Share

Kejutan Untuk Suami Sok Alim Ternyata Tukang Kawin
Kejutan Untuk Suami Sok Alim Ternyata Tukang Kawin
Author: Mutiara Sukma

Chapter 1

Ting!

Sebuah pesan masuk ke dalam gawaiku, tak ada firasat apapun saat itu. Dengan santai pesan itu kubuka.

 

Sebuah foto yang dikirim oleh nomor tak dikenal.

Mataku membulat sempurna, tak percaya dengan apa yang kulihat, hingga berkali-kali aku memperhatikan bahkan sampai men-zoom foto itu sedetail mungkin, takut jika mata ini salah menyimpulkan.

[Maafkan saya, Bu!] tulis si pengirim foto.

Aku tak menghiraukan pesannya,  butir demi butir air mengalir dari sudut mata, mengaburkan penglihatan. Menandakan bahwa foto itu membuat luka didalam sana.

Sebuah foto resepsi pernikahan yang berlatarkan salah satu pemandangan di Puncak, tertampang nyata, sangat indah begitu pula dengan senyum dari kedua mempelai yang terlihat sempurna dan bahagia.

Mas Arya, pengantin laki-laki yang kini sedang bersanding dengan seorang wanita muda dan cantik itu adalah suamiku. Suami yang sudah sepuluh tahun ini kuhaturkan bakti kepadanya.

"Ma, Mama kenapa menangis?" cepatku susut air mataku dengan ujung jari, dan mematikan ponselku agar gambar yang begitu mengiris hati itu tak sampai terlihat oleh Alisa, putriku.

"Ga, sayang. Mata Mama kelilipan," ungkapku asal.

Kuraih tubuh mungil Alisa dalam pelukan, gadis lima tahun ini begitu sangat berarti bagiku.

"Kak Alif mana sayang?" tanyaku mengalihkan pembicaraan.

"Ada, Ma lagi di kamar, muraja'ah," 

Aku tersenyum getir.

'Mas, kita sudah punya putra dan putri yang begitu membanggakan, aku juga meninggalkan karierku demi berbakti kepadamu, kenapa masih saja curang dibelakang ku?' bisikku dalam hati.

"Ma, Ayah kapan pulang?" Alisa bersandar didadaku, tanganku terulur membelai rambut panjang nan hitam milik Alisa.

"Baru juga dua hari, Ayah pergi Nak, udah rindu aja," ujarku menggoda sambil menekan emosi dihati.

Dua hari yang lalu, Mas Arya pamit akan ke Kalimantan mau mengurus bisnisnya. Aku yang tak begitu mengikuti perkembangan perusahaan, percaya saja padanya. Tak mungkin rasanya, Mas Arya mengkhianatiku dia lelaki yang baik, sholeh, penyayang dan selalu romantis.

Namun, apa yang terjadi benar-benar diluar bayangan. Mas Arya tega bermain dibelakangku.

Jam sudah menunjukkan angka sebelas siang, pesta mereka sedang meriah-meriahnya, begitu yang terlihat dari video yang dikirimkan oleh nomor asing itu. Aku hanya melihat tanpa merespon. Entah apa maksud si pengirim, mengirimkan foto dan video itu padaku, aku harus hati-hati. Yang jelas aku cukup menerima tanpa perlu mempertanyakan.

"Halo Assalamu'alaykum, Pak mulai besok tolong kirimkan semua laporan keuangan dan laporan perkembangan perusahaan kepada saya!" perintahku kepada Pak Idrus, orang kepercayaanku juga Papa, tanpa sepengetahuan Mas Arya tentunya.

"Baik, Bu." jawabnya cepat.

"Tetap rahasiakan semua dari Pak Arya!"

Panggilan kuakhiri, kuamati foto pernikahan kami, pasangan yang begitu bersahaja. Mas Arya hanya tau bahwa aku seorang karyawan di perusahaan itu. Tanpa tahu bahwa perusahaan itu milik Papa, dan sudah Papa serahkan kepadaku.

