanding dirinya yang sudah bersimpuh di bawah tiang pancung. Membayangkannya kembali tanpa sadar membuat air mata Selene menetes. "Astaga! Apa sesakit itu sampai kau menangis? Di mana dokternya! Kenapa lama sekali!?" Kakak Selene, mengusap puncak kepalanya sembari terus membisikkan kalimat menenangkan. "Tenang, ada aku di sini. Apa sungguh sesakit itu?" Selene yang m
Baca selengkapnya
Permintaan Tidak Masuk Akal
"Selesai! Anda tampak sangat cantik, Lady!" seru Marie setelah selesai menata rambut Selene. Bersamaan dengan itu, Kepala pelayan menyampaikan pesan bahwa makan malam akan dimulai 15 menit lagi. Setelah memastikan penampilannya, Selene segera bergegas menuju ruang makan. Seperti biasa, dia duduk berhadapan dengan kakaknya, tepat di depan Duke yang menempati ujung meja persegi panjang ini. "Lihatlah, adikku terlihat semakin menawan setiap harinya!" puji Lucas. "Walaupun... sepertinya selera berpakaianmu agak berubah, ya?" gumamnya pelan, masih mencoba menyesuaikan diri melihat adiknya yang tampak berbeda dari biasanya. "Apa aku terlihat aneh?" tanya Selene setelah melihat raut wajah Lucas. "Ah, tidak! Tidak! Siapa yang bilang kau aneh?! Adikku adalah gadis paling cantik di dunia!" sanggah Lucas cepat-cepat. Tapi... Kakak tampak tidak sungguh-sungguh mengatakannya. Ucapan Lucas benar-benar berbanding terbalik dengan ekspresi yang dia tunjukkan saat ini. Lagipula, Selene sebenarnya
Baca selengkapnya
Gadis yang Berbakat
Setelah berhari-hari mempertimbangkan semuanya dengan matang, Duke Alpheratz akhirnya mengizinkan Selene mengikuti kelas berpedang. Sejak Selene mengatakan secara terang-terangan tentang ketertarikannya pada ilmu berpedang, dia tak henti-hentinya 'meneror' ayahnya dengan mengirimkan beberapa kue kering dan makanan lainnya. Selene merasa ini hanya sebuah sogokan kecil agar ayahnya luluh dan mau mengabulkan permintaannya. Selene tahu bukan hal yang mudah untuk membujuk ayahnya menyetujui permintaannya kali ini. Namun di luar dugaan, usahanya itu rupanya berhasil! Segera setelah mengabulkan permintaan Selene, Duke kemudian mencarikan pelatih khusus untuk putrinya. Pria paruh baya itu, benar-benar memastikan keselamatan putrinya tanpa mengabaikan hal-hal kecil. Jadi akhirnya, Duke sendiri yang memilih perlengkapan berpedang putrinya termasuk baju pelindung, pedang, hingga ikat pinggang yang gadis itu kenakan. Selene menatap kotak-kotak yang baru saja diturunkan dari kereta dengan tata
Baca selengkapnya
Terkurung dalam Sangkar
Tiga hari berlalu begitu saja sejak terakhir Selene bertemu dengan Sir Nicholas. Hari yang telah disepakati akan menjadi hari evaluasi akhir bulan akhirnya datang juga."Kenapa ramai sekali di sini?" Banyak orang yang hadir di sekitar tempat latihan. Bukan hanya prajurit, tapi juga para pelayan yang bekerja di kediaman Alpheratz.Selene mempersiapkan diri tanpa tahu apa rencana Sir Nicholas yang sebenarnya.Saat gadis itu keluar ke arena tempat latihan, dia dibuat kaget dengan kehadiran ayah dan kakaknya di bangku penonton.Apa-apaan ini?! Kenapa ramai sekali? Bahkan Ayah dan Kakak juga menonton?!Selene dan Sir Nicholas keluar dari sisi arena yang berbeda."Sir Nicholas! Apa maksud semua ini?" seru Selene meminta penjelasan."Seperti yang bisa Lady lihat, mereka akan menjadi saksi kelahiran si anak ajaib! Ahli pedang berbakat yang langka! Calon kesatria di masa depan!" serunya dengan wajah semringah."Tapi sebelum itu, mari kita lihat apakah dia bisa memecahkan cangkang yang mengurun
Baca selengkapnya
Pertarungan Kakak dan Adik
