Share

Bab 3

Penulis: Ina Qirana
last update Terakhir Diperbarui: 2022-12-02 22:44:39

 

 

Sejak hari itu, aku selalu menelisik wajah Sandrina yang kata Haris sangat mirip dengan Gian, Ya itu memang benar, ucapan Haris memang tak salah.

 

Hidung, bibir juga kening gadis kecil itu persis seperti Gian, sedangkan rambutnya hitam dan lebat mirip ibunya, sementara aku tak satupun anggota tubuhku yang menurun pada gadis itu.

 

Haris bilang, tak ada jejakku di tubuh Sandrina, walaupun ia bercanda tetap saja hatiku teriris rasanya, jika saja dugaan ini benar Sandrina bukan berasal dari benihku maka, takkan kuampuni mereka sampai kapanpun.

 

Dan akan kupastikan jika mereka akan menerima balasan yang lebih menyakitkan dariku, tunggu saja waktunya Melta!

 

"Elo yakin ga nih, jangan sampai lo berprasangka buruk terhadap adik sendiri," ucap Haris sambil menghisap satu batang rokok.

 

"Gua waktu itu becanda Adnan," lanjutnya, sepertinya sahabatku ini menyesali candaannya tempo hari.

 

Saat ini aku sedang berada di sebuah cafe bersama Haris, menceritakan semua masalahku padanya, sejak SMA kami bersahabat dan sudah terbiasa berbagi suka duka dalam cerita, hingga aku tak ragu lagi untuk membicarakan semuanya pada Haris.

 

"Gua yakin, Haris, bayangin aja mana ada serangga gigit leher ampe merah begitu, terus yang bikin gua tambah curiga adalah lingerie merah Melta, di baju itu tercium parfum milik Gian, sedangkan belakangan ini Melta selalu pake piyama kalau tidur di hadapan gue," jawabku.

 

Haris menekan puntung rokok ke asbak, terlihat sekali ia pun sepertinya merasa geram mendengar kata demi kata yang kuucapkan, sebagai sesama lelaki tentu saja kami memahami bagaimana sakitnya dikhianati oleh istri, yang selama ini kita perjuangkan siang dan malam.

 

"Gil* ya istri lho, selingkuh sama ipar sendiri, lho jangan diem aja, Nan, lakuin sesuatu," pintanya dengan serius.

 

"Makanya itu, menurut lho gua harus gimana nih."

 

Haris diam sambil memalingkan muka ke arah lain, matanya menatap lurus ke depan sana.

 

"Gimana kalau elo pasang CCTV di rumah, misal di kamar atau ruang tamu terserah elo di mana, yang sekiranya tempat itu sering dipake berduaan sama meraka," ujar Haris memberi usul.

 

"Jangan lupa elo juga tes DNA tuh, Sandrina itu bener anak lho apa bukan," lanjutnya dengan tatapan serius. 

 

Aku tertegun, ide Haris sepertinya lumayan brilian.

 

"Ok, Ris, thanks ya, gua akan coba ide lho nanti."

 

Pria yang usianya sebaya denganku itu mengangguk, lalu kami berpisah pulang ke rumah masing-masing, kukemudikan mobil dengan kecepatan sedang, sambil berfikir lokasi mana yang harus aku pasangi CCTV di rumah.

 

Perbuatan Melta sungguh sangat mengoyakkan batinku, selera makananku belakangan ini hilang, juga semangat hidup yang menurun, langit terasa runtuh dan dunia seakan kelam.

 

Teganya ia padaku padahal, selama enam tahun berumah tangga, aku selalu memanjakannya dengan kasih sayang dan harta yang melimpah, apapun yang ia mau maka saat itu juga pasti kuturuti inginnya.

 

Hanya saja ia kekurangan perhatian dariku, bukankah harusnya ia mengerti jika memperjuangkannya itu tidak mudah, hingga hampir semua waktuku tak tersisa, bukankah semua ini untuknya? agar setiap inginya bisa terkabul.

 

Ah, aku tak  mengerti jalan fikir Melta, memiliki suami mapan sepertiku masih saja tetap kurang di hadapannya, mungkin aku belum bisa memuaskan dahaganya di ranjang hinggga ia memilih cara kotor dengan Gian untuk melampiaskannya.

