Home / Romansa / Kekasih Gelap Ceo Arogan / Bab 1. Pesta Yang Menyebalkan.

Share

Kekasih Gelap Ceo Arogan
Kekasih Gelap Ceo Arogan
Author: Abigail Briel

Bab 1. Pesta Yang Menyebalkan.

Author: Abigail Briel
last update Huling Na-update: 2024-04-01 09:00:59

"Jadi karena ini kau memutuskanku?”

Lean Marquise melemparkan tatapan tajam dan kalimat sinisnya pada lelaki yang kini tengah berdiri di samping wanita lain yang tak lain adalah sahabatnya.

Sore tadi, lelaki yang masih sebagai tunangan Lean itu menghubungi ayah Lean dan memutuskan pertalian itu tanpa sebab. Namun, melihat pemandangan di hadapannya, kini ia tahu mengapa lelaki itu membuangnya.

"Kau tidak berhak menyalahkan orang lain, Lean." 

Lelaki itu tampak tidak senang atas ucapan Lean tadi, sementara sang wanita yang berdiri di sampingnya terus menatap Lean dengan wajah gusar.

"Seharusnya kau sadar diri, Lean Marquiese! Kau sudah tahu, 'kan kalau kekasihku ini sama sekali tidak suka padamu?" Wanita itu kini turut angkat bicara.

Mendengar kata ‘kekasih’ meluncur enteng dari mulut mantan sahabatnya membuat dengusan keluar secara spontan di bibir Lean.

"Oh? Benarkah?" katanya sembari tersenyum miring. "Bukankah sudah jelas karena kau yang telah menggodanya?" sela Lean.

"Itu karena salahmu!" tuding wanita itu tak mau kalah, lalu menoleh ke arah kekasihnya. "Brad, tolong katakan sesuatu padanya, mengapa kau hanya diam saja melihat dia menghinaku?!" protesnya pada Brad.

Di hadapan Lean, Brad tampak menghela nafas. Lalu dengan arogan, mantan tunangannya itu berkata, "Bisakah kau tidak menyalahkan orang lain atas kelemahanmu, Lean?” Brad lalu memandang sekujur tubuh Lean dengan pandangan menilai. “Kau terlalu polos. Kau bahkan tidak pernah berdandan, dan tidak mau kusentuh. Kau juga terlalu sibuk.  Aku tidak ingin menikahi wanita membosankan sepertimu!” 

"Aku… membosankan?" jantung Lean berdegup penuh kemarahan ketika ia mendengar ucapan Brad itu. 

Sama sekali tidak pernah menduga bahwa alasan Brad memutuskan pertunangan mereka ternyata sangat klise. Apakah selama ini ia yang terlalu memandang tinggi Brad? Padahal pria itu hanyalah seorang pria biasa yang tidak bisa menjaga hatinya dengan baik.

Melihat keterkejutan di wajah Lean, Isla justru tersenyum penuh kemenangan. "Kau dengar, 'kan? Jika Brad sampai meninggalkanmu, itu karena kau memang pantas untuk ditinggalkan!"

Tak menunggu waktu, tangan Lean yang sedari tadi mengepal karena menahan emosinya itu lantas terayun ke atas.

Plakk!!

Satu tamparan keras mendarat ke pipi Isla. Beberapa tamu pesta bahkan sampai melirik, karena suara tamparan yang terdengar cukup nyaring.

“Kurang ajar!” 

Plakk!!

Tak terima kekasih barunya dipermalukan, Brad pun naik pitam dan membalas tamparan Lean.

Pipi Lean memerah, sejalan dengan air matanya yang mengembun, tak menyangka lelaki yang dulu dicintainya tega mengayunkan tangan padanya.

“Jangan pernah lagi menyentuh Isla!” ancam Brad, sementara bisik-bisik dari para tamu pesta mulai terdengar. “Berkacalah agar kau sadar kalau kau tidak pantas untukku!”

