Share

Kejutan Spektakuler Untuk Keluargaku
Kejutan Spektakuler Untuk Keluargaku
Author: Dwisa

Bab 1

Author: Dwisa
Pada hari ulang tahunku sendiri, aku mati dengan cara yang menyakitkan, sementara keluargaku sama sekali tidak mengetahuinya. Mereka malah menyalahkanku karena tidak hadir di pesta ulang tahun penting adik kembarku.

Mereka tidak tahu bahwa aku sebenarnya ada di sana sepanjang waktu. Hanya saja ... dalam wujud roh.

....

Malam hari, keluargaku mendorong pintu masuk dengan masing-masing membawa banyak tas hadiah. Hanya adikku yang berbeda, dia memegang es krim dan memakannya dengan sangat gembira. Keluargaku memanjakannya seperti seorang putri kecil, tidak rela membiarkan dia lelah sedikit pun.

Mereka mulai menghias rumah. Suamiku, Willy, menoleh ke arah lantai atas dan berteriak, "Valerie, turun bantu dekorasi. Jangan kira karena hari ini ulang tahunmu kamu bisa malas-malasan."

Biasanya, aku akan segera berlari turun untuk membantu. Namun sekarang, aku hanya melayang di sampingnya dan menatap dingin ke arahnya.

Melihat lantai atas tidak ada tanda-tanda gerakan, dia kembali meneleponku, tetapi tidak ada yang menjawab. Saat itu, adikku berjalan menghampiri dan merebut ponselnya, lalu berkata dengan suara manja, "Kak Willy, kalau Kak Valerie nggak ada, biar aku saja yang bantu."

Willy tersenyum sambil mengusap kepalanya dengan lembut dan penuh rasa sayang, "Kamu duduk saja di sana dan istirahat. Es krimmu sebentar lagi meleleh."

Begitu kalimat itu selesai, senyumnya langsung hilang. Dia mengerutkan kening dan meninggalkanku sebuah pesan suara, "Valerie, cepat pulang! Pesta tinggal satu jam lagi. Hari ini banyak tamu yang datang, jangan sampai kamu merusak suasananya."

Selesai meninggalkan pesan, Willy kembali ke ruang tamu.

Ayah dan ibuku melihat wajahnya yang penuh kekesalan, lalu mengejek dingin, "Valerie marah-marah lagi?"

Willy memasang balon sambil terus menghela napas panjang. "Iya, kalau sedikit saja nggak sesuai keinginannya, dia langsung hilang. Harus dipaksa dulu baru mau muncul."

"Sudah kubilang, itu karena kalian terlalu memanjakannya." Ayahku mendengus. "Dia nggak mungkin berpikir tanpa dia, pesta ini nggak bisa jalan, 'kan? Naif sekali. Yang jadi tokoh utama pesta ini memang Violet. Valerie datang atau nggak, nggak penting."

"Tunggu saja sampai besok dia pulang. Biar dia makan kue sisa. Sekalian biar kapok."

Ayah tampak sangat marah. Semakin dia berbicara, emosinya semakin tersulut. Violet segera maju menenangkannya dan menepuk-nepuk punggungnya.

"Ayah, jangan bilang begitu. Kalau Kakak dengar, dia pasti sangat sedih. Hari ini juga ulang tahun Kakak. Mana bisa kalau nggak ada dia? Biar aku cari dia!"

Selesai berkata demikian, dia berbalik dan berjalan keluar rumah.

Seluruh keluarga memuji kelakuannya yang manis dan pengertian, tetapi mereka sama sekali tidak tahu bahwa dia bahkan tidak pergi ke mana pun.

Aku melihat dengan jelas ketika dia memutar arah menuju ruang bawah tanah, lalu menendang pintu besi itu dengan keras. Melihatku tergeletak tak bergerak di sudut ruangan dan penuh darah, dia tertawa sampai hampir kehabisan napas.

Dia melangkah mendekat dan menendangku dua kali tanpa ampun. "Hei, jangan pura-pura mati. Cepat bangun."

Namun, aku memang tidak bereaksi sama sekali, karena aku sudah benar-benar mati.

Hanya saja, dia sama sekali tidak menyadarinya. Dia berjongkok dan mencengkeram rambutku dengan kasar. Aku menutup mata rapat-rapat. Dia sepertinya mulai merasakan ada yang tidak beres, tetapi suara dari luar menarik perhatiannya.