 

Entahlah, yang jelas cintaku sudah musnah terbakar api kemarahan, dalam rongga dada ini yang tersisa hanyalah dendam, bagaimana caranya membongkar perbuatan bej*t mereka di hadapan dua keluarga.

 

Kurasa perbuatan ini tak jahat, keluarga besar kami harus tahu seperti apa kelakuan Melta, istri yang selama ini kuperjuangkan siang malam, telah bermain g*l4 dengan adikku sendiri yang hanya seorang pegawai serabutan.

 

Ya, Gian baru saja lulus kuliah belum memiliki pekerjaan tetap, ia bilang ingin mengikuti tes CPNS. Namun, tahun kemarin gagal entah dengan tahun sekarang, aku tak ingin lagi membantunya.

 

Tiba-tiba saja mobil yang kukendarai mogok, sudah distarter berkali-kali tetap saja kendaraan ini enggan menyala, terpaksa aku menelpon seorang montir langganan.

 

"Ok, saya tunggu secepatnya ya, mobilnya percis di hadapan Indom*ret."

 

Urusan dengannya sudah selesai, beberapa menit kemudian Farhan--montir langgananku--datang menggunakan sepeda motornya.

 

Kami sedikit berbincang mengenai keluhan mobil ini, setelah ia mengerti kuserhakan kunci mobil padanya, jika mobil sudah selesai diperbaiki, pemuda ini akan mengantarkan mobil ke rumah, dan sekarang aku akan pulang naik taxi online.

 

"Hallo, Susi, maaf saya butuh bantuanmu sekarang," ucapku menelpon asistenku di kantor.

 

"Iya, Pak, silakan," jawabnya sopan.

 

"Tolong kamu Carikan orang yang bisa memasang CCTV di rumah saya ya, ini rahasia jangan beritahu siapapun termasuk Bu Melta," pintaku.

 

"Oh jadi CCTV-nya akan dipasang secara rahasia ya, Pak," ujarnya langsung mengerti.

 

"Iya betul, nanti saya kabari lagi waktu pemasangannya kapan, kamu cari saja dulu kalau sudah dapat kabari saya."

 

"Iya baik, Pak, kebetulan saya ada teman yang ahli di bidang itu, saya akan bicarakan terlebih dahulu dengannya," jawabnya.

 

Tak terasa, mobilku sudah sampai di depan gerbang rumah, setelah membayar gegas aku turun walau kaki ini terasa berat, kutatap rumah megah bernuansa modern yang dikelilingi pagar menjulang tinggi itu. Kini, rumah itu bagaikan neraka bagiku

 

Seorang penjaga rumah membuka gerbang sambil menyambut hormat, lelaki yang kupekerjakan sebagai keamanan rumah itu tak banyak bicara, aku langsung masuk ke dalam.

 

Suasana rumah nampak sepi dan sunyi, Sandrina entah di mana sedangkan Bi Lela pasti sudah pulang ke rumahnya, belakangan ini memang Bi Lela yang selalu menyambut kedatanganku sepulang kerja, dengan cekatan ia akan membawakan tasku lalu menyediakan secangkir teh hangat, tugas yang seharusnya dilakukan Melta telah diambil alih oleh ART.

 

Senelangsa itu nasibku sebagai seorang suami sekaligus kepala rumah tangga. Karena tak ada yang mengambilkan air minum, terpaksa aku sendiri yang mengambilnya ke dapur.

 

"Pokoknya kita harus bertindak cepat, sebelum Adnan membongkar semuanya." Terdengar suara Melta, sontak saja langahku terhenti, entah sedang apa yang mereka lakukan di ruang makan, yang jelas aku tak bisa melihat hanya bisa mendengar suara percakapannya saja.

 

"Iya, kamu tenang ya, kita akan jebak Adnan dengan cara licik, setelah itu kamu memiliki alasan untuk meninggalkannya." 

 

"Terima kasih, Sayang, kamu begitu perhatian dan mengerti mauku, dilimpahi uang banyak itu tak cukup aku juga butuh belaian seorang lelaki perkasa sepertimu," ujar Melta, istriku memuji lelaki lain

 

Bagaikan tersambar petir aku mendengar ucapan mereka barusan, adik yang selama ini kubantu dengan susah payah, menusuk dari belakang, kita lihat saja Gian siapa yang akan menang melawan pertempuran ini.