Hati Lean sudah teramat sakit. Diputuskan tanpa sebab, lalu mengetahui ia dikhianati oleh sahabatnya sendiri, hingga dipermalukan oleh mantan tunangannya … membuat Lean kini berani menatap Brad dengan tajam.

Tidak ada sepatah kata pun terucap dari Lean. Bahkan hingga Brad membawa pergi Isla dari hadapannya, Lean masih menatap penuh dendam ke arah mereka.

Tatapan Lean baru terputus saat suara seorang wanita terdengar khawatir menghampirinya.

"Lean? Apa kau baru saja bertengkar dengan Brad?”

Lean menghela nafas, lalu melemparkan pandangannya pada Eve, saudarinya. 

Dan, alih-alih menjawab pertanyaan Eve, Lean justru mengambil segelas whisky dari pelayan yang melintas di hadapannya dan menghabiskan minuman tersebut dalam satu kali tenggak.

Lean menatap frustrasi saudarinya. Ia juga meletakkan gelas whisky yang telah kosong dengan kasar.

"Oh? Jadi Kakak sudah tahu kalau dia akan datang?” cecarnya. “Bukankah Kakak yang menyuruhku datang ke sini untuk melupakan kesedihanku?!" protes Lean. 

“Dia … dia diundang bosku karena perusahaannya adalah klien kami.” Eve mencoba menjelaskan dengan wajah yang terlihat cemas.

Lean berdecak, lalu ketika seorang pelayan lewat di depannya, wanita itu memesan minuman di bawah tatapan Eve yang penuh waspada.

Setelah itu, barulah ia berkata lagi pada Eve, "Pergilah, Kak! Aku ingin sendiri. Kakak tidak perlu khawatir, aku janji tidak akan membuat keributan lagi.”

Tak lama setelah kepergian Eve, pelayan tadi kembali datang membawakan jus jeruk pesanannya. Perlahan, Lean menyesap minumannya yang terasa menyegarkan. Saking wanita itu menikmati minumannya, juga terlena akan pikirannya sendiri … ia tidak menyadari, jika dari kejauhan seorang wanita tengah tersenyum sinis manakala Lean meneguk jusnya.

Ketika minumannya tandas, Lean yang baru saja berniat meninggalkan lokasi pesta tiba-tiba merasakan keanehan di sekujur tubuhnya.

Napasnya seketika memburu, seiring suhu ruangan yang tiba-tiba terasa begitu panas hingga membuat keringatnya bercucuran.

"Mengapa sangat panas sekali di sini?" Dua tangan wanita itu mengusap peluh yang berjatuhan bahkan mengalir hingga lehernya yang jenjang.

Di tengah kebingungan itu, tak jauh dari hadapannya muncul dua orang pria asing. Tatapan haus, juga seringai menjijikkan yang dikeluarkan para pria itu membuat Lean semakin panik. Terlebih, saat dua pria itu mencoba meraih tubuhnya dari arah yang berlawanan.

"Siapa kalian?!" hardik Lean, mulai terpojok ke tembok dengan dua pria yang semakin menghimpit di kedua sisinya. Lean semakin gusar mana kala mereka mulai berani menyentuh lengannya. "Kalian ... apa yang ingin kalian lakukan padaku?"

Dengan sisa kekuatan yang ia miliki, Lean berusaha memberontak. Namun sayang, semakin ia banyak bergerak tubuhnya justru semakin lemas dengan pandangan yang mulai kabur.

Tepat saat dua pria itu hendak membawanya, tiba-tiba suara bariton seorang pria terdengar menginterupsi, “Siapa kalian berani berbuat keributan di tempatku?!”

