Setelah menyuguhkan secangkir kopi ke ruangan Lucas, Sienna berjalan menuju ke ruangan Manajer Pengembangan Produk yang ada di lantai enam. Ia merasa sangat beruntung karena bisa mendapatkan kesempatan untuk mencari tahu lebih lanjut terkait sosok Allen yang dilihatnya sebelumnya. Sesampainya di dalam ruangan divisi tersebut, Sienna disambut dengan tatapan sinis dan dingin dari para karyawan divisi terkait. Sienna tahu kalau mereka bersikap seperti itu karena berita yang beredar tadi pagi.Awalnya, Sienna berniat mengabaikan hal tersebut. Akan tetapi, langkahnya terhenti ketika mendengar salah seorang wanita yang dikenal Sienna bernama Penelope Burnett berkata, “Dia masih punya muka masuk ke kantor?” Sindiran pedas itu tentu saja ditujukan untuk Sienna. Namun, Sienna tidak ingin memperkeruh situasi dengannya. Ia tahu jika Penelope sangat membencinya. Dulunya Penelope adalah mantan sekretaris Lucas sebelum Sienna. Akan tetapi, baru bekerja satu minggu, Penelope dipindahkan ke divisi
“Apa kalian sudah puas mengata-ngataiku?” tanya Sienna dengan ekspresi yang terlihat santai.Ia tidak ingin memperlihatkan amarahnya secara terang-terangan karena semua itu hanya memuaskan keinginan Penelope saja. Sienna sadar bahwa Penelope hanya ingin menjadikan kemarahannya sebagai sorotan bagi semua orang.Kening Penelope mengernyit ketika ia melihat Sienna mengeluarkan gawainya dari saku blazernya. Tiba-tiba saja Sienna mengarahkan belakang ponsel tersebut ke arah mereka.“Apa yang kamu lakukan, Sienna Sherwood?” hardik Penelope.Sienna tersenyum sinis. “Saya hanya ingin mengabadikannya. Biar saya bisa tahu seperti apa sih buruknya saya di mata kalian. Jadi saya bisa menginterospeksi diri,” jawabnya dengan santai.Kamera di gawai Sienna telah menyala. “Lanjutkan saja,” ucapnya kemudian.Wajah Penelope berubah nanar. Beberapa orang telah menundukkan wajah mereka, berusaha menutupinya agar tidak terekam oleh Sienna.Penelope sangat geram melihat tindakan Sienna. Ia pun bergegas men
“Apa Anda Manajer Grant?” tanya Sienna dengan perhatian penuh terhadap pria yang berdiri di hadapannya tersebut.Wajah pria itu terlihat manis dan menyenangkan, tetapi di satu sisi juga memiliki aura yang cukup menekan orang di sekitarnya.“Bukan, saya asistennya, Ivan Gusev,” jawab pria itu.Sienna tampak gugup. “Maaf, tadi saya pikir ….”Pria itu mengulum senyumnya dan menyodorkan tangannya kepada Sienna. Keduanya pun berkenalan satu sama lain. Diam-diam Penelope mengambil potret keduanya, lalu ia tersenyum licik.“Apa Manajer Grant ada di dalam ruangan?” tanya Sienna kepada pria berwajah lugu tersebut.“Tidak. Beliau sedang keluar sebentar,” sahut Ivan.Melihat kekecewaan Sienna, Ivan pun bertanya, “Apa ada hal yang bisa saya bantu?”Sienna tampak ragu. Ia berniat menitipkan dokumen yang dibawanya kepada Ivan, tetapi ia berpikir jika ia perlu bertemu dengan Manajer Grant agar kelak ia bisa mengenalinya saat mereka berpaspasan nanti.“Saya ingin menyerahkan dokumen dari Direktur Mor
“I-ini tidak mungkin ….”Sienna bergumam syok. Sepasang matanya masih tertuju pada bingkai foto di atas meja tersebut. Terlihat wajah Allen dalam balutan setelan tuxedo rapi dan tersenyum lebar. Pria itu terlihat tampan dibandingkan yang terlintas dalam ingatan Sienna selama ini.Sungguh, Sienna merasa sangat bingung dan tidak tahu harus bagaimana mengungkapkan perasaannya. Namun, ia bisa memastikan bahwa dadanya terasa sangat perih.Rasa sakit yang pernah dirasakannya dulu tidak sebanding dengan yang dirasakannya sekarang. Kini, rasa sakit itu dua kali lipat lebih perih dibandingkan dua tahun lalu.‘Jadi … dia meninggalkanku karena memutuskan untuk menikah dengan wanita lain?’ Sienna membatin.Terlihat seulas senyuman miris melengkung di bibirnya. Saat ini amarah yang bercampur dengan rasa kagetnya terlukis dengan jelas di wajahnya. Tidak ada kata perpisahan apa pun dari Allen sebelumnya. Sekarang pria itu tiba-tiba muncul dengan status yang berbeda!Sienna menyadari jika ia bukan h