"Kenapa pintu taman nggak ditutup?"

Dia terkejut dan segera melepaskan rambutku. Sebelum pergi, dia kembali menendangku sekali lagi. "Kamu diam di sini saja. Jangan mimpi ikut pesta dan merebut sorotan dariku!"

Setelah berkata demikian, dia langsung memasang senyum manis dan naik ke atas, kemudian berlari masuk ke pelukan Willy.

"Itu salahku, aku lupa tutup pintu. Kak Willy, aku sudah cari ke mana-mana di luar, tapi nggak nemu Kak Valerie."

Willy langsung merasa iba dan berkali-kali berkata tidak apa-apa. "Biarkan saja dia. Hari ini ulang tahunmu. Jangan sedih karena seseorang yang nggak layak."

Tidak layak? Aku tersenyum getir.

Yang tidak layak bukanlah aku. Masalahnya, di mata mereka hanya ada Violet.

Jadi meskipun kami berulang tahun di hari yang sama, bertahun-tahun ini aku selalu merayakannya sendirian.

Namun, tahun ini sedikit berbeda. Ini bukan hanya ulang tahunku. Ini juga upacara perpisahanku.

Sebulan yang lalu, aku didiagnosis kanker stadium akhir. Aku tidak pernah berniat menyembunyikan hal itu. Hasil pemeriksaannya sudah kuletakkan di meja begitu saja.

Namun, aku tidak akan pernah bisa melupakan ekspresi ayah dan ibu ketika mereka mengambil lembar hasil pemeriksaanku lalu mengejeknya. Mereka berkata aku sedang berpura-pura mencari simpati dan mencoba menarik perhatian mereka.

Padahal, aku tidak pernah berniat merebut kasih sayang mereka dari Violet. Aku juga tidak pernah berniat ikut campur dalam pesta ulang tahun ini.

Aku hanya menyiapkan sebuah hadiah dengan hati-hati dan meletakkannya di rumah. Setelah itu, aku berencana merayakan ulang tahunku yang terakhir bersama teman-temanku.

Namun belum sempat melangkah jauh dari rumah, beberapa pria berbaju hitam memukulku dengan pentungan hingga aku jatuh pingsan. Saat membuka mata, aku sudah berada di ruang bawah tanah rumah kami.

Pemimpin mereka menggoyang-goyangkan sebuah kunci. Di kuncinya tergantung boneka Winnie the Pooh yang paling disukai Violet. Beberapa orang lainnya memegang tongkat besi dan tongkat bisbol.

Aku ketakutan sampai kakiku bergetar hebat dan memohon mereka untuk tidak membunuhku. Namun, mereka seolah tidak mendengar permohonanku dan terus-menerus memukuli tubuhku dengan brutal.

Ketika aku hampir pingsan, mereka merobek bajuku dan mengambil foto-foto memalukan. Setelah puas, mereka menggoyangkan kunci itu lalu pergi begitu saja.

Aku mengerahkan sisa tenagaku untuk meraih mereka, tetapi yang berhasil kugenggam hanya boneka Winnie the Pooh itu. Setelah itu, kesadaranku jatuh ke dalam kegelapan yang tak berujung.

Dengan tubuh remuk dan jari-jari bengkok yang hampir patah, aku memaksa menekan tombol panggilan. Namun baik ibu, ayah, maupun Willy, tidak satu pun yang menjawab.

Akhirnya, aku hanya bisa mengirim pesan. Namun, karena jariku rusak parah, mustahil mengetik kalimat panjang. Dalam keadaan putus asa, aku memasukkan empat angka itu: 9395.

Itu adalah kode pertolongan yang pernah kami sepakati. "Kalau kamu dalam bahaya, kirim deretan angka rahasia ini padaku. Aku pasti akan datang menyelamatkanmu." Begitu katanya sambil mengusap rambutku dengan lembut.

Dulu, aku bahkan sempat bercanda, "Sekarang ini zaman hukum, bahaya apa sih yang mungkin aku temui?"

Siapa sangka, lelucon itu justru menjadi penyelamat terakhirku. Aku menunggu balasan dengan seluruh harapan yang tersisa, tetapi pesan yang muncul membuatku terdiam.

