[Sayang, nanti istirahat kita ke hotel dekat kantor ya, aku tunggu di parkiran. Jangan sampai engga. Aku lagi pengen banget nih!]
Maaf Bambwang, tak semudah itu, aku mengambil gawaiku. Lalu menceritakan secara singkat apa yang sedang terjadi kepada Om Binsar.
"Masalah kecilnya ituuuu!"
Jawabnya yang membuatku sedikit lega. Saat istri sakit seharusnya kamu berpuasa Mas, agar nafsumu tak liar, rutukku.
Anggap saja ini ujian bagimu dalam menahan hawa nafsu, selama ini jatahmu tak pernah lalai aku berikan. Tapi sekali saja aku ada udzur kau langsung mencari tempat pelampiasan, huh!
Hari ini aku janji dengan Om Binsar juga pengacara yang akan membantu proses perceraianku. Aku sudah memutuskan semua, rumah tangga ini sudah tak sehat. Teka-teki uang perusahaan yang dipakai Mas Arya untuk membeli rumah juga belum terungkap. Semua sedang diselidik
Wajah Mas Arya dan Fitri berubah murung. Malam minggu malam yang panjang, kata orang-orang. Tapi bagiku malam Minggu ini akan menjadi malam pembalasan part sekian.Kita akan happy shopping maduku, hahahaMobil yang dikemudikan Mas Arya sudah sampai di area parkir salah satu Mall terbesardi Jakarta ini.Mas Arya membukakan pintu mobilnya untukku, so sweet banget kan?Dengan anggun aku keluar dan mengandeng tangan nya. Fitri yang masih dimobil terpaksa keluar sendiri, tentu saja sambil menggendong Alisa yang tertidur.Mas Arya hendak mengambil alih Alisa tapi dengan cepat aku menarik tangannya."Gapapa Mas, itung-itung adik sepupu kita ini belajar menjadi seorang Ibu," kataku lalu menarik tangan Mas Arya menjauh. Dari belakang Fitri mengikuti tertatih, lumayan juga kan olahraga otot, mengendong anak dengan berat badan hampir
Hari Minggu tiba, aku sengaja duduk didepan sambil memainkan ponselku.[Bu, wanita itu sebentar lagi sampai!] pesan orang suruhanku.[Ok.] balasku singkat.Fitri tengah asik nonton televisi diruang tengah. Pasti tak menonton sinetron di ikan melayang, mungkin takut tersinggung, pelakor kok nonton pelakor, ahay.Sedangkan Mas Arya masih dikamar memainkan gawainya."Assalamu'alaikum..." sepertinya wanita bernama Rusmini sudah datang, bersama Ibu dan Bapaknya yang sudah tua. Aku terenyuh, wanita yang memakai gamis dan jilbab panjang ini terlihat polos. Wajahnya cantik, dan bersahaja. sangat beda dengan pelakor yang di dalam sana. Fix dia korban, bukan sengaja jadi pelakor."Wa'alaykumussalam...nyari siapa Bu?"tanyaku sopan."Maaf, apa betul ini rumah Mas Arya Wiguna, Mbak?" tanyanya sopan
MATI KUTU KETIKA ISTRI TKW-KU KEMBALI 13"Mas, kita kemana, nih?" Marni menepuk pundakku yang sedari tadi tak sadar masih memandangi mobil Karina dan Ferari mewah itu makin menjauh."Ke rumah Ibu lah, kemana lagi!" bentakku.Tak lihat apa aku lagi kesal, Karina pergi dengan laki-laki tajir melintir-lintir seperti itu. Harapan untuk tidak jadi bercerai rasanya makin tipis. Bener kata Karina, seharusnya aku selingkuh dengan wanita yang tajir juga, ini malah dapat yang kere nya sama, huff nasib...nasib kenapa otak tak mikir dari dulu-dulu ya.Modal bohai doang, begini kan jadinya. Kalau lagi apes, apesnya sama-sama."Mas, itu angkotnya." Marni dengan tubuh gempalnya berlari-lari kecil memberhentikan sebuah angkot yang lewat."Bang, berhenti! Kita mau numpang ke kampung sebelah!" teriak Marni sambil melambaikan tangannya.Angkot biru itu berhenti didekat kami."Mau numpang aja apa mau nyewa?" tanya sang supir.Ya ampun,
