Share

Bab 2

Author: Dwisa
Tak lama kemudian, pesta ulang tahun sudah ditata dengan rapi. Meja makan dipenuhi salmon favorit Violet. Di atas kue, nama Violet terpahat dengan indah.

Seperti yang dikatakan ayah, pesta ini sejak awal memang hanya untuknya. Jadi tentu saja, tidak ada namaku di atas kue itu.

"Bu, atau kita siapkan satu kue lagi? Kalau ada tamu yang gosip gimana?" Violet menggandeng lengan ibuku sambil manja.

"Nggak perlu. Dengan kepribadiannya, mana mungkin dia punya teman? Kariernya saja nggak beres, apalagi mau punya teman yang benar-benar tulus." Ibuku menepuk tangan Violet dengan lembut untuk menenangkannya.

"Kamu pikirkan saja gimana biasanya dia memperlakukan kamu. Jadi orang jangan terlalu baik, nanti kamu yang diinjak."

Memangnya bagaimana aku memperlakukannya?

Sejak kecil, apa pun yang dia rebut dariku, semuanya aku berikan tanpa pernah menolak. Aku pernah merasa bahagia karena memiliki seorang adik perempuan, jadi aku selalu mengalah dan memberinya semuanya.

Namun, dia malah semakin menjadi-jadi.

Saat wisuda, tugas akhir yang kubuatkan untuknya memenangkan penghargaan internasional. Saat itu aku tidak mempermasalahkannya, karena itu hanyalah karya sederhanaku. Namun setelah merasakan manisnya kemenangan, dia mulai merampas semua hasil karyaku. Kalau aku menolak, dia menyuruh orang memukuli aku.

Ketika aku meminta bantuan, tidak ada yang percaya. Mereka semua berkata bahwa aku iri pada bakat Violet sampai menjadi gila.

Saat itu, aku baru benar-benar mengerti.

Yang hilang dariku bukan sekadar sebuah piala. Namun, kasih sayang ayah, ibu, dan Willy, semuanya hilang dari sisiku. Bagiku, mereka hanya melihat Violet sebagai sang genius, sedangkan aku hanyalah papan latar di belakang kejayaan itu.

Mengingat kejadian-kejadian itu, aku membalikkan badan, tidak ingin melihat keluarga ini lagi sedetik pun.

Namun, Violet di belakangku masih juga tidak puas. Dia mengentakkan kaki dengan gaya manja yang dibuat-buat. "Aduh Bu, kecilkan suara dong. Kalau Kakak pulang dan dengar gimana?"

"Hmph, kalau dia dengar ya biarkan saja. Kalau dia pulang, aku akan bilang hal yang sama tepat di depan wajahnya." Sorot mata ibuku tampak jijik, tidak ada sedikit pun kasih sayang.

Aku hanya terdiam mendengarkan mereka terus membicarakanku seperti itu. Jarum jam berputar berulang kali. Waktu pesta hampir tiba. Violet kembali ke kamar untuk berdandan dengan sangat teliti.

Willy mengerutkan kening sambil menatap ponselnya. Dia berkeliling vila mencariku, tetapi tetap tidak menemukan bayanganku.

"Ayah, Ibu, aku keluar sebentar beli sesuatu. Segera balik."

Sebelum pergi, dia sekali lagi mengirimiku pesan.

[ Jangan marah-marah lagi. Cuma karena satu baju saja. Aku beliin untuk kamu. Buruan pulang. Pesta sudah mau mulai. ]

Melihat punggungnya yang terburu-buru menjauh, hatiku benar-benar datar. Seandainya dia tahu bahwa istrinya yang sedang dia cari-cari ... saat ini berada tepat di bawah kakinya dikelilingi belatung ....

Apa reaksinya?

Aku menghela napas pelan. Terlalu lelah untuk membayangkan. Pandangan mataku jatuh pada beberapa kotak di sudut ruangan. Itu adalah hadiah-hadiah yang kupersiapkan. Aku hanya menunggu kapan mereka akan membukanya.

Tak lama kemudian, Violet keluar dari kamar sambil mengangkat rok dengan bahagia.

"Ayah, Ibu, Kak Willy ke mana?"

Ibuku menghela napas. "Sepertinya dia pergi cari Valerie. Dia memang terlalu baik hati."