“Manajer Grant, Anda kenapa?” tanya Ivan yang masih memandang atasannya dengan penuh selidik.Helaan napas kasar bergulir dari bibir Allen. Pria itu pun melangkah masuk ke dalam ruangannya dengan diikuti oleh Ivan.Penelope yang sejak tadi memantau keanehan yang terjadi di depan matanya itu pun menyeringai tipis. “Sepertinya ada cerita yang menarik,” gumamnya.Sementara itu, Allen telah masuk ke dalam ruang kerjanya. Ia melepaskan jasnya dan menyampirkannya pada sofa ruangannya. Tatapannya kembali tertuju pada asistennya.“Apa gadis tadi bekerja di sini?” tanya Allen, menginterogasi asistennya tersebut.Ia perlu mencari tahu alasan keberadaan gadis itu di Luminous. Apalagi tadi ia mendengar Ivan mengatakan kalau gadis itu sudah menunggunya, tetapi malah tiba-tiba pergi begitu saja.“Benar, Manajer Grant. Tadi Nona Sherwood mengantarkan dokumen yang disetujui oleh Direktur Morgan,” sahut Ivan.Kening Allen mengernyit. Ia menatap asistennya itu dengan tajam. “Maksudmu Lucas Morgan?”Iva
Allen masih memandang fotonya bersama Sienna. Seulas senyuman tipis membingkai bibirnya. “Sienna, aku senang kamu hidup dengan sangat baik,” gumamnya yang bermonolog sendiri. Hubungan empat tahun yang telah dijalaninya bersama Sienna tidak dapat dilupakan begitu saja. Walaupun penampilan mereka telah berubah, tetapi Allen bisa pastikan jika perasaannya terhadap gadis itu masih tersimpan rapat di dalam hatinya. Sayangnya, hubungan mereka harus kandas. Kalau saja bukan karena terjebak dalam ancaman kakeknya, Allen juga tidak akan pernah meninggalkan gadis cinta pertamanya itu. Allen sempat mengira tidak akan pernah bertemu dengan gadis itu lagi. Ia tidak menyangka kalau di hari pertamanya bekerja di Luminous, ia malah dipertemukan dengan mantan kekasihnya itu. "Apakah ini termasuk keberuntungan atau malah petaka?" gumam Allen. Ia khawatir tidak dapat menyembunyikan perasaan yang sudah lama berusaha dilupakannya. Kedua alis Allen perlahan bertaut. Netranya ikut memicing tajam. I
“Apa kamu habis menangis?”Pertanyaan yang dilontarkan Lucas membuat Sienna terdiam selama beberapa saat. Sebelum ia sempat menjawab, Lucas telah mendekatinya dan menyentuh keningnya.“Kamu masih merasa tidak enak badan?” tanya Lucas lagi.Sienna terkesiap. Jarak mereka yang begitu dekat membuatnya menahan napas karena gugup.Ia tidak tahu sejak kapan Lucas menjadi terbiasa bersentuhan seperti ini dengannya, tetapi satu hal yang pasti, jantungnya telah berdebar dengan sangat cepat!‘Kenapa aku jadi mau menangis lagi?’ gumam Sienna di dalam hati.Kehangatan yang diberikan oleh Lucas membuat hatinya yang rapuh seolah mendapatkan sebuah oasis yang menenangkan. Sepasang pelupuk matanya terasa panas. Namun, Sienna mengalihkan pandangannya dengan cepat.Kedua alis Lucas pun bertaut. “Apa yang terjadi, Sienna? Apa kamu memang masih tidak enak badan?”Suara Lucas terdengar penuh kekhawatiran. Pria itu mengira tubuh Sienna belum pulih sepenuhnya. Namun, suhu tubuh gadis itu terasa normal.Perl
Lucas memijit pelipisnya sejenak. Netranya masih memperhatikan rekaman CCTV pada layar laptopnya. Emosinya pun meledak hebat ketika mendengar Penelope mengatai Sienna sebagai wanita yang telah menjajakan tubuhnya untuk menjadi kekasihnya.Lucas cukup kagum ketika melihat Sienna menangani hal tersebut. Namun, ia masih belum puas dengan cara yang dilakukan sekretarisnya tersebut.Lucas tidak bisa diam saja membiarkan Penelope berbuat sesuka hatinya dan menyebarkan rumor buruk tentangnya dengan Sienna. Ia pun meraih gawainya, lalu mencari nomor kontak kantor firma hukum yang biasa bekerja sama dengan perusahaannya.Tidak berapa lama kemudian, panggilan Lucas terhubung dengan salah satu pengacara dan penasihat hukumnya.“Saya ingin menggugat seseorang," ucap Lucas kepada orang tersebut.***Sienna mengetuk pelan pintu ruangan Lucas. Namun, ia tidak mendengar suara apa pun dari dalam ruangan tersebut.‘Sepertinya dia masih tidur,’ gumam Sienna di dalam hati.Gadis itu baru saja selesai mem