 

Jiwa kelakianku tertantang, adikku sendiri yang telah mengibarkan bendera perang, baiklah akan kuhadapi mereka dengan caraku sendiri, jika ia memiliki satu cara licik untuk menjebakku maka, aku juga memilki seribu cara licik untuk melawannya.

 

Kini, aku sadar mengapa ia bisa berpaling, bersiaplah Melta, jeruji besi sudah menantimu.

 

 

 

 

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Kekasih Gelap Istriku Ternyata?   Bab 34.B Tamat

    "Tapi Papa ga tahu di mana mamamu sekarang." Mendengar jawabanku ia menunduk kecewa."Kamu ga usah khawatir Papa akan cari Mama sampai ketemu ya."Ia mendongkak dan menatapku dengan ceria."Terima kasih, Pa, semoga Mama cepat ketemu ya aku sudah kangen sekali.""Aamiin." Aku menganggukkan kepala, sepertinya kali ini harus menemui Om Feri dan Tante Ajeng, mereka lah orang terdekat Melta, dan sudah pasti tahu keberadaannya di mana.Sore hari lepas pulang dari kantor aku segera meluncur ke alamat rumah Om Feri yang dulu, setelah satpam mempersilakan masuk aku duduk di kursi teras."Cari siapa, Mas?" tanya seorang wanita, dari wajah sepertinya dia Amanda anak kedua Om Feri."Ini Amanda 'kan anaknya Om Feri?" tanyaku sambil menatap wanita itu."Iya betul, ini ... Kak Adnan?" ia bertanya sambil mengingat-ingat."Iya betul, kamu berubah ya sekarang."Ia tersenyum saat mendengar beberapa pujian dari bibirku, kami mengobrol sejenak basa-basi dan menanyakan Om Feri, ia mengatakan jika ayahnya

  • Kekasih Gelap Istriku Ternyata?   Bab 34.A

    10 Tahun Kemudian.Hari, tahun dan bulan silih berganti tak terasa kini usia pernikahanku dengan Renata sudah memasuki tahun ke sepuluh, Sandrina telah remaja bahkan pemikirannya hampir sepadan dengan orang dewasa, ia berubah menjadi gadis yang cantik, lembut dan berhijab syar'i seperti ibu tirinya.Renata telah berhasil mendidik anak itu ke jalan yang benar, aku bersyukur memilki dia yang tak pernah mengungkit kekurangan diri ini, ia selalu fokus pada kekurangan dirinya dalam melayani suami.Tak ada anak yang dihasilkan dalam pernikahan kami. Namun, kami dikelilingi oleh empat orang anak sekaligus.Arjuna yang tak lain putranya Haura Rahimahullah, kini telah berusia sepuluh tahun, ia tumbuh menjadi anak yang mandiri dan tidak manja, itu juga berkat didikan dari istriku tercinta.Sedangkan kedua anaknya Syafiq dan Maryam jauh lebih berprestasi dari Sandrina, kini si sulung Syafiq sudah berumur tujuh belas tahun dan sudah menjadi hafiz Qur'an, sedangkan si bungsu Maryam, kini berusia t

  • Kekasih Gelap Istriku Ternyata?   Bab 33.B

    (POV MELTA)Tak ingin lagi menanggapi ocehannya yang pedas, aku melihat cermin yang berada di dinding dekat spring bed tempatku berbaring.Luka bakar wajahku memang sudah pulih. Namun, bekasnya membuat wajah ini terlihat menjadi seram, tak terbayang jika ke luar sana tak mengenakan masker pasti orang-orang akan takut melihatnya.Bukan hanya wajah yang hancur tapi hidupku pun menjadi hancur, jika saja aku tak sedang mengandung mungkin dari kemarin aku sudah mengakhiri hidup ini.Terpuruk tanpa ada seseorang yang memberi kekuatan dan semangat hidup itu terasa menyakitkan, lebih sakit dari pada ditusuk sebuah pedang.Sempat aku berharap agar diri ini mati seperti Gian, ia tak lagi menanggung malu dan cemoohan orang-orang, kenapa ia lenyap semudah itu? setelah semunya hancur tak bersisa.Namun, aku lega karena Justin sudah mendapat hukumannya, yang kudengar dari Om Feri beberapa Minggu yang kalau pria blasteran Amerika itu mengalami depresi, dan selalu mencoba bunuh diri.Aku menyeringai