Dia yang dulu hanya seorang office boy telah kuangkat derjatnya, hingga menjadi sekarang ini. Sopan santun, juga lemah lembutnya serta tak pernah meninggalkan sholat  membuatku begitu kagum. Dengan bujuk rayu, aku meminta Papa menaikan jabatan nya, dan melamarnya menjadi suamiku.

Drrrt drrttt drrttt...

Panggilan telepon dari Mas Arya membuyarkan lamunan.

"Assalamu'alaikum, Dek? lagi apa?"

"Wa'alaykumussalam...biasa Mas, lagi main bersama Alisa." 

Hati ini bergemuruh, ingin rasanya memaki laki-laki tak tahu diri itu. Tapi permainan baru saja dimulai. Aku ingin menikmati peranku menjadi wanita teraniaya dan mungkin akan pura-pura mengemis cinta. Sebelum aku membuang lelaki itu ke asalnya.

"Sayang, Mas rindu sekali..."ujarnya.

Jika dulu hatiku selalu berbunga mendengar rayuannya, kini aku merasa jijik.

"Mas, kapan pulang. Alisa juga rindu sama kamu," kataku datar.

"Pekerjaan lagi banyak-banyak nya sayang, sabar ya... dua atau tiga hari lagi Mas pulang."

Aku berdecih. Banyak? Saat ini dia bahkan tak mempedulikan nasib Perusahaan. Sibuk memadu kasih dengan wanita jalang itu.

"Baiklah...jaga kesehatan ya Mas, aku tutup dulu. Alisa minta disuapi makan,"

Akupun mengucapkan salam dan menutup telepon itu terlebih dahulu.

Ternyata pura-pura baik-baik saja itu susah juga. Air mataku mengalir kembali.

'Stop Dita! Pengkhianat seperti dia tak pantas ditangisi!"

'Mas Arya, tunggu saja tanggal mainnya.' bisikku.

Hari ini Mas Arya pulang.

"Dek, hari ini Fitri, sepupu Mas mau numpang tinggal dirumah kita beberapa hari, bisa tolong siapkan kamar tamu buat dia, sayang?" Kata Mas Arya di telepon.

Fitri? Sepupu? sepuluh tahun aku menikah tapi belum tahu jika Mas Arya punya sepupu bernama Fitri. Baiklah, lanjutkan aja dulu.

"Memang 

rumahnya dimana Mas? kok aku baru dengar kamu punya sepupu bernama Fitri?" tanyaku sok penasaran.

"Rumahnya di Bogor, dia lagi mampir rencananya mau nyari kerja," ujarnya.

"Oh, baiklah." jawabku singkat.

Mas Arya sampai dirumah, aku menyambutnya biasa. Anak-anak begitu bahagia ayahnya pulang.

Sekitar sepuluh menit pintu terdengar diketuk.

Seorang gadis muda, dengan pakaian modis berdiri sambil memamerkan senyum di bibirnya. Tunggu, bukankah wanita ini yang ada di foto pernikahan Mas Arya waktu itu. 

'hmmm...aku tahu sekarang. Permainanmu itu basi Mas!'

"Mencari siapa ya?" tanyaku.

"Mbak Dita ya? saya Fitri, sepupu Mas Arya yang dari Bogor." katanya sambil mengulurkan tangan.

"Oh Fitri, Mas Arya udah cerita tentang kamu. Mari masuk," Ajakku ramah. Walau sebenarnya ingin sekali meremukkan tulang wanita kurus didepanku ini dengan tanganku sendiri.

"Sayang, sepupumu sudah datang, nih." Aku mengeraskan suaraku agar terdengar oleh Mas Arya yang sedang berada di ruang tengah bersama Alif dan Alisa.

Mas Arya datang, aku memegang tangannya dan bergelayut manja. Perempuan itu membuang pandangannya ke lantai.

"Sayang, sepupu mu cantik sekali ternyata. pujiku tulus.

