Share

Bab 4

Penulis: Ina Qirana
last update Terakhir Diperbarui: 2022-12-02 22:46:00

 

"Ehhhmmm." 

 

Aku berdehem sambil melangkah menghampiri, mereka terperanjat melihat kedatanganku yang tiba-tiba, tubuh keduanya terguncang. Namun, beberapa saat kemudian binar wajahnya terlihat biasa saja, ternyata mereka cukup pintar dalam berakting.

 

Sayangnya, posisi mereka berseberangan terhalang oleh meja makan, jika saja mereka kepergok bermesraan mungkin lain lagi ceritanya.

 

"Kamu sudah pulang, Mas, kok suara mobilnya ga kedengaran," sapa Melta basa-basi.

 

Kuteguk segelas air minum hingga tandas, lumayan bisa meredakan panas yang terasa membakar di dalam sana.

 

"Mobilku mogok," jawabku tanpa menoleh ke wajahnya.

 

"Mau makan?" 

 

"Aku sudah makan di luar," jawabku masih dengan nada yang sama.

 

"Tumben makan di luar."

 

"Dari pada jajan di luar," jawabku sambil menyeringai lalu pergi meninggalkannya yang sedang keheranan.

 

Kubasahi tubuh yang bercampur peluh, guyuran air shower cukup menyejukkan anggota badan ini, bagaimanapun juga aku harus tetap waras dan berfikir jernih untuk menghadapi mereka.

 

Akulah yang harus jadi pemenang!

 

"Ini bajunya, Mas," ucap Melta saat aku sudah kembali dari kamar mandi, tumben sekali ia menyiapkan baju ganti, pasti ada maunya.

 

"Aku ga mau pake baju itu," jawabku datar.

 

"Terus maunya yang mana?"

 

"Biar aku sendiri yang pilihkan, biasanya juga begitu aku yang persiapkan sendiri kalau engga ya Bi Lela," sindirku sambil memilih-milih baju dalam lemari.

 

"Kamu kenapa kok begitu sih? ga kaya biasanya?" Ia bertanya sambil berdiri di belakangku.

 

"Engga apa-apa emang aku kenapa." Aku melengos menjauhinya, terlalu lama menghirup aroma tubuhnya membuatku ingin muntah.

 

"Yaa, kamu beda aja."

 

"Beda apaan sih." kutatap balik wajahnya terpaksa untuk meyakinkan jika aku baik-baik saja.

 

"Emmm, jadi kamu engga ada masalah apapun 'kan?" tanyanya seolah memancing emosiku.

 

"Engga ada." Kubaringkan tubuh sambil memainkan ponsel.

 

Melta beringsut naik mendekati, ingin rasanya ku*endang tubuhnya hingga terpental jauh saat ini juga.

 

"Mas, besok aku ada acara sama temen sampai sore, ga apa-apa 'kan?"

 

Kebetulan sekali, semoga saja Susi bisa diandalkan, rasanya sudah tak sabar untuk membongkar kebusukkan mereka secepatnya.

 

"Kalau mau pergi ya pergi saja aku ga apa-apa kok."

 

Diri ini bangkit dan berdiri karena merasa muak dengan tingkah lakunya, yang lumayan bisa membangkitkan h*sratku, jangan sampai aku tergoda lalu menyentuhnya lagi, tak sudi!.

 

"Aku mau ke ruang kerja, banyak banget yang harus kukerjakan," ucapku lalu segera pergi dan menutup pintu.

 

Di ruangan ini aku merenung memikirkan semua kekurangan diri, rasanya sudah tak sabar untuk melihat hasi tes kesehatanku, karena beberapa bulan terakhir aku sering kali cepat  kelelahan dan fungsi seksual menjadi menurun, juga masih banyak tanda-tanda yang lainnya, mungkin aku terlalu lelah dalam mencari nafkah.

 

"Tiba-tiba gawaiku berdering, panggilan dari Susi.

 

"Iya, Sus."

 

"Pak, saya sudah bicara dengan orangnya, katanya mereka siap kapanpun untuk memasang CCTV di rumah Bapak." Jawaban yang kutunggu-tunggu.

 

"Bilang saja besok siang," ucapku, dada ini sedikit terasa lega.

 

"Baik, Pak," jawabnya lalu telpon terputus.

 

Malam ini aku tidur di sofa ruang kerja, ini lebih baik dari pada satu ranjang dengan wanita berm*ka dua, membayangkannya saja aku jijik.

 

Hingga pagi menyapa Melta tak juga menemuiku ke ruang kerja, entahlah mungkin dengan aku tiada ia bisa leluasa untuk ber-chat ria bersama kekasih gelapnya, tak apa untuk sementara waktu kubiarkan ia bebas untuk menikmati permainannya.

 

"Mas aku pergi dulu ya." Melta mencium takzim punggung tanganku, lalu melenggang masuk menuju mobilnya, ia sempat tersenyum sebelum mobil itu melaju.