[ Valerie, cuma karena aku nggak bawa kamu beli baju baru, kamu sampai berakting begini? ]

Willy ... dia tidak percaya.

[ Lagian, gaun tahun lalu masih bisa kamu pakai. Kenapa harus bertingkah seperti anak kecil? Hari ini ulang tahunmu. Aku nggak mau ribut denganmu. Sampai bertemu nanti di pesta. ]

Sayangnya, aku tidak akan muncul di pesta itu. Seumur hidup ini, kami tidak akan pernah bertemu lagi.

Setelah telepon itu berakhir, satu-satunya hal yang akan mereka temukan ... hanyalah tubuhku yang sudah dipenuhi belatung dan hadiah perpisahan yang sudah kusiapkan dengan sepenuh hati untuk mereka.
Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Kejutan Spektakuler Untuk Keluargaku   Bab 8

    Sebenarnya, aku sama sekali tidak terkejut Violet mengalami kejadian secepat itu. Sebab, dia memang arogan dan sombong. Siapa pun pasti akan sulit bertahan hidup bersamanya.Ternyata benar. Menurut para sipir, dia mencoret-coret dinding secara membabi buta sambil menjerit seperti orang gila. "Aku ini genius! Aku ini seniman besar!"Setiap hari dia mengulang hal yang sama, dan akhirnya membuat seluruh penghuni sel murka, hingga terjadilah insiden itu. Setelah orang tuaku mengetahui kejadian tersebut, rambut mereka memutih dalam satu malam.Meskipun mereka membenci Violet karena telah menghancurkan hidup mereka, bagaimanapun Violet tetaplah anak mereka. Sekarang, dia adalah satu-satunya anak yang mereka miliki. Jadi mereka tetap pergi menemuinya untuk terakhir kalinya.Violet terbaring di ranjang rumah sakit, wajahnya tanpa ekspresi.Kabarnya, sebelum meninggal, seseorang akan mengingat kembali hal yang paling berkesan dalam hidupnya. Namun, Violet tidak menyangka bahwa yang muncul di be

  • Kejutan Spektakuler Untuk Keluargaku   Bab 7

    Para tahanan saling berpandangan, semuanya tampak putus asa. Mereka sudah berkali-kali memberi tahu Violet tentang kenyataan yang sebenarnya, tetapi dia sama sekali tidak percaya.Terlalu lama hidup dalam pujian membuatnya kehilangan diri sendiri. Dia yakin dia memiliki segudang penggemar dan mereka tidak akan pernah meninggalkannya.Sampai akhirnya Willy datang, menghancurkan sisa-sisa fantasi terakhirnya. Di depan matanya, dia membacakan surat tuntutan satu per satu.Setiap kali Willy membaca satu kalimat, wajah Violet menjadi semakin pucat. Hingga akhirnya dia menjerit histeris, "Kamu bohong! Kamu cuma mau menakut-nakuti aku biar aku mengaku, 'kan?!"Melihatnya marah setengah mati, Willy langsung melemparkan berkas itu ke wajahnya."Menakut-nakuti kamu? Kamu sendiri tidak tahu kemampuan kamu seperti apa? Selama empat tahun kuliah, nggak terhitung berapa kali kamu hampir dikeluarkan karena bolos dan nilaimu selalu yang paling buruk."Semakin berbicara, Willy malah akhirnya tertawa pa

  • Kejutan Spektakuler Untuk Keluargaku   Bab 6

    Polisi bergegas membawa Violet pergi. Ayah dan Ibu duduk di ruang tamu sambil menangis keras, sementara Willy hanya terdiam menatap keluar jendela.Tiba-tiba, pandangannya terarah pada sebuah kotak di sudut ruangan.Kotak yang dulu selalu dianggap menjijikkan dan memalukan oleh semua orang ... kini diperlakukan seperti harta yang sangat berharga. Willy melangkah maju, perlahan membuka kantong hadiah itu dengan hati-hati.Di dalamnya ada surat perjanjian cerai yang sudah ditandatangani dan di tengahnya terselip sebuah cincin berlian yang sudah menguning. Di bawahnya terdapat sebuah foto keluarga, tetapi bagian diriku telah disobek habis, yang tersisa hanya mereka bertiga.Yang terakhir adalah sebuah chip kecil.Willy memutar videonya.Suara yang sangat lembut terdengar. Aku duduk di depan layar dengan wajah pucat dan mata bengkak seperti habis menangis lama."Ketika kalian melihat video ini, aku seharusnya sudah mati. Aku mengidap kanker. Dokter bilang aku paling lama hanya punya tujuh

