Share

Bertemu Pria Misterius

Aisyah sedikit ragu berada di dalam ruangan bersama pria asing. Lelaki itu memutar tubuhnya melihat ke arah Aisyah. Gadis cantik berpakaian seksi dengan jaket yang membalut tubuhnya. Rok ketatnya yang berukuran di atas betis menunjukkan kemulusan pahanya. Aisyah menjadi salah tingkah saat Ariel memandanginya dari atas hingga ke bawah. Tatapan Ariel seakan menelanjanginya bulat-bulat. 

Aisyah langsung menjadi salah tingkah, ia buru-buru menutupi pahanya dengan tas yang di bawanya. Ariel tahu jika gadis yang berdiri di depannya bukanlah gadis yang berpengalaman dalam hal itu. Ia benar-benar tidak mengenali Aisyah. Perubahan penampilan Aisyah membuatnya terpana. 

"Maaf, kata Tante Gabby Anda membutuhkan karyawan untuk bekerja di perusahaan Anda," ucap Aisyah mencoba memberanikan diri. Ia menggigit bibir bawahnya. 

Ariel tertawa, lelucon apa yang di buat Tante Gabby agar gadis lugu seperti Aisyah mengira dirinya akan memberinya pekerjaan.

"Kenapa Tuan tertawa?" tanya Gabby bingung. 

"Apa keahlianmu?" tanya Ariel. Secara tak sengaja ia malahan mengikuti permainan Tante Gabby.

"Saya bisa merias seseorang, keahlianku di bidang make up," terang Aisyah.

"Dengan pakaian begini kau mau make up orang, yang ada kau akan di suruh untuk melayani tidur," goda Ariel. Wajah Aisyah langsung berubah muram, ia masih trauma dengan kejadian yang menimpanya waktu itu. 

"Kalau begitu, saya permisi dulu. Mungkin keahlian saya tidak cocok dengan yang di butuhkan, Tuan." Aisyah memutar tubuhnya bermaksud untuk keluar dari ruangan.

"Tunggu!" kata Ariel.

"Aku butuh seseorang yang bisa make up sepertimu, karena aku adalah seorang artis," ucap Ariel.

"Artis?" tanya Aisyah tak mengerti.

Ariel melemparkan sebuah majalah ke arah Aisyah. Di sana berbagai pose Ariel terpampang sempurna sedang iklan berbagai produk dari sponsornya.

"Tuan, Ariel Maranta yang terkenal itu?" tanya Aisyah.

"Ya, benar. Apa di rumahmu tidak ada TV?" tanya Ariel. Gadis di depannya terlalu lugu dan polos. 

"Saya pernah lihat orang yang mirip dengan Tuan di kereta api. Orang itu sekilas mirip dengan Anda, apa itu memang Anda?" tanya Aisyah.

"Ya, itu aku, memangnya kenapa?" tanya Ariel.

"Tidak apa-apa, berarti mata saya masih sehat tidak rabun," jawab Aisyah tersenyum.

Demi apapun, melihat senyum Aisyah hati Ariel runtuh seketika. Tapi, hal itu ia tutupi dengan sikap profesionalnya. Mulai sekarang, kau bekerja padaku. Dimana kau tinggal?" tanya Ariel.

"Sementara ini saya tinggal di rumah Tante Gabby, mungkin kalau sudah dapat kerja saya akan mencari kosan," jawab Aisyah.

"Hari ini juga kau pindah dari sana, nanti akan ku carikan kosan baru," kata Ariel.

"Oh, Tuan baik sekali," kata Aisyah dengan mata berbinar. 

'Tentu saja aku baik padamu, karena aku butuh tubuhmu,' batin Ariel. Ia sudah membeli Aisyah dengan harga cukup tinggi dari Tante Gabby. 

"Kalau begitu, saya akan pulang dan berpamitan dulu pada Tante Gabby," kata Aisyah.

"Tidak usah, karena Tante Gabby sekarang sudah berada di luar kota," kata Ariel. 

"Tapi, pakaian saya masih ada di sana," tawar Aisyah.

"Cuma pakaian kan? Nanti akan ku belikan banyak pakaian baru," kata Ariel.

"Saya tidak sanggup membayarnya jika nanti terlalu banyak berhutang pada, Tuan. Apalagi membeli banyak pakaian baru pasti menghabiskan banyak uang," ucap Aisyah.

Ariel rasanya ingin membenturkan kepalanya ke dinding mendengar jawaban Aisyah. Gadis itu terlalu lugu 

, tapi Ariel mulai menyukainya.

"Ayo kita keluar sekarang," ajak Ariel. 