 

"Kak, aku pergi ya." Kali ini Gian yang keluar, aku hanya mengangguk lalu lelaki itu pergi menggunakan mobil yang kubelikan tempo hari.

 

Suasana rumah sudah sepi, Sandrina ikut bersama ibunya sedangkan Bi Lela kusuruh untuk istirahat di rumahnya, tanpa menunggu waktu lekas kutelpon Susi.

 

"Iya, Pak, sebentar lagi mereka sampai ke rumah Bapak," ucap Susi, Aku menyeringai puas mendengarnya.

 

Sebentar lagi semuanya akan terbongkar, akan kupastikan mereka hancur berkeping-keping, untuk sementara waktu hanya ini yang yang bisa kulakukan, masalah tes DNA Sandrina akan dilakukan setelah semuanya terbongkar.

 

Setengah jam kemudian beberapa orang datang hendak melaksanakan tugas yang kuperintahkan, gegas aku menuntun mereka untuk memperlihatkan lokasi yang hendak dipasangi kamera pengintai itu.

 

Karena sudah profesional, mereka bisa memasang alat itu di sudut-sudut ruangan yang takkan bisa terlihat jelas oleh orang lain, kamar tidur Gian dan kamarku sendiri tak luput kupasangi kamera CCTV, setelah itu baru ruang keluarga, teras rumah dan dapur.

 

Aku bisa memantau mereka melalui ponsel ataupun laptop, setelah semua selesai kuberi mereka upah yang tinggi sebagai ucapan terima kasih karena telah bekerja dengan baik.

 

Akhirnya bisa berangkat ke kantor walau sedikit terlambat, aku adalah seorang CEO di perusahaan properti, jadi bukan sebuah masalah jika aku datang terlambat beberapa jam.

 

Hingga sore menyapa tak ada pesan masuk dari Melta, sepertinya wanita itu terbuai dengan kesenangannya di luar sana, biasanya aku akan merasa resah jika hal seperti ini terjadi. Namun, tidak dengan sekarang, aku sudah tak ingin peduli lagi pada apapun yang dilakukannya.

 

[Mel, Mas malam ini ga pulang ya, ada pertemuan mendadak dengan Client di luar kota, jangan lupa segera pulang] send, kukirinkan pesan padanya.

 

Setengah jam kemudian ia membalas.

 

[Iya, Mas] 

 

Sesingkat itu balasan darinya, tak apa mungkin saat ini ia sedang kegirangan bisa menikmati waktu lebih panjang dengan kekasih gelapnya.

 

Mobil kulajukan menuju hotel yang tak jauh dari kantor, tidur di sana sepertinya bisa membuatku nyenyak.

 

**

 

Pagi menyapa, setelah menunaikan kewajiban dua rakaat dan dzikir pagi, aku segera mengambil laptop tak sabar rasanya ingin segera mengetahui aktivitas mereka berdua di dalam rumah.

 

Dengan dada yang berdebar hebat mulai kuputar Vidio yang menampilkan semua keadaan sudut rumah, berkali-kali aku menelan air liur, kerongkongan ini terasa mengering.

 

Di teras, ruang tamu juga ruang keluarga tak ada aktivitas mereka yang mencurigakan, jemariku bergulir untuk melihat vidio yang menampilkan setiap sudut kamat Gian. Namun, hingga pagi tak nampak wujud manusia itu berada di sana, ke mana dia?

 

Degup jantung ini berpacu semakin hebat, seluruh tubuhku memanas antara tak sanggup dan penasaran saat hendak melihat hasil Vidio CCTV di kamarku, kihirup napas dalam dan mengembuskannya perlahan.

 

Mulai kuputar Vidio rekaman CCTV di kamarku dan Melta, mataku membulat dan tercengang melihatnya, ternyata mereka ....

 

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Kekasih Gelap Istriku Ternyata?   Bab 34.B Tamat

    "Tapi Papa ga tahu di mana mamamu sekarang." Mendengar jawabanku ia menunduk kecewa."Kamu ga usah khawatir Papa akan cari Mama sampai ketemu ya."Ia mendongkak dan menatapku dengan ceria."Terima kasih, Pa, semoga Mama cepat ketemu ya aku sudah kangen sekali.""Aamiin." Aku menganggukkan kepala, sepertinya kali ini harus menemui Om Feri dan Tante Ajeng, mereka lah orang terdekat Melta, dan sudah pasti tahu keberadaannya di mana.Sore hari lepas pulang dari kantor aku segera meluncur ke alamat rumah Om Feri yang dulu, setelah satpam mempersilakan masuk aku duduk di kursi teras."Cari siapa, Mas?" tanya seorang wanita, dari wajah sepertinya dia Amanda anak kedua Om Feri."Ini Amanda 'kan anaknya Om Feri?" tanyaku sambil menatap wanita itu."Iya betul, ini ... Kak Adnan?" ia bertanya sambil mengingat-ingat."Iya betul, kamu berubah ya sekarang."Ia tersenyum saat mendengar beberapa pujian dari bibirku, kami mengobrol sejenak basa-basi dan menanyakan Om Feri, ia mengatakan jika ayahnya