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Mga Comments (32)
goodnovel comment avatar
Sisco Aja
kayanya si isla deh yang mencampurkan minuman lean dengan sesuatu
goodnovel comment avatar
Kucing_orens
apa mungkin ada yg mencanpurkan sesuatunke minuman lean ya
goodnovel comment avatar
Ugik Kph
Jangan-jangan Isla yang sudah iseng memasukkan sesuatu ke minuman lean
Tignan lahat ng Komento

Pinakabagong kabanata

  • Kekasih Gelap Ceo Arogan   Bab 204. Perpisahan. (The End)

    Sesaat berselang, kecemasan mulai mengisi ruang persalinan. Dokter Nora dan para perawat serta satu Dokter yang menemaninya— tampak sibuk berusaha mengembalikan tanda vital Lean. Tak jauh dari para medis itu, Edward hanya bisa termangu sembari mendekap putra mungilnya. Tatapan matanya yang berkabut terus memperhatikan wajah Lean yang terlihat semakin pucat."Oh, Sayang. Kumohon, jangan tinggalkan kami," bisiknya lirih. Kelopak matanya terasa semakin panas, dan Edward bisa merasakan kalau matanya perlahan-lahan telah mulai berair. Sebelumnya, ia pernah merasakan kehilangan seorang wanita, namun rasanya tidak sesakit apa yang Edward rasakan sekarang.Setelah puluhan menit berlalu dalam ketegangan, tiba-tiba Edward melihat Dokter Nora melemparkan pandangan ke arahnya. Raut wajah wanita itu tampak tegang dan ragu."Jangan katakan!" Edward menggeleng keras, sama sekali tidak ingin mendengar berita buruk yang ingin Dokter Nora sampaikan padanya. "Tuan Edward ... maaf, kami sudah berusaha

  • Kekasih Gelap Ceo Arogan   Bab 203. Harapan Dan Ketegangan.

    Sebelum ia pergi menemui Lean di ruang rawat inap, Edward menarik napas dalam-dalam terlebih dahulu. Baru kemudian memberanikan diri untuk menemui istrinya itu. Sementara Anton menunggunya di luar ruangan. Semula, Edward ingin membawa serta Dokter Nora bersamanya, tetapi menurut Eve— sebaiknya ia menemui Lean sendiri terlebih dahulu. Ketika Edward berada di dalam ruang rawat inap yang Lean tempati, aroma desinfektan yang bercampur pewangi ruangan langsung menyambutnya. Tetapi Edward mengacuhkannya dan justru menatap lurus ke arah sesosok tubuh ringkih yang sedang tertidur di atas ranjang. Edward mendekati ranjang tersebut sambil memberi isyarat pada perawat jaga yang ada di dalam ruangan itu agar tidak mengejutkan istrinya. Perawat itu mengangguk pada Edward dan segera pergi meninggalkan ruangan demi memberi waktu pada Edward. Ia telah melihat pria ini sebelumnya di luar saat Edward berbicara sangat serius pada Eve, karena itu ia membiarkan saja Edward yang kemungkinan adalah suam

  • Kekasih Gelap Ceo Arogan   Bab 202. Menyesal.

    Malam masih menyelimuti vilanya, dan suara ombak bergema di telinga Edward, membuat hatinya merasa sedikit lebih tenang. Namun, ketenangan itu segera pudar ketika pikirannya terfokus pada Lean. Rasa cemas terasa mengungkungnya juga tekad yang baru mulai tumbuh dalam dirinya. Tidak ingin terlarut dalam perasaan itu, Edward segera menghubungi Ben. Dan setelah beberapa saat ... “Selamat malam, Tuan Edward. Ben di sini.” Suara Ben yang datar mulai terdengar dari seberang panggilan.“Ben, ada yang ingin kukatakan padamu.” Sebelum melanjutkan kalimatnya, Edward membenarkan posisi duduknya terlebih dahulu. Samar-samar suara gemuruh ombak yang terdengar dari kejauhan, menyapa indera pendengarannya.“Ada apa, Tuan Edward? Apakah ada yang bisa kubantu?” tanya Ben, nada suaranya penuh perhatian.“Begini. Dalam dua hari ke depan, aku ingin pergi ke Zurich. Kau pasti sudah mendengar kalau istriku telah kembali ke kota kelahirannya, 'kan?”“Tuan Ernest baru saja menghubungiku tentang rencana An

  • Kekasih Gelap Ceo Arogan   Babb 201. Harapan Baru.