"Dan, tolong lepaskan jaketmu ini. Kau seperti pesakitan," kata Ariel.

"Tap ... tapi, baju ini terlalu terbuka buatku," tolak Aisyah.

Ariel tidak menghiraukan perkataan Aisyah. Ia melepaskan jaket tebal yang membungkus tubuh ramping Aisyah. Gadis itu tampak canggung berdiri dengan lengan terbuka dan dressnya terlalu ketat. Ia menurunkan sedikit roknya, tapi tetap saja tidak bisa. Rok span itu terlalu pendek, sehingga pahanya kelihatan seksi.

Sialnya, Ariel harus menelan salivanya berulang kali hanya dengan melihat tubuh ramping Aisyah. Saat Aisyah berjalan tiba-tiba kakinya terseok sebentar karena ia tidak terbiasa memakai higheels. Untung saja Ariel menangkap tubuhnya. 

Sesaat tatapan mereka beradu. Mata Ariel tidak lepas dari bibir ranum Aisyah. Ia ingin mencicipi bibir merah delima itu. Ariel mendekatkan wajahnya, sementara tangannya masih menahan pinggang ramping Aisyah. 

"Terima kasih, Tuan," ucap Aisyah tiba-tiba. Ariel menjadi tersadar ia telah berhalusinasi kotor. Buru-buru Ariel menegakkan kembali tubuh Aisyah.

"Jangan memakai sesuatu yang tidak kamu sukai," kata Ariel.

"Tante Gabby yang memberikannya, aku takut jika menolak akan menyinggung perasaannya," jawab Aisyah.

"Lain kali jangan memilih sesuatu yang akan menyakitimu," kata Ariel.

"Terima kasih, saya akan terus mengingat pesan Anda," jawab Aisyah.

"Bagus, sekarang kita keluar. Aku mau mengajakmu makan dan berbelanja pakaian hari ini," kata Ariel.

Aisyah mengikuti langkah Ariel dari belakang. Ia duduk di jok mobil bersebelahan dengan Ariel. Pandangannya ke arah luar jendela, ia masih deg-degan duduk bersama orang asing. 

Mobil itu berhenti di sebuah butik ternama, Ariel keluar bersamaan dengan Aisyah. Semua mata karyawan langsung terpana menyambut kedatangan artis idola mereka.

"Bisa saya bantu?" sapa salah seorang karyawan.

"Carikan baju yang pas untuknya. Aku akan menunggu di sini," kata Ariel. Ia duduk santai di sofa. Pelayan yang lainnya datang membawa minuman dingin untuk tamu eksklusifnya.

"Baik, Tuan," jawab pelayan butik.

Lagi-lagi mata Aisyah terpana menatap ke sekeliling. Semua barang mewah dengan desain elegan tertata apik. 

"Nona, silahkan ikuti saya," ucapan dari pelayan butik di belakangnya cukup mengagetkan Aisyah.

"Eh, iya," jawab Aisyah kaget. 

Aisyah memilih satu per satu baju yang tertata rapi di hanger. Tetapi, sepertinya tak ada satu pun yang mengundang minatnya. Bukannya terlalu jelek desain bajunya. Tapi, harganya yang setinggi langit membuat Aisyah mundur teratur.

Tidak menunggu waktu yang lama ia berjalan ke arah Ariel lagi. Ariel kaget, kenapa Aisyah kembali begitu cepat.

"Ada apa?" tanya Ariel bangkit dari sofa.

"Kita cari tempat lain saja," jawab Aisyah.

"Kenapa? Apa kau tidak menyukai model bajunya?" tanya Ariel.

Aisyah menggeleng. Ia lalu mendekat ke arah Ariel, bahkan sangat dekat membuat Ariel ingin mencium bibirnya. Aisyah berjinjit dan membisikkan sesuatu di telinga Ariel. Secara tak sadar milik Ariel seakan menegang saat nafas Aisyah berembus di telinganya.

"Harganya mahal-mahal," bisik Aisyah.

Ariel meraih tangan Aisyah, ia lalu membawa Aisyah masuk ke dalam untuk memilih baju lagi. 

"Tolong carikan baju yang pas untuknya, kalau bisa buat ganti-ganti selama sebulan," kata Ariel.

Aisyah melongo mendengar perkataan Ariel pada pelayan butik itu. "Tuan, gaji saya tidak akan cukup untuk mencicil semuanya," kata Aisyah.

"Anggap saja itu hadiah dariku," kata Ariel lirih. Aisyah masih bingung, apa ia harus menerima pemberian Ariel atau tidak. Karena ia juga baru saja mengenal Ariel sebagai bos barunya.

---Bersambung---

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status