  • Kekasih Gelap Istriku Ternyata?   Bab 34.A

    10 Tahun Kemudian.Hari, tahun dan bulan silih berganti tak terasa kini usia pernikahanku dengan Renata sudah memasuki tahun ke sepuluh, Sandrina telah remaja bahkan pemikirannya hampir sepadan dengan orang dewasa, ia berubah menjadi gadis yang cantik, lembut dan berhijab syar'i seperti ibu tirinya.Renata telah berhasil mendidik anak itu ke jalan yang benar, aku bersyukur memilki dia yang tak pernah mengungkit kekurangan diri ini, ia selalu fokus pada kekurangan dirinya dalam melayani suami.Tak ada anak yang dihasilkan dalam pernikahan kami. Namun, kami dikelilingi oleh empat orang anak sekaligus.Arjuna yang tak lain putranya Haura Rahimahullah, kini telah berusia sepuluh tahun, ia tumbuh menjadi anak yang mandiri dan tidak manja, itu juga berkat didikan dari istriku tercinta.Sedangkan kedua anaknya Syafiq dan Maryam jauh lebih berprestasi dari Sandrina, kini si sulung Syafiq sudah berumur tujuh belas tahun dan sudah menjadi hafiz Qur'an, sedangkan si bungsu Maryam, kini berusia t

  • Kekasih Gelap Istriku Ternyata?   Bab 33.B

    (POV MELTA)Tak ingin lagi menanggapi ocehannya yang pedas, aku melihat cermin yang berada di dinding dekat spring bed tempatku berbaring.Luka bakar wajahku memang sudah pulih. Namun, bekasnya membuat wajah ini terlihat menjadi seram, tak terbayang jika ke luar sana tak mengenakan masker pasti orang-orang akan takut melihatnya.Bukan hanya wajah yang hancur tapi hidupku pun menjadi hancur, jika saja aku tak sedang mengandung mungkin dari kemarin aku sudah mengakhiri hidup ini.Terpuruk tanpa ada seseorang yang memberi kekuatan dan semangat hidup itu terasa menyakitkan, lebih sakit dari pada ditusuk sebuah pedang.Sempat aku berharap agar diri ini mati seperti Gian, ia tak lagi menanggung malu dan cemoohan orang-orang, kenapa ia lenyap semudah itu? setelah semunya hancur tak bersisa.Namun, aku lega karena Justin sudah mendapat hukumannya, yang kudengar dari Om Feri beberapa Minggu yang kalau pria blasteran Amerika itu mengalami depresi, dan selalu mencoba bunuh diri.Aku menyeringai

  • Kekasih Gelap Istriku Ternyata?   Bab 33.A

    (POV MELTA)Sembilan bulan sudah janin ini tumbuh di rahimku, kini waktunya ia keluar melihat dunia yang luas dan indah, perutku sudah terasa mulas, entah mengapa janin ini tetap hidup walau aku banyak stres dan banyak makan makanan yang tidak bergizi.Kuharap bayi yang tak jelas siapa ayahnya ini akan lenyap seiring waktu. Namun, di luar dugaan ia begitu kuat laksana sebuah baja."Bu, tolong! Perutku sakit, kayanya mau lahiran ini!" teriakku pada petugas lapas.Dengan napas yang terengah-engah aku berdiri sambil memegang perut yang sudah membukit ini, berteriak lagi pada petugas lapas yang tak kunjung datang memberi pertolongan."Mulesnya berapa menit sekali?" tanya petugas itu dingin."Sudah sering, ini udah mau lengkap pembukaannya, cepat bawa saya ke rumah sakit.""Ya sudah ayo ikut saya.""Aku ga kuat jalan, Bu, sakit," rintihku, wanita berbadan tinggi itu berdecak kesal."Sebentar saya ambil kursi roda," ujarnya ketus, lalu mendelik sebelum pergi.Begitulah nasibku di sini, dise

  • Kekasih Gelap Istriku Ternyata?   Bab 32.B

    Ya Tuhan, aku tak kuasa melihat deritanya, kupeluk tubuh mungil itu dan mengusap-usap punggungnya."Dia sudah di alam kubur, Sayang, Tante Ara ga akan pulang lagi ke sini, Ina doain supaya Tante Haura dikasih tempat yang paling nyaman di sana."Ia menangis terisak-isak, meraung menginginkan pengasuhnya kembali."Sini sama Nenek, walaupun Tante Ara sudah ga ada tapi 'kanasih ada bayinya, kalau sudah gede Ina bisa jagain Dede bayi pasti Tante Haura seneng di alam sana." Ibu membawa gadis kecil itu ke pangkuannya.Ia masih menangis meluapkan emosinya, aku faham Sandrina pasti sangat