  • Kekasih Gelap Istriku Ternyata?   Bab 33.A

    (POV MELTA)Sembilan bulan sudah janin ini tumbuh di rahimku, kini waktunya ia keluar melihat dunia yang luas dan indah, perutku sudah terasa mulas, entah mengapa janin ini tetap hidup walau aku banyak stres dan banyak makan makanan yang tidak bergizi.Kuharap bayi yang tak jelas siapa ayahnya ini akan lenyap seiring waktu. Namun, di luar dugaan ia begitu kuat laksana sebuah baja."Bu, tolong! Perutku sakit, kayanya mau lahiran ini!" teriakku pada petugas lapas.Dengan napas yang terengah-engah aku berdiri sambil memegang perut yang sudah membukit ini, berteriak lagi pada petugas lapas yang tak kunjung datang memberi pertolongan."Mulesnya berapa menit sekali?" tanya petugas itu dingin."Sudah sering, ini udah mau lengkap pembukaannya, cepat bawa saya ke rumah sakit.""Ya sudah ayo ikut saya.""Aku ga kuat jalan, Bu, sakit," rintihku, wanita berbadan tinggi itu berdecak kesal."Sebentar saya ambil kursi roda," ujarnya ketus, lalu mendelik sebelum pergi.Begitulah nasibku di sini, dise

  • Kekasih Gelap Istriku Ternyata?   Bab 32.B

    Ya Tuhan, aku tak kuasa melihat deritanya, kupeluk tubuh mungil itu dan mengusap-usap punggungnya."Dia sudah di alam kubur, Sayang, Tante Ara ga akan pulang lagi ke sini, Ina doain supaya Tante Haura dikasih tempat yang paling nyaman di sana."Ia menangis terisak-isak, meraung menginginkan pengasuhnya kembali."Sini sama Nenek, walaupun Tante Ara sudah ga ada tapi 'kanasih ada bayinya, kalau sudah gede Ina bisa jagain Dede bayi pasti Tante Haura seneng di alam sana." Ibu membawa gadis kecil itu ke pangkuannya.Ia masih menangis meluapkan emosinya, aku faham Sandrina pasti sangat kehilangan, tak mudah mengobati luka hatinya yang sudah terlanjur memiliki harapan."Aku mau Tante Ara, Nek, bilang sama dia suruh pulang ke sini lagi," rengek Sandrina, membuat semua mata menangis karenanya."Dia sudah pulang ke pencipta-nya, yaitu Allah, doa in saja ya," bujuk ibu lagi sambil memeluk erat tubuhnya."Jadi Tante Ara ga bakal temenin Ina main lagi? ga bakal pulang ke sini lagi?""Kan masih ada

  • Kekasih Gelap Istriku Ternyata?   Bab 32.A

    "Jangan ngaco kamu, Dati!" bentak ibu tak terima."Anakmu 'kan yang sudah menyebabkan putriku meninggal, jadi kalian harus tanggung jawab, kalau engga aku akan melaporkan masalah ini ke polisi!" teriaknya sambil menyeka ingus dan air mata."Ngelaporin apa lagi? toh anak saya Gian juga lagi dipenjara, dan kamu ga ada bukti sama sekali, kalau mau lapor ya silakan, ga ngaruh ke kehidupan saya dan Adnan!" tegas ibu Ternyata wanita yang berumur senja itu bisa juga berfikir realistis, Bu Dati nampak terbungkam dan melirik suaminya."Ya maksudnya kalian 'kan orang berada seenggaknya kasihlah kami uang untuk biaya tahlilan Haura, gitu lho maksud istriku." Bapak menimpali.Huhh, bilang saja mau duit!"Ya masa cuma buat tahlilan aja harus 1 Milyar, mikir dong, saya bisa laporkan istrimu ke polisi atas kasus pemerasan, mau kamu!" tegas ibu lagi.Sepertinya wanita yang telah melahirkanku itu sangat membenci mantan suaminya, terlihat sekali dari nada suara seolah ada dendam yang membara dalam dad

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status