Selene mencibir kakaknya dengan seringai menyebalkan. Gadis itu mengatakan semua apa adanya. Nyatanya, memang tidak ada yang lebih tahu realita kehidupan di akademi dibanding Lucas sendiri. Dia juga murid di sana! Lucas tidak bisa menutupi raut kesalnya. Apa-apaan dengan tuduhan tanpa dasar itu! Aku? Takut dengannya?! Dia pasti sudah gila! "Untuk apa aku takut padamu?" sanggahnya. "Oh sungguh? Hmm... kau pasti sangat percaya diri dengan kemampuanmu sampai-sampai meremehkanku begitu ya." "Hentikan, Selene!" sergah Duke memperingatkan. "Kalau begitu, bertarunglah denganku! Kita buktikan siapa yang lebih baik! Jika kau berhasil menang, maka aku akan menyerah untuk masuk ke akademi." Hah! Mana mungkin aku menyerah begitu saja! "Tapi jika aku yang menang, itu artinya aku memang pantas berada di sana karena telah berhasil mengalahkan salah satu murid terbaik di akademi. Bagaimana? Cukup adil, bukan?" Jika Selene dirasa tidak pantas masuk ke akademi hanya karena dianggap lemah, m
Baca selengkapnya
Perpisahan yang Mengharukan
Selene dan Marie baru saja selesai mengecek barang-barang yang akan dibawa Selene ke akademi. "Lady... sepertinya saya belum siap berpisah dengan Anda," cicit Marie pelan. Selene berdiri di samping tumpukan kotak sambil melihat beberapa isinya. Dia menoleh menatap Marie yang tampak sedih. Dua hari lagi Selene akan berangkat menuju akademi. Selama belajar di sana, Selene harus tinggal di dalam asrama yang sudah disediakan. Jadi selama itu, Selene tidak akan pulang ke rumahnya kecuali pada saat libur musim panas dan libur musim dingin. Selene meraih tangan Marie dan menggenggamnya erat. "Jangan sedih Marie. Kalau kau sedih begini aku jadi sulit untuk pergi." Marie balas menggenggam tangan Selene lebih erat. "Lady... saya sudah melayani Anda sejak Anda masih kecil. Saya tidak menyangka jika perpisahan pertama kita adalah saat Lady pergi ke akademi pedang," ucap Marie semakin tidak tahan menahan air matanya. "Saya tahu ini semua untuk kebaikan Lady... tapi tetap saja rasanya sungguh
Baca selengkapnya
Anak Laki-Laki yang Tangguh
Duke Alpheratz dan beberapa pelayan kini berada di latar kediaman Alphertaz untuk melepas kepergian Selene dan Lucas menuju akademi."Aku benar-benar akan kesepian di rumah mulai sekarang," ujar Duke sembari memeluk Selene erat. Selama beberapa saat mereka terdiam di posisinya. Duke sama sekali tidak berniat melepaskan pelukannya."Ayah... bisa tolong lepaskan pelukannya," ucap Selene hampir tidak bisa bernafas karena pelukan erat dari ayahnya.Lucas yang melihat adegan emosional antara ayah dan adiknya itu hanya bisa menghela nafas pelan. "Tidak perlu berlebihan, Ayah. Lagipula Ayah juga tidak selalu berada di rumah. Ayah kan lebih sering melakukan perjalanan bisnis di luar kota daripada menemani Selene di rumah sebelumnya," celetuknya dengan santai.Selene menoleh kaget.Dia ini benar-benar tidak bisa membaca situasi, ya?Sontak Duke menatap Lucas dengan mata yang membelalak lebar."Kau ini kenapa? Apa kau iri karena Ayah tidak memelukmu seerat Selene saat dulu kau mau masuk ke akad
Baca selengkapnya
Pertemuan di Bawah Langit Senja
"Kau harus mempersiapkan dirimu. Karena mulai sekarang kehidupan kerasmu akan dimulai di akademi ini."Awalnya Selene pikir kakaknya mengatakan hal itu hanya untuk menakutinya, tapi ternyata... kehidupan di akademi benar-benar seperti neraka!Setiap hari para siswa harus bangun sebelum matahari terbit dan melakukan pemanasan di lapangan. Setelah itu, mereka harus sarapan dengan makanan yang sudah disediakan oleh petugas kantin. Baru kemudian mereka akan mendapat pelajaran di kelas, sebelum akhirnya mereka akan berlatih pedang sampai sore hari. Begitulah rutinitas yang tampak simpel. Namun, kenyataannya lebih sulit dari yang dibayangkan.Selene menahan diri untuk tidak muntah meski makanannya benar-benar sudah naik lagi sampai ke mulutnya. Saat bel tanda selesai makan dibunyikan, gadis itu buru-buru berlari ke kamar mandi dan mengeluarkan makan malamnya."Kau memuntahkan makananmu lagi!" tegur Lucas yang entah sejak kapan berdiri di samping pintu kamar mandi.Selene mengusap mulut kasa
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status