Sambil menatap Violet penuh harapan, dia berkata, "Menurut Ibu, Willy itu menantu yang sangat baik. Cuma kamu yang pantas untuk dia."

Wajah Violet langsung menggelap. Matanya berkedip, menampilkan kilat perhitungan. Tanpa berkata apa-apa, dia kembali masuk ke kamarnya.

Tak lama kemudian, Willy kembali ke vila sambil menenteng sebuah gaun. Napasnya terengah-engah dan keringat membasahi dahinya. Dia hendak kembali mengirimiku pesan ketika tiba-tiba dari kamar Violet terdengar suara tangisan histeris.

"Desainku! Siapa yang merobek sketsa desainku!"

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Kejutan Spektakuler Untuk Keluargaku   Bab 8

    Sebenarnya, aku sama sekali tidak terkejut Violet mengalami kejadian secepat itu. Sebab, dia memang arogan dan sombong. Siapa pun pasti akan sulit bertahan hidup bersamanya.Ternyata benar. Menurut para sipir, dia mencoret-coret dinding secara membabi buta sambil menjerit seperti orang gila. "Aku ini genius! Aku ini seniman besar!"Setiap hari dia mengulang hal yang sama, dan akhirnya membuat seluruh penghuni sel murka, hingga terjadilah insiden itu. Setelah orang tuaku mengetahui kejadian tersebut, rambut mereka memutih dalam satu malam.Meskipun mereka membenci Violet karena telah menghancurkan hidup mereka, bagaimanapun Violet tetaplah anak mereka. Sekarang, dia adalah satu-satunya anak yang mereka miliki. Jadi mereka tetap pergi menemuinya untuk terakhir kalinya.Violet terbaring di ranjang rumah sakit, wajahnya tanpa ekspresi.Kabarnya, sebelum meninggal, seseorang akan mengingat kembali hal yang paling berkesan dalam hidupnya. Namun, Violet tidak menyangka bahwa yang muncul di be

  • Kejutan Spektakuler Untuk Keluargaku   Bab 7

    Para tahanan saling berpandangan, semuanya tampak putus asa. Mereka sudah berkali-kali memberi tahu Violet tentang kenyataan yang sebenarnya, tetapi dia sama sekali tidak percaya.Terlalu lama hidup dalam pujian membuatnya kehilangan diri sendiri. Dia yakin dia memiliki segudang penggemar dan mereka tidak akan pernah meninggalkannya.Sampai akhirnya Willy datang, menghancurkan sisa-sisa fantasi terakhirnya. Di depan matanya, dia membacakan surat tuntutan satu per satu.Setiap kali Willy membaca satu kalimat, wajah Violet menjadi semakin pucat. Hingga akhirnya dia menjerit histeris, "Kamu bohong! Kamu cuma mau menakut-nakuti aku biar aku mengaku, 'kan?!"Melihatnya marah setengah mati, Willy langsung melemparkan berkas itu ke wajahnya."Menakut-nakuti kamu? Kamu sendiri tidak tahu kemampuan kamu seperti apa? Selama empat tahun kuliah, nggak terhitung berapa kali kamu hampir dikeluarkan karena bolos dan nilaimu selalu yang paling buruk."Semakin berbicara, Willy malah akhirnya tertawa pa

  • Kejutan Spektakuler Untuk Keluargaku   Bab 6

    Polisi bergegas membawa Violet pergi. Ayah dan Ibu duduk di ruang tamu sambil menangis keras, sementara Willy hanya terdiam menatap keluar jendela.Tiba-tiba, pandangannya terarah pada sebuah kotak di sudut ruangan.Kotak yang dulu selalu dianggap menjijikkan dan memalukan oleh semua orang ... kini diperlakukan seperti harta yang sangat berharga. Willy melangkah maju, perlahan membuka kantong hadiah itu dengan hati-hati.Di dalamnya ada surat perjanjian cerai yang sudah ditandatangani dan di tengahnya terselip sebuah cincin berlian yang sudah menguning. Di bawahnya terdapat sebuah foto keluarga, tetapi bagian diriku telah disobek habis, yang tersisa hanya mereka bertiga.Yang terakhir adalah sebuah chip kecil.Willy memutar videonya.Suara yang sangat lembut terdengar. Aku duduk di depan layar dengan wajah pucat dan mata bengkak seperti habis menangis lama."Ketika kalian melihat video ini, aku seharusnya sudah mati. Aku mengidap kanker. Dokter bilang aku paling lama hanya punya tujuh

  • Kejutan Spektakuler Untuk Keluargaku   Bab 5

    Willy mendadak lemas, kedua kakinya langsung tak kuat dan dia jatuh berlutut ke lantai.Ayah juga membelalakkan mata dan berkata dengan gagap, "Va ... Valerie! Jangan ngawur! Hari sebaik ini, kamu berani pura-pura mati menakut-nakuti orang?!" Dia melangkah ke depan, kemudian menendang tubuhku dua kali dengan kasar."Masih belum mau bangun?! Bangun! Bangun!"Namun, mana mungkin aku bisa bergerak? Ayah yang sudah kehilangan kesabaran, berjongkok dan menatap darah di wajahku, lalu tertawa sinis. "Saus tomat di rumah itu dipakai untuk dibuang-buang begini?!"Dia mengangkat tangan hendak menghapusnya. Namun begitu ujung jarinya menyentuh kulitku, dia langsung menjerit ketakutan. Sebab, kulitku sudah dingin membeku.Tangan ayah gemetaran. Dia menunjuk ke arah mayatku, lalu berkata dengan suara bergetar, "Mati ... dia benar-benar ... mati!"Willy sontak terkesiap dan menatap tubuhku dengan tatapan tidak percaya. Ibu menjerit pilu sampai hampir pingsan. Itu pertama kalinya aku melihat ketakuta

  • Kejutan Spektakuler Untuk Keluargaku   Bab 4

    Keduanya akhirnya melepaskan ciuman itu. Wajah Violet memerah, sementara Willy tampak canggung dan segera meninggalkan kamar. Jantungnya berdebar begitu keras. Saat itulah pandangannya tertuju pada gaun pesta yang tergeletak di sofa.Dia melangkah mendekat dan mengambil segelas anggur merah, lalu tanpa ragu menumpahkannya ke atas gaun itu. Warna merah menyebar di atas kain putih, seperti percikan darah yang brutal. Dia melempar gaun itu ke dalam tong sampah, kemudian mengirim pesan suara ke ponselku."Valerie, aku bahkan masih bermurah hati membelikanmu gaun! Perempuan sekejam kamu, nggak pantas sama sekali! Kamu tahu nggak, kelakuanmu hampir membuat orang tuamu kena serangan jantung!""Saranku, cepat pulang dan minta maaf sama semua orang! Kalau nggak ... begitu kamu balik, kita harus bicara soal perceraian!"Mendengar kata-kata kasarnya, hatiku sudah sama sekali tidak merasa apa-apa. Sebaliknya, aku menunduk sambil memandang kertas-kertas yang berserakan dan hancur, lalu tiba-tiba be

  • Kejutan Spektakuler Untuk Keluargaku   Bab 3

    Ayah, Ibu, dan Willy segera berkerumun mengitari Violet. Mereka melihatnya terjatuh di lantai sambil menangis keras. Di tangannya tergenggam potongan-potongan kertas yang sudah disobek menjadi serpihan."Itu ... itu bukannya karya baru yang ingin kamu umumkan di pesta hari ini?! Kenapa bisa sampai disobek? Ulah siapa itu?!"Ibuku langsung berlutut dan membantu Violet berdiri, matanya penuh rasa kasihan. Violet menangis tersedu-sedu hingga hampir tidak bisa bernapas."Aku tahu hari ini sangat penting, jadi aku sudah menaruhnya dengan baik. Sebelum pergi, aku bahkan menguncinya di dalam lemari yang biasa dipakai aku dan Kakak sama-sama ...."Mendengar ucapannya, aku hanya bisa tertawa sinis. Hanya sepatah kalimat itu saja sudah jelas menunjukkan siapa pelakunya.Ayah langsung marah besar dan menepuk pintu dengan keras sambil berteriak, "Valerie benar-benar makin keterlaluan! Pantas saja dia nggak pulang! Ternyata dia melakukan hal sejahat ini! Tunggu sampai dia kembali, akan kupatahkan k

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status