"Eh iya, Aku sudah menyiapkan makanan

spesial buat kalian lho, kebetulan Fit, Mas Arya baru saja pulang dari Kalimantan. Jadi Mbak masak gulai kambing kesukaannya, biasa prepare agar hot nanti di ranjang," aku sengaja mengecilkan suaraku pada kalimat terakhir, serta mengerlingkan mata pada Fitri, rasain!

Wanita itu cengengesan, salah tingkah dan mulai tak nyaman.

Mas Arya hanya diam, sesekali dia mencuri pandang ke arah Fitri yang makan dalam diam, jelas sekali dia kehilangan nafsu makan. 

"Makan yang banyak sayang, aku masaknya khusus lho..." Aku terus menambah gulai kambing itu ke piring Mas Arya dan beberapa kali aku menyuapkan makanan itu ke mulut nya. Romantis!

"Fit, hayo dimakan...Jangan sungkan-sungkan." kataku mengangetkan pelakor itu yang tengah mengaduk-aduk nasi dipiringnya. Aku tersenyum jahat, setelah ini rasakan apa yang akan kau nikmati malam ini, pelakor.

Alif dan Alisa sudah tidur, Mas Arya masih terlihat nyalang matanya menatap televisi. 

"Mas tidur yuk?" ajakku. Jam sudah menunjukkan angka sepuluh malam. Aku mulai mengantuk, tapi terpaksa kutahan. 

"Sebentar lagi sayang, filmnya lagi seru." jawabnya tanpa mengalihkan pandangannya.

Aku mencebikan bibir, seru apa nya, dari tadi layar televisi itu hanya menayangkan acara-acara yang sama sekali tak menarik.

"Aku tidur duluan ya sayang, kamu mau teh hangat tidak? biar aku bikinkan." tawarku.

Mata itu berbinar, sudah kutebak, pasti dia akan ronda dikamar sepupu halu alias bini mudanya itu malam ini setelah aku tertidur.

"Boleh... boleh sayang.."katanya bersemangat

Aku pun bergegas ke dapur. Tak lama sebuah teh hangat sudah terhidang dimeja.

"Diminum sayang, mumpung masih anget,"

Mas Arya langsung meneguk teh itu sampai habis. Keliatan sekali jika dia ingin aku segera pergi. 

Akupun meninggalkan laki-laki itu diluar, dan tidur dengan nyenyak.

Pagi-pagi, Mas Arya masih pulas di sofa. Aku tak berniat membangunkan nya. Lebih baik langsung masak sarapan saja untuk anak-anak yang mau berangkat sekolah.

"Lho Fit, udah bangun? gimana tidur nya semalam, pulas?" tanyaku pura-pura perhatian. Belum tau aja rasanya minum obat pencahar dosis tinggi itu gimana, semaput deh bolak balik kamar mandi.

"Hmm..anu Mbak, pulas."

Wanita itu terlihat gugup, wajah kuyu nya mengatakan kejujuran, bahwa semalam dia begitu rajin main ke kamar mandi,hahaha, salah kamu masuk kadang harimau, Fit.

"Syukurlah...Pagi ini Mbak bikin sarapan nasi goreng. Di jamin pasti enak," kataku jumawa.

"Hmm...i-iya Mbak," Wajahnya memucat, mungkin ada rasa takut nasi gorengku ada racun tikus nya, hehehe

"Itu Mas Arya kenapa tidur diluar Mbak?" tanya nya ragu-ragu.

Mungkin perempuan ini berharap Mas Arya akan menghabiskan malam dengannya, oh tak bisa! Kau boleh pelakor nya tapi tetap aku sutradara nya.

"Biasa dia mah Fit, kalau udah nonton suka lupa waktu," kataku santai. 

Mata Fitri curi-curi pandang ke arah Mas Arya yang masih pulas dan mendengkur keras. Nikmat kan tidur dibantu dengan obat tidur, lebih menghayati mimpi, hihi.

Ini belum seberapa, akan banyak kejutan yang telah kusiapkan untuk suamiku yang tampan dan istri mudanya.

Bersambung. 

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status