Pov AryaNamaku Arya Wiguna, seorang lelaki tampan dan muda penuh kharisma, begitu kata orang, ya walau orang itu adalah aku sendiri, hehe.Aku bekerja di sebuah perusahaan terbesar kedua di negeri ini sebagai office boy. Bermodal ijazah SMA hanya itu yang dapat aku raih saat ini. Mau bagaimana lagi, kehidupan yang dulu sulit membuat Ibu dan Bapak tak sanggup membayar uang kuliah.Hari pertama bekerja aku bertemu seorang staff muda cantik tapi sedikit cuek. Dita namanya. Setiap pagi aku bertugas membuatkan para staff minuman, termasuk untuk Mbak Dita.Wanita itu irit bersuara, tapi mudah tersenyum. Tak hoby kumpul-kumpul bersama staff lain, lebih elegan dan berwibawa.Walau hanya staff keuangan biasa. Dia satu-satunya perempuan yang mengenakan jilbab, dengan pakaian yang sopan tapi rapi, ah cantik sekali."Assalamu'alaikum, Mba
"Hai, selamat datang, akhirnya sampe juga kelen disini, silahkan silahkan... nikmati pesta ini! ambil kursi kalian paling depan, kursi istimewa tapi hati-hati jantungan!" Pak Binsar menyambut kami hangat. Tapi aku cukup terkejut dengan kalimat terakhir yang dia ucapkan. Maksudnya apa.Aku melangkah ragu menuju kursi terdepan, sambil terus memegang tangan Fitri agar tak ketinggalan. Wanita ini bikin aku agak malu, menatap liar sana sini dengan pandangan takjub seperti orang kampung baru masuk kota, ups maaf orang kampung. Aku juga orang kampung kok, sama kita, hehee"Mas...mas! nanti kita kesana ya Mas, ada hadiah logam mulia, buat para tamu, Waaah asiik banget, benar-benar orang kaya, souvernir nya aja ga tanggung-tanggung, logam mulia. Aduuh...ga sabar ngikutin acara ini sampai selesai," kata Fitri dengan suara yang mengundang perhatian banyak orang. Malu-maluin!"Aduuh, Mas aku
Waktu yang dinanti datang juga, acara besar-besaran yang diadakan Perusahaan Glow Gold untuk memperkenalkan CEO nya kepada seluruh masyarakat. Dan aku juga Mas arya diundang dengan undangan VIP, keren kan?Aku harus tampil sempurna, kemarin aku sudah memaksa Mas Arya ke salah tau Mall untuk shopping baju yang akan aku pakai.Dress panjang berwarna merah menjadi pilihan malam ini. Rambut sebahu kubiarkan tergerai, bedak, lipstik, maskara, eyeliner sudah terpoles sempurna."Fiiit, cepetan lelet amat!" teriak Mas Arya membuatku harus mengakhiri sesi dandan yang sakral ini. Bagaimana tidak, wajah yang kupoles ini akan dilihat oleh orang-orang penting dan kaya tentunya. Kali aja ada yang lebih kaya dari Mas Arya, kan lumayan punya dua tambang.Dengan tergesa-gesa aku berlari ke arah Mas Arya yang sudah duduk di mobil yang telah menyala.Berkal
"Puas kali kau kutengok Dit! benar-benar sudah pupus cinta kau sama si benalu itu rupanya," ledek Om Binsar sambil tertawa-tawa kecil.Setelah acara semalam pikiranku terasa plong, Mas Arya sama sekali tak menampakkan kesedihan atas kepergian ku dengan Anak-anaknya. Bahkan wajahnya terlihat berseri bersama istri keduanya. Jadi aku tak punya alasan lagi sekedar mengingat dirinya.Semoga anak-anak pun bisa menerima kenyataan ini."Ga puas Om, cuma senang aja, aku bisa meninggalkan mas Arya tanpa melihat lagi kebelakang."kataku."Ah tak yakinnya aku! Kau pasti masih menyimpan cinta buat dia, kan? kan? kan?" ledeknya lagi."Janganlah kau pojok kan terus ponakan kau itu, Bin! Sudah kau seleksinya itu calon buat Dita?"kata Papa menyanggah."Ah, Pa! plis deh ah!" aku yang tengah menyuap sarapan jenggah juga dengan obrolan ak
Keberadaan Mas Arya dan Fitri dalam kantor ini benar-benar membuatku jengah. Mereka bak pasangan yang dilanda asmara, kemana-mana selalu berdua. Oke, kalau kalian bisa berbuat semau kalian, akupun bisa.Nanti setelah urusanku selesai, kalian baru aku urus."Om, aku mau ketempat Haris dulu, ada berkas yang harus di tanda tangani, setelah itu aku langsung ketemuan dengan Reza, nitip kantor ya, Om!" ujarku sambil membereskan mejaku yang penuh kertas laporan."Halaaah, Sebelum kau datang, ya akulah yang ngurus kantor kau ini, tenang sajalah. Rebes urusan kalau sama Om kau ini," aku terkekeh, iyalah pulak, akupun baru sehari kerja nya lagi hahaha.******Jalanan yang tak begitu ramai membuatku lebih cepat sampai di kantor pengacara itu. Apalagi dengan gaya menyetirku hampir nyaingin Michael Schumacher, yang merupakan