  • Kejutan Spektakuler Untuk Keluargaku   Bab 5

    Willy mendadak lemas, kedua kakinya langsung tak kuat dan dia jatuh berlutut ke lantai.Ayah juga membelalakkan mata dan berkata dengan gagap, "Va ... Valerie! Jangan ngawur! Hari sebaik ini, kamu berani pura-pura mati menakut-nakuti orang?!" Dia melangkah ke depan, kemudian menendang tubuhku dua kali dengan kasar."Masih belum mau bangun?! Bangun! Bangun!"Namun, mana mungkin aku bisa bergerak? Ayah yang sudah kehilangan kesabaran, berjongkok dan menatap darah di wajahku, lalu tertawa sinis. "Saus tomat di rumah itu dipakai untuk dibuang-buang begini?!"Dia mengangkat tangan hendak menghapusnya. Namun begitu ujung jarinya menyentuh kulitku, dia langsung menjerit ketakutan. Sebab, kulitku sudah dingin membeku.Tangan ayah gemetaran. Dia menunjuk ke arah mayatku, lalu berkata dengan suara bergetar, "Mati ... dia benar-benar ... mati!"Willy sontak terkesiap dan menatap tubuhku dengan tatapan tidak percaya. Ibu menjerit pilu sampai hampir pingsan. Itu pertama kalinya aku melihat ketakuta

  • Kejutan Spektakuler Untuk Keluargaku   Bab 4

    Keduanya akhirnya melepaskan ciuman itu. Wajah Violet memerah, sementara Willy tampak canggung dan segera meninggalkan kamar. Jantungnya berdebar begitu keras. Saat itulah pandangannya tertuju pada gaun pesta yang tergeletak di sofa.Dia melangkah mendekat dan mengambil segelas anggur merah, lalu tanpa ragu menumpahkannya ke atas gaun itu. Warna merah menyebar di atas kain putih, seperti percikan darah yang brutal. Dia melempar gaun itu ke dalam tong sampah, kemudian mengirim pesan suara ke ponselku."Valerie, aku bahkan masih bermurah hati membelikanmu gaun! Perempuan sekejam kamu, nggak pantas sama sekali! Kamu tahu nggak, kelakuanmu hampir membuat orang tuamu kena serangan jantung!""Saranku, cepat pulang dan minta maaf sama semua orang! Kalau nggak ... begitu kamu balik, kita harus bicara soal perceraian!"Mendengar kata-kata kasarnya, hatiku sudah sama sekali tidak merasa apa-apa. Sebaliknya, aku menunduk sambil memandang kertas-kertas yang berserakan dan hancur, lalu tiba-tiba be

  • Kejutan Spektakuler Untuk Keluargaku   Bab 3

    Ayah, Ibu, dan Willy segera berkerumun mengitari Violet. Mereka melihatnya terjatuh di lantai sambil menangis keras. Di tangannya tergenggam potongan-potongan kertas yang sudah disobek menjadi serpihan."Itu ... itu bukannya karya baru yang ingin kamu umumkan di pesta hari ini?! Kenapa bisa sampai disobek? Ulah siapa itu?!"Ibuku langsung berlutut dan membantu Violet berdiri, matanya penuh rasa kasihan. Violet menangis tersedu-sedu hingga hampir tidak bisa bernapas."Aku tahu hari ini sangat penting, jadi aku sudah menaruhnya dengan baik. Sebelum pergi, aku bahkan menguncinya di dalam lemari yang biasa dipakai aku dan Kakak sama-sama ...."Mendengar ucapannya, aku hanya bisa tertawa sinis. Hanya sepatah kalimat itu saja sudah jelas menunjukkan siapa pelakunya.Ayah langsung marah besar dan menepuk pintu dengan keras sambil berteriak, "Valerie benar-benar makin keterlaluan! Pantas saja dia nggak pulang! Ternyata dia melakukan hal sejahat ini! Tunggu sampai dia kembali, akan kupatahkan k

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status