Eowyn yakin tatapan bengis Nathan akan terus menghantuinya sepanjang hari. Ia praktis terseok-seok mengikuti langkah Edward saat pria itu menariknya menuju tempat parkir pribadinya.
Edward menekan tombol naik pada lift. ketika pintu lift terbuka ia langsung mendorong Eowyn masuk lalu mengeluarkan kartu akses miliknya kemudian menempelkan kartu itu pada platform magnet yang berbentuk persegi panjang. Lift mulai bergerak naik membawa mereka menuju penthouse pria itu.
Di dalam lift Edward menjelaskan jika penthousenya memiliki sistem pengamanan yang sangat baik. Tidak ada orang asing yang bisa mencapai pintu depannya tanpa kartu akses miliknya.
Edward melirik wanita yang saat ini berada di lift bersamanya ketika menyadari dirinya tidak mendapat tanggapan sama sekali dari lawan bicaranya.
Kini ia mengamati wanita itu dengan lebih seksama.Eowyn terlihat berdiri kikuk di sampingnya. Bahu wanita itu terkulai dan hanya bisa menundukkan kepal
Dengan sigap Eowyn memindahkan setiap piring yang berisi makanan ke atas meja. Sekarang meja mereka dipenuhi berbagai jenis makanan enak. Bahkan ada sebagian yang masih dibiarkan di meja troli. "Apa ada tamu lain yang akan ikut sarapan bersama kita, Edward?" Tanya Eowyn sambil memandang ngeri semua makanan yang telah berhasil dipesan Edward. "Hanya ada kita berdua, Eowyn. Memangnya ada yang salah dengan makanan itu. Kenapa kau memandangi mereka seakan mereka itu merupakan makhluk menyeramkan yang siap menerkammu," ejek Edward sambil menarik kursi untuk dirinya sendiri dan tanpa menunggu Eowyn pria itu langsung mengambil piring dan mengisi penuh piringnya dengan nasi goreng vietnam dan ayam goreng kalasan. Wajar saja, Edward terlihat hampir jatuh tersungkur di bawah kakinya karena terlalu lemah akibat telat sarapan. Suatu kalimat ejekan yang tentu saja hanya bisa ia ucapkan didalam hatinya. "Lalu kenapa kau memesan makanan untuk
Entah apa yang merasukinya, Eowyn memilih mempercayai ucapan Nathan karena ia yakin seburuk apapun manusia, pasti ada saatnya kata-katanya bisa dipegang. Ia menyempatkan diri berganti pakaian yang lebih layak dan mengintip penampilannya di cermin. Sekarang ia sudah merasa lebih siap untuk turun ke bawah menemui Nathan. Ia lalu bergegas menutup pintu dan berjalan menuju lift. Di dalam lift Eowyn baru teringat jika ia lupa membawa ponselnya. Dalam hati ia memaki dirinya sendiri. Sekarang ia merasa bimbang antara berbalik ke apartemen untuk mengambil ponselnya atau membiarkannya saja. Akhirnya ia memutuskan membiarkannya saja. Hari minggu seperti ini jarang ada orang yang meneleponnya untuk urusan penting. Lagipula ia hanya sebentar saja menemui Nathan, pikir Eowyn dalam hati. Suara detingan lift menandakan Eowyn sudah sampai di tempat parkir. Tanpa sadar ia menarik nafas panjang untuk melepaskan ketegangannya sebelu
Jantung Edward berdebar kencang. Ia melirik map berisi data tentang riwayat Nathan. Pantas saja ia merasa seperti pernah melihat Nathan. Awalnya ia berpikir mungkin ia pernah melihat Nathan saat pria itu datang ke kantor menjemput Eowyn. Ia teringat Eowyn, perasaannya seketika tidak enak. Lebih baik ia secepatnya memberitahu wanita itu perihal Nathan agar wanita itu bisa lebih berhati-hati. Edward lalu mengambil ponselnya dan menghubungi Eowyn. Terdengar nada masuk tapi wanita itu tidak angkat. Mungkin sedang berada di kamar mandi, pikir Edward. Dan memutuskan akan menghubungi Eowyn beberapa saat lagi. "Kita harus terus memantaunya tanpa perlu terlihat mencolok. Dia tidak tahu jika kau penasehat keuanganku. Akrabkan diri dengannya, Ken. Buat dia menunjukkan sifat aslinya." "Hm, tugas yang jelas tidak mudah. Kecuali aku mendapatkan bayaran setimpal," Kenzo menguap dengan gaya berlebihan. Edward tahu Kenzo hanya mencand
Edward dengan berat hati harus sekali lagi memasuki apartemen wanita itu tanpa izin. Dalam hati Edward bersyukur karena tadi pagi ia belum sempat memberikan kunci candangan itu kepada Eowyn gara-gara masalah Nathan. Edward memanggil nama Eowyn beberapa kali sambil menelusuri setiap ruangan untuk mencari keberadaan wanita itu. Edward kemudian menyadari tidak ada tanda-tanda keberadaan Eowyn sama sekali di apartemen ini. Ia lalu kembali menelepon Eowyn dan berharap kali ini wanita itu akan mengangkatnya. Ayo, Eowyn ... angkat. Aku mohon .... Edward sudah sempat melewati pintu kamar Eowyn tapi kemudian berbalik lagi ketika telinganya samar-samar menangkap nada panggilan telepon yang sepertinya milik Eowyn dari arah kamar wanita itu. Bulu kuduk Edward seketika meremang. Dengan hati berdebar-debar ia membuka pintu kamar Eowyn sambil terus menempelkan ponselnya ke telinga. Benda yang sedang dicarinya ternyata tergeletak di nakas.&
Edward mengusap wajahnya dengan frustasi. Ia membenci suaranya yang terdengar ketakutan. Seumur hidup ia belum pernah merasa begitu tak berguna. Entah kenapa ia seakan bisa merasakan kondisi Eowyn yang buruk saat ini.Dengan enggan ia mengakui jika yang dikatakan Kenzo memang benar. Itu berarti mereka harus menunggu sampai besok dan jika memang masih belum ada kabar dari Eowyn, mereka akan langsung bergerak.Hati Edward agak sedikit tenang mengingat Kenzo memiliki banyak koneksi di kepolisian. Ia yakin Eowyn akan secepatnya ditemukan.Edward masih terlibat pembicara dengan kenzo selama beberapa waktu sebelum akhirnya menutup ponselnya.Ia yakin malam ini akan menjadi malam terpanjang dalam hidupnya. Ia berusaha membuang pikiran-pikiran buruk tentang keselamatan Eowyn. Dan berdoa dalam hati semoga saja ia masih waras sampai besok pagi.Edward pergi ke dapur dan mengaduk-aduk laci berharap bisa menemukan satu sachet kopi instan nyas
Bulu kuduk Eowyn meremang. Ia tak sempat memikirkan konsekuensi yang bakalan terjadi akibat perlakuan Nathan padanya semalam. Ia terlalu sibuk mengatasi rasa takutnya hingga tak memikirkan hal itu. Eowyn menangis dalam diam. Ia memejamkan matanya, berusaha mengatasi rasa takutnya ketika Nathan mendekatinya dan memeluknya dari belakang. Nathan berbicara pelan di telinganya. "kenapa kau menangis, Eowyn? Apa itu menandakan kau tak senang dengan semua yang aku katakan tadi? Itu berarti jika kau hamil, kau akan mengugurkannya?" Tanpa sadar Eowyn mengepalkan tangannya ketika hembusan nafas Nathan menyapu tengkuknya. Membuat Eowyn ingin menjauh tapi ia tak berani melakukannya. Jadi ia memilih diam mematung. "Aku yakin kau tak akan melakukan hal sekejam itu. Kau wanita tipe penyayang, Eowyn." "Kau akan menjadi ibu yang hebat," Nathan menyapu ringan bibirnya ke bahu Eowyn. Eowyn sudah tidak tahan dan ingin berteriak sekeras-kerasny
Mulut Eowyn seperti terkunci. Ia tidak tahu harus mengatakan apa ketika mendengar penuturan Nathan. Sudah bisa ia bayangkan bagaimana kehidupannya ke depan nanti. Ia berharap tidak terjadi kehamilan pada dirinya. Mereka akhirnya menyelesaikan acara sarapan mereka dalam diam. Eowyn tidak sedikitpun mengangkat wajahnya. Ia tidak ingin Nathan melihat kesedihannya. Jika Nathan tahu pun, Eowyn yakin pria itu juga tak akan peduli. "Aku sudah menelepon pemilik perahu motor. Dia akan sampai siang ini. Aku ingin tahu apa yang akan kau katakan pada atasanmu saat dia bertanya tentang masalah ini," Nathan sengaja memancing Eowyn. Dia ingin melihat reaksinya. "Apakah kau akan memberitahunya jika kita sudah tidur bersama? Lihat ke arahku saat aku sedang berbicara padamu, Eowyn," Nathan mulai terlihat kesal karena menganggap Eowyn sengaja mengabaikannya. "Tidak, tentu saja aku tidak akan mengatakan hal itu, Nath. Jika dia bertanya, aku hanya akan mengatakan pa
"Aku tak akan pernah mempersulit hidup siapapun, terutama dirimu, Nath. Aku hanya mohon izinkan aku memiliki sedikit privasi untuk diriku sendiri. Aku mohon ...." Eowyn bersedia bersujud jika hal itu bisa membuat Nathan merubah keputusannya. "Aku bukan penjual jadi jangan tawar-menawar denganku. Aku juga tidak menanyakan pendapatmu jadi simpan saja tenagamu untuk hal yang lebih berguna," Nathan berkata dengan nada pelan sambil tersenyum ke arah Eowyn. "Aku berhak atas hidupmu sekarang, Eowyn. Karena mungkin saja benih yang kutitipkan padamu mulai membentuk kehidupannya sekarang." "Tapi, Nath ..." kata-kata Eowyn terputus saat Edward tiba-tiba masuk melalui pintu depan. Dia datang bersama Kenzo. Nathan yang tidak siap dengan kedatangan mereka sempat tertegun sejenak. "Aku tak habis pikir kenapa akhir-akhir ini bermunculan orang-orang yang peduli dengan kehidupan pribadiku," cetus Nathan tanpa berusaha menutupi kekesalannya. "Pria br