Share

Bab 157 Situasi Darurat

Author: Noona Y
last update Last Updated: 2025-07-13 03:15:41

“Pak Samuel, presentasi Anda tadi siang, luar biasa sekali, saya sangat antusias mendengarkan penjelasan Anda,” puji salah satu klien sambil mengangkat gelasnya.

Samuel tersenyum sopan. “Terima kasih, Pak Rudy. Mudah-mudahan kolaborasi ini jadi langkah awal yang baik untuk hubungan jangka panjang antara perusahaan kita.”

Suara gelas beradu dengan tawa basa-basi, bercampur dengan aroma seafood panggang. Samuel duduk di samping ayahnya, Jusuf. Restoran tepi danau bernuansa kayu di tengah kota Kalimantan,

Namun baru saja Samuel hendak menyendok sup asparagus. Ponselnya bergetar tiba-tiba di atas meja. Nama yang tak dikenal muncul di layar. Sekilas, Samuel coba mengabaikan. Tapi getaran itu datang lagi dan lagi.

Samuel melirik ayahnya sejenak, lalu berdiri perlahan dengan gerakan pelan. “Maaf, sepertinya ada panggilan darurat yang harus saya terima dulu.”

Ia berjalan menjauh dari meja, menuju balkon kecil di dalam restoran.

Samuel : Halo?

Petugas Medis : Selamat malam dengan pak Samuel?

S
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Kejutan Mencengangkan Dari Suamiku Tercinta   Bab 157 Situasi Darurat

    “Pak Samuel, presentasi Anda tadi siang, luar biasa sekali, saya sangat antusias mendengarkan penjelasan Anda,” puji salah satu klien sambil mengangkat gelasnya.Samuel tersenyum sopan. “Terima kasih, Pak Rudy. Mudah-mudahan kolaborasi ini jadi langkah awal yang baik untuk hubungan jangka panjang antara perusahaan kita.”Suara gelas beradu dengan tawa basa-basi, bercampur dengan aroma seafood panggang. Samuel duduk di samping ayahnya, Jusuf. Restoran tepi danau bernuansa kayu di tengah kota Kalimantan,Namun baru saja Samuel hendak menyendok sup asparagus. Ponselnya bergetar tiba-tiba di atas meja. Nama yang tak dikenal muncul di layar. Sekilas, Samuel coba mengabaikan. Tapi getaran itu datang lagi dan lagi.Samuel melirik ayahnya sejenak, lalu berdiri perlahan dengan gerakan pelan. “Maaf, sepertinya ada panggilan darurat yang harus saya terima dulu.”Ia berjalan menjauh dari meja, menuju balkon kecil di dalam restoran.Samuel : Halo?Petugas Medis : Selamat malam dengan pak Samuel?S

  • Kejutan Mencengangkan Dari Suamiku Tercinta   Bab 156 Bertahanlah

    “Mama…”Suara kecil itu terdengar lirih dari ambang pintu.Isabella, dengan mata masih setengah mengantuk, berdiri terpaku melihat ibunya tergeletak di lantai dapur. Matanya membesar saat melihat darah menggenang dan tubuh Adelia yang menggigil sambil memegangi perutnya.“Ica... sayang, tolong Mama...” suara Adelia bergetar, penuh tangis, namun tetap berusaha tenang. “Dengar Mama, ya nak… dengarkan baik-baik…”Isabella mendekat beberapa langkah, tampak kebingungan dan ketakutan. “Mama sakit...?”Adelia menggelengkan kepala, lalu memaksakan senyum meski tubuhnya sedang kesakitan. “Iya, Mama sakit… tapi kamu bisa bantu Mama, sayang. Bisa, ya?”Isabella mengangguk cepat.“Ambilkan tas Mama… di ruang tamu. Cepat, ya? Di dalamnya ada ponsel. Tolong bawain sini, Sayang…” suara Adelia bergetar.Isabella langsung berlari keluar dapur, sambil bergumam. "Tas Mama… tas Mama…” gumamnya panik, menoleh ke kanan dan kiri, lalu mulai memeriksa setiap sudut sofa.Ia menyingkirkan bantal, “Di mana sih…