    Sore hari, pulang dari Gail Mart, Edward meminta pada Anton untuk pergi ke mansion milik kedua orang tuanya. Ada sesuatu yang ingin ia tanyakan pada ayahnya.Dalam perjalanan, dari kursi belakang sedan ia memperhatikan Anton dengan wajah serius. Membuat Anton yang tanpa sengaja melirik kaca spion mobil sontak terkejut."Ada apa, Tuan? Apakah ada sesuatu yang ingin Tuan katakan padaku?" celetuk Anton.Edward mengangguk pelan, "Apa Rosi sudah kembali ke mansion Paman?" tanyanya. "Sudah, Tuan Edward. Nyonya Rosi langsung pulang malam harinya ketika Tuan Ernest datang untuk menjemputnya. Oh ya, Tuan. Hari ini Tuan Ernest juga menghubungiku. Maaf aku lupa memberi tahu Anda. Kata Tuan Ernest, Tuan Ernest mengenal seorang Dokter yang hebat saat berada di Dubai. Dokter itu adalah Dokter keluarga milik Kolega Tuan. Tuan Ernest ada meninggalkan nomor teleponnya padaku, aku sudah menghubungi Dokter itu, Tuan. Dia memiliki cara untuk menyelamatkan Nyonya Lean dan juga bayinya, hanya saja ...." A

  • Kekasih Gelap Ceo Arogan   Bab 200. Ide Wilhelm.

    Senyum Brad sontak memudar, “Aku hanya ingin kau tahu kalau kau bisa mengandalkanku jika kau membutuhkan sesuatu, tidak lebih. Seperti yang kau katakan tadi, kita sudah berpisah, tetapi apakah aku tidak boleh peduli padamu?”Lean hampir membuka mulut untuk membalas ucapan Brad itu, namun dengan cepat Eve menyentuh tangan Lean lalu menggelengkan kepalanya pada adiknya itu. Setelah itu, ia menoleh pada Brad. “Kau lihat, bukan? Kau tidak seharusnya berada di sini, Brad. Lean sedang dalam keadaan yang sangat rentan. Keberadaanmu justru memperburuk situasi,” cetusnya emosi. Lean merasakan ketegangan yang terus meningkat antara kakaknya dan Brad. Naluri melindungi Eve membuatnya merasa sedikit tertekan, tetapi di sisi lain, ia juga merasa bahwa hanya dirinya yang dapat menentukan keputusan untuk dirinya sendiri.“Eve, tolong! Aku bisa mengurus diriku sendiri,” kata Lean dengan suara yang masih bergetar. Ia kemudian berpaling pada Brad. "Brad, aku menghargai niat baikmu. Tapi seperti yang

  • Kekasih Gelap Ceo Arogan   Bab 199. Masa Lalu Adalah Masa Lalu.

    Keberangkatan Lean ke Zurich mengubah banyak hal. Sejak Lean memutuskan pergi, rasa cemas dan gelisah tidak pernah lepas dari pikiran Edward. Meskipun ia berusaha untuk tetap fokus pada pekerjaannya, benak dan hatinya selalu terikat pada sang istri dan kesehatan istrinya itu. Di sisi lain, Lean kini berada di rumah sakit Zurich, berharap ia bisa menemukan cara untuk menjaga bayinya agar tetap aman sekaligus memikirkan dirinya sendiri.Di kota kelahirannya, hari-hari awal Lean dipenuhi dengan rangkaian perawatan medis yang melelahkan. Eve, yang kini telah bahagia dengan kehidupan barunya sebagai istri Luis, berusaha untuk mendampingi sang adik semaksimal mungkin. Ia sering merasa tidak nyaman kala menemukan Lean yang tampak stres dan juga ketakutan menghadapi hal yang tidak pasti. Setiap hari, Eve mencoba mengajak Lean untuk berbincang, berbagi cerita dan memperkuat semangat satu sama lain meski di tengah rasa cemas yang selalu hadir menemani mereka.“Aku tidak tahu bagaimana melakuk

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status