Share

Bertemu Seseorang

last update Last Updated: 2023-02-01 12:34:01

“Memang rasa sakit harus dihadapi, bukan dihindari. Seperti yang Namira rasakan saat ini.”

Siang ini menjadi makan siang yang tidak terlupakan untuk Namira. Bagaimana tidak, ia makan siang di kamar hotel hanya berdua dengan Dewangga. Dewangga yang terkenal dingin dan cuek itu berbuah menjadi manis dan hangat. Bahkan Dewangga juga perhatian kepada Namira, ia membantu Namira menyeka air mata juga darah yang mengalir di hidung Namira. Namun, Namira perlu was-was. Jika ada orang kantor yang mengetahui hal ini, maka Namira dan Dewangga akan menjadi topik hangat untuk mereka. Namira harus berhati-hati.

“Astaga! Aku ketiduran!” ucap Namira setelah ia bangun dari tidur singkatnya di sofa kamar hotel. Namira benar-benar merasa bersalah karena sudah mengambil waktu untuk tidur siang. Padahal jam makan siang sudah berlalu sejak tadi. Namira bergegas mencari keberadaan Dewangga. “Pak Dewa?” panggil Namira. Namira berjalan menuju ruang kecil yang ada di samping lemari tadi. “Pak, Pak Dewangga,” panggil Namira lagi. Kamar hotel Dewangga sunyi. Hanya terdengar detikan jam saja.

“Pak Dewa? Apa bapak sudah selesai berganti pakaian?” Namira memberikan pertanyaan lagi. Jawaban belum juga Namira dengar. Lalu, Namira mencari keberadaan bosnya di tempat lain. Namira mengetuk toilet, tetapi, tidak ada jawaban juga. Namira melihat ke arah tempat tidur, Dewangga juga tidak memberikan tanda-tanda di sana. “Kemana Pak Dewa, ya?” tanya Namira kebingungan. Ia kembali menuju sofa yang tadi menjadi alasnya tidur siang. Di meja kecil yang berdiri di samping sofa itu, ada sebuah surat dan kartu.

“Ada surat!” seru Namira. Ia langsung mengambil surat dan kartu yang tergeletak di sana. “Tadi kamu terlihat sangat nyenyak tidurnya. Jadi, saya tidak tega membangunkan kamu. Lanjutkan saja jika memang kamu sedang lelah dan ingin menikmati tidur siang hari ini. Saya pergi dulu. Kalau kamu sudah bangun dan ingin pergi, tolong bawa kartu ini, ya!” Namira baru saja membaca isi surat dari Dewangga. “Astaga! Bisa-bisanya aku ketiduran di kamar hotel bos!” seru Namira sambil menepuk keningnya.

“Kenapa Pak Dewangga menulis surat ini? Kenapa nggak mengirimkan pesan saja?” Namira heran. “Eh, kenapa aku malah memikirkan hal lain. Harusnya aku segera pergi dari sini!” ucap Namira. Ditemani detikan jam yang menggema di kamar hotel, Namira bersiap untuk pergi. Ia merapikan rambut, pakaian, lalu mengambil tasnya. Setelah ia merasa tidak ada yang tertinggal lagi, ia langsung membawa kartu akses masuk itu. Namira meninggalkan kamar hotel Dewangga.

“Aku harus berhati-hati, aku tidak boleh bertemu dengan seseorang yang aku kenal!” ucapnya sepanjang perjalanan menuju ke lift. Di dalam lift, Namira tiba-tiba saja memiliki pikiran aneh. “Jangan-jangan Pak Dewangga?” ucap Namira tiba-tiba ketakutan. Ia menatap tubuhnya dengan rasa takut. Satu persatu ia periksa kancing bajunya, semua masih tertutup rapat. “Tapi sepertinya saat aku bangun tidur, semua bajuku masih aman. Tidak mungkin Pak Dewangga melakukan hal yang aneh seperti itu!” ujar Namira memaksa pikirannya untuk membuang segala perasaan buruknya.

“Namira, tolong jangan berpikir yang buruk!” seru Namira seraya menepuk keningnya lagi. Bersamaan dengan suara tepukan tangan Namira di kening, lift pun terbuka. Dari alas kaki yang dikenakan, orang yang masuk ke dalam lift itu bisa dipastikan laki-laki. Namira semakin merasa gelisah. Tapi, Namira mengulangi tatapannya terhadap alas kaki yang dikenakan laki-laki itu. “Sepatu itu tidak asing bagiku!” batin Namira. “Kenapa kamu masih di sini?” tanya laki-laki yang berada di dalam lift berdua dengannya. Namira menengok ke arah laki-laki itu.

“Aidan?” Namira terkejut di hadapannya ada sang kekasih, Aidan. “Kamu masih menguntit aku sejak tadi, iya?” tanya Aidan dengan nada kasar. Aidan mendekatkan wajahnya ke wajah Namira. Namira reflek mundur ke belakang dan akhirnya membentur dinding lift. “Kenapa aku harus menguntit laki-laki curang seperti kamu? Setelah apa yang aku lihat tadi, aku sudah tau apa yang akan terjadi. Aku tidak bodoh, Aidan!” sahut Namira berani. Aidan kesal mendengar jawaban dari Namira. Ia merasa kalah dan bersalah. “Memangnya apa yang terjadi? Hah?” Aidan kembali memberikan pertanyaan dengan nada kasarnya. Bola matanya membesar, seolah Aidan sedang memberi ancaman kepada Namira.

Pintu lift terbuka, Aidan langsung menggeret Namira ke luar. Aidan masih ingin melanjutkan perdebatan mereka. “Aidan, sakit! Lepasin!” teriak Namira. Teriakan itu terdengar oleh seseorang yang barusan berjalan melewati Namira dan Aidan. “Sini kamu!” Aidan menggeret Namira dengan kasar. Wajah Namira menahan rasa sakit. “Kamu mau jelasin apa lagi? Bukannya semua sudah jelas, kamu selingkuh? Aku tidak mau melanjutkan hubungan dengan laki-laki yang sudah berkhianat!” seru Namira melepas genggaman tangan Aidan. Aidan terlihat semakin kesal dan marah.

“Siapa yang selingkuh? Aku tidak berkhianat! Jangan-jangan, kamu yang sudah berkhianat, tapi tidak ingin fakta busukmu terbongkar?” ucap Aidan dengan senyum sinis. “Aku? Aku terlalu setia untuk itu!” teriak Namira lagi. Aidan nyaris menampar Namira lagi. Namira sudah memejamkan mata, ia takut dengan rasa sakit yang terulang seperti di kamar hotel Aidan tadi. Tiga detik berlalu, tidak ada pukulan yang mendarat di pipi Namira. “Jangan pernah sakiti Namira!” bentak salah seorang laki-laki yang tiba-tiba datang dan mencegah Aidan menampar Namira.

Namira segera membuka matanya. Ia ingin tahu, siapa yang berani membela dan melindunginya. Ternyata orang itu adalah Dewangga. Dewangga dengan gagah menahan tangan Aidan, lalu, membuangnya dengan kasar. “Siapa Lo? Gue nggak ada urusan sama Lo, ya! Jangan ikut campur!” bentak Aidan kepada Dewangga. “Semua yang menjadi urusan Namira, juga menjadi urusan saya!” ancam Dewangga dengan wajahnya yang dingin dan sinis. Aidan menatap curiga kepada Namira. “Oh, jadi ini alasan kamu masih bertahan di hotel ini sampai sore,” ujar Aidan curiga.

Namira ingin memberi penjelasan kepada Aidan. Tetapi, Dewangga melarang. “Namira, ayo ikut saya! Tadi kamu sudah berjanji akan pergi ke dokter. Untuk memastikan, apakah hidung kamu baik-baik saja,” ucap Dewangga membuat Aidan terkejut. “Laki-laki yang gentle tidak main kasar dengan perempuan. Apalagi mempermainkan perasannya!” ucap Dewangga menyindir Aidan. Dewangga menarik tangan Namira dan membawa Namira pergi dari hadapan Aidan. Wajah Aidan memerah menahan kesal dan marah. Ia merasa dipermalukan di depan orang lain.

“Siapa dia? Berani-beraninya dia memperlakukanku!” ucap Aidan seraya mengepalkan kedua tangannya. Dewangga dan Namira berjalan cukup cepat. Langkah kaki Dewangga lebih lebar dari Namira, sehingga membuat Namira cukup keteteran. “Pak Dewa, terima kasih sudah membantu saya. Tetapi, seharusnya bapak tidak perlu ikut campur dengan masalah saya,” jelas Namira sembari mengejar langkah Dewangga. “Jika saya tidak datang dan melarang, apakah laki-laki itu hanya berhenti pada satu tamparan?” tanya Dewangga. Namira terdiam, ia tidak bisa memberi jawaban apa-apa. Namira rasa, Dewangga hari itu dikirim menjadi penyelamat dan pelindungnya hari itu.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Kekasih Diam-Diam Sang CEO   Memulai Kembali

    Para pegawai Dewangga kini kembali menjalani rutinitas seperti biasanya. Meski telah dihadang oleh berbagai pekerjaan yang menumpuk di meja kerja masing-masing, suasana hati mereka tetap masih terbawa ceria. Hasil dari staycation tiba-tiba yang diadakan oleh Dewanti. Meski sedikit lancang karena tak minta persetujuan dari Dewangga, Dewanti ternyata berhasil membahagiakan pekerja di kantor Dewangga. Hati Dewanti semakin besar. Ia merasa dirinya akan memenangkan hati semua orang. “Seru banget ya, kemarin! Andai aja tiap bulan ada staycation, kita pasti bakal betah kerja di sini. Walaupun lembur, banyak kerjaan, sering kena marah, tapi kalau ada acara kayak kemarin sih gue betah,” celetuk Ailin dengan geng gosipnya itu. Nimas datang mendengar ocehan Ailin yang cukup kencang hingga bisa didengar meski belum sampai ke meja kerjanya.“Pagi, Nimas!” sapa Ailin iseng mendekati Nimas. Wajah Ailin tidak mencerminkan keceriaan sama sekali. Wajahnya lecek seperti pakaian yang masih kusut karena b

  • Kekasih Diam-Diam Sang CEO   Kembalinya Pujaan Hati

    “Semua itu karena kesalahan Papa Dewangga. Beliau yang membuat perusahaan Dewangga hancur.” Anggara menceritakan bagaimana perjalanan kehidupan Dewangga sebelum hadirnya Namira. Dewangga sudah berjuang sejak lama. Namun, keringatnya tak ada yang melihat. Semua menilai bahwa Dewangga hanya mampu seperti sekarang. “Apa yang membuat hutang?” Namira bertanya terus dengan detail. Ia ingin tahu lebih dalam lagi tentang seseorang yang saat itu masih bertengger di hatinya. “Hutang,” jawab Anggara lalu menoleh ke arah Namira seolah memberi garis bawah. “Jadi...” “Iya, pertengkaran Dewangga dan Papanya bermula dari hutang perusahaan. Dewangga sudah susah payah membangun perusahaan itu, tetapi, Papanya justru menghancurkan sekejap dengan hutang yang menumpuk,” jelas Anggara lagi. “Kepergian dan Dewangga bukan tanpa alasan. Tapi, karena dengan hal itu Dewangga bisa damai dengan keadaan.”Selama ini diamnya Dewangga menyimpan banyak sekali luka. Dingin sikapnya melampiaskan segala kecewa yang seja

  • Kekasih Diam-Diam Sang CEO   Seluk Beluk Yang Masih Rahasia

    Akhir pekan ajaib bagi para pegawai kantor Dewangga. Untuk pertama kalinya, mereka bisa merasakan liburan bersama tanpa harus pusing dengan biaya atau pun lainnya. Mereka datang dengan outfit terbaik masing-masing. “Pasti bakalan seru banget!” celetuk Ailin dengan penampilannya yang begitu mencolok. Ailin juga geng gosipnya turun dari mobil, masuk ke villa yang sudah Dewanti sewa untuk liburan pegawai kantor calon suaminya. “Nanti fotoin gue disetiap sudut villa, ya!” pinta Ailin kepada salah satu temannya. Temannya hanya mengangguk lalu terus berjalan, karena sudah tidak sabar mengetahui isi di dalam villa. “Hai semua!” sapa Dewanti. Ia bersama Dewangga dan Anggara sudah lebih dulu sampai di villa. “Hai!” balas karyawan yang baru saja sampai di villa.Tangan Dewanti terlihat menggandeng Dewangga. Karena merasa tidak nyaman, Dewangga berusaha melepas gandengan tangan itu. Ada seseorang yang Dewangga cari, dari tatapan juga gerak tubuhnya menandakan ia sedang menanti. “Sudah datang sem

  • Kekasih Diam-Diam Sang CEO   Ide Cemerlang Dewanti

    “Ada yang luka?” Namira masuk membawa setumpuk berkas. Tetapi, hal pertama yang ia tanyakan bukanlah tentang pekerjaan. Namira dan Dewangga hanya bisa saling menatap. Banyak sekali perasaan yang ingin mereka tumpahkan satu sama lain. Sayangnya, saat itu waktu dan keadaannya nya tak mendukung mereka menyuarakan isi hati masing-masing. “Ada apa, Namira?” Dewangga memulai obrolan setelah keheningan yang panjang. “Ada beberapa berkas yang harus diperiksa juga ditandangani,” jawab Namira lalu ia duduk di depan meja kerja Dewangga. Dewangga masih tidak percaya Namira masuk ke ruangannya ketika ia sedang menjadi sosok tak waras karena cinta. “Bukan itu. Tadi apa yang kamu tanya saat pertama masuk ke ruangan saya?” Dewangga ingin mendengar lagi pertanyaan dari Namira tadi. Rasanya ada secuil perhatian dari Namira untuk Dewangga.Tangan Dewangga merah. Rasa sakitnya tak ia hiraukan. Biar mengalir begitu saja. “Apa ada yang luka?” Namira mengulang sesuai permintaan Dewangga. “Sejak kapan kamu a

  • Kekasih Diam-Diam Sang CEO   Perasaan Yang Kacau

    “Bapak sengaja mau mencelakai saya? Apa Bapak belum puas sudah melukai perasaan saya?” pertanyaan yang sungguh menggores lubuk hati. “Saya salah apa, Pak? Bapak tega sekali melakukan ini kepada saya,” sambung Namira. “Namira, tenang dulu. Saya bisa jelaskan semuanya. Kamu salah paham,” pinta Dewangga, ingin mendekat ke arah Namira tetapi Namira menolak. “Tolong tetap di situ saja,” perintah Namira untuk Dewangga yang hampir berpindah tempat ke samping Namira. “Saya tahu kejadian itu, tapi bukan berarti saya yang melakukan itu, Namira. Saya nggak mungkin tega melukai orang yang saya cintai,” jelas Dewangga yang tak mau didengar oleh Namira. “Lalu apa?” “Saya mengutus seorang menjadi mata-mata saya,” aku Dewangga semakin membuat Namira tak habis pikir.“Untuk apa?” Namira duduk, mencoba tidak membesarkan masalah yang sebenarnya menurut Namira ini adalah masalah besar. “Untuk jagain kamu,” jawab Dewangga. Suara ketukan pintu terdengar dari dalam. Namira panik. Dewangga langsung mendekat

  • Kekasih Diam-Diam Sang CEO   Masalah Dari Masa Depan

    Hubungan yang sudah diselesaikan ternyata bukan berarti berakhir. Seperti hubungan Namira dan Aidan yang kembali terjalin. Mungkin masih ada sisa rasa yang dulu mereka miliki, atau hanya sekedar ingin mengulang lembar yang tak mereka temukan pada orang lain. “Kita salah nggak sih?” tanya Namira disuatu malam ketika Namira dan Aidan sedang makan malam bersama. “Kenapa salah?” “Salah karena memulai hubungan yang pernah berakhir.” “Kalau kamu pernah dengar, hubungan lama yang dimulai lagi seperti halnya membaca novel yang sama berulang kali, menurut aku itu hanya sebuah opini. Anggapan yang belum tentu terjadi,” ungkap Aidan. “Kita nggak pernah tahu apa yang akan terjadi dimasa depan. Yang kita bisa hanya memperbaiki hari ini untuk masa depan itu,” tambah Aidan.“Memangnya kamu setuju?” Aidan kini berbalik tanya ke Namira. “Emm.. enggak juga sih,” jawab Namira masih belum yakin akan pendapat itu. Tetapi ia juga tak yakin hubungannya akan lebih baik dari sebelumnya. “Menurutku, semua oran

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status