  • Kejutan Mencengangkan Dari Suamiku Tercinta   Bab 155 Tolong

    "Apa maksudmu?” tanya Devina, tergagap, tapi wajahnya mencoba tetap tenang.Adelia melangkah maju, menatap lurus ke wajah mertuanya. “Jangan main sandiwara lagi, Mama. Aku tahu jamu itu bukan buat kesehatan. Dokter menemukan sesuatu yang bisa membahayakan kandungan aku!”Wajah Devina pucat pasi.Adelia melanjutkan perkataannya. “Aku bukan gadis bodoh dan naif seperti dulu. Mama pikir aku bakal langsung minum jamu itu? Dari warnanya saja aku sudah curiga—jelas itu bukan jamu biasa, tapi racun!”“Adel… kenapa kamu bilang begitu? Mama selama ini cuma khawatir… Mama nggak pernah berniat jahat… Mama cuma khawatir. Adel, tolong… jangan buka luka lama itu lagi." suara Devina mulai lirih.“Khawatir? Tapi Mama mau bunuh aku dan anakku. Maksud Mama apa, hah?!”Suara Adelia bergema di dapur yang sunyi. Kata-katanya seperti tamparan keras yang membuat Devina terdiam seketika.Devina menggigit bibir. Tangannya yang tadi menggenggam apron, mulai gemetaran.“Apa Mama pikir aku ini bodoh? Apa Mama pi

  • Kejutan Mencengangkan Dari Suamiku Tercinta   Bab 154 Tak Disangka

    “Boleh Mama masuk?” suara Devina terdengar dari balik pintu.“Silakan, Ma,” jawab Adelia.Devina masuk membawa semangkuk bubur kacang hijau. Wajahnya tersenyum ramah.“Mama bikin ini, tadi sore. Bagus buat ibu hamil. Coba dimakan ya,” katanya sambil menyodorkan mangkuk itu ke Adelia.“Wah, terima kasih banyak, Ma... Aku suka sekali kacang hijau,” ucap Adelia dengan riang, lalu menyendok bubur perlahan.Namun saat sendok pertamanya hampir menyentuh bibir, tiba-tiba terdengar suara Isabella menangis.“Sebentar, Ma,” Adelia berdiri dan segera keluar dari kamar, menghampiri kamar Isabella yang masih satu lantai.Tangisan Isabella semakin keras, membuat Adelia mempercepat langkah.“Ssstt... Ica sayang, Mama di sini,” bisik Adelia lembut sambil mengangkat Isabella kedalam pelukannya.Isabella langsung berhenti menangis begitu berada di dekapan sang ibu. Adelia tersenyum lega.Devina ikut masuk lalu mendekat. “Biar Mama saja yang temani Isabella. Kamu lanjutkan makan bubur kacang hijaunya.”

  • Kejutan Mencengangkan Dari Suamiku Tercinta   Bab 153 Kangen-kangenan

    Lima hari kemudian.“Udah nyala belum, Kak? Kok layar laptopku item semua sih?”Suara Amelia terdengar diikuti wajahnya yang muncul setengah—hanya jidat dan sebagian poni.“Hahaha, itu kameranya belum dibuka, Amel!” sahut Adelia sambil tertawa, satu tangannya mengusap perut besarnya yang bergerak-gerak pelan.Di layar, Samuel juga tertawa geli. “Udah kuliah di luar negeri, tapi nyalain Zoom masih kayak anak TK,” ledeknya.“Eh, jangan remehin aku dong! Ini laptop tiap hari aku pakai, keyboard-nya saja udah copot satu!” protes Amelia sambil manyun, wajahnya mendekat ke kamera."Belum setahun sudah Copot? Kamu ngetik atau gulat sama keyboard, sih?” sindir Samuel, menyender santai di sofa kamar hotel tempat ia menginap.Adelia ikut tertawa. “Jangan bilang laptop kamu itu korban kekerasan dalam perkuliahan.”Amelia menjulurkan lidah ke arah kamera. “Udah deh, kalian berdua kompak banget nge-bully aku! Padahal aku kangen banget, lho…” Wajahnya mendadak melembut.“Di sini tuh semuanya serba

  • Kejutan Mencengangkan Dari Suamiku Tercinta   Bab 152 Dinas Keluar Kota

    3 bulan kemudian.“Sayang, kamu yakin nggak apa-apa aku tinggal seminggu?” tanya Samuel dengan nada cemas.Adelia menoleh dan tersenyum. Ia sedang duduk bersila di atas tempat tidur, melipat kemeja-kemeja kerja milik suaminya dengan tenang.“Enggak apa-apa kok, Mas. Kamu juga pergi buat urusan kerja, kan? Di rumah ada Mama Devina, jadi aku nggak merasa sendiri. Akhir-akhir ini beliau juga lebih perhatian, mungkin karena waktu lahiran makin dekat,” jawab Adelia sambil mengelus perutnya yang sudah besar.Samuel menatapnya, mata hangatnya tak lepas dari wajah sang istri. “Terkadang, aku masih belum sepenuhnya percaya... Mama bisa berubah sikap sama kamu, jauh daripada yang aku bayangkan." Adelia tersenyum kecil, matanya menerawang sejenak.“Awalnya aku juga nggak percaya, Mas. Tapi ternyata waktu bisa mengubah banyak hal. Mungkin juga karena calon anak kita ini punya keajaiban tersendiri,” ucapnya sambil menepuk pelan perutnya yang membulat sempurna.Samuel tertawa, lalu ia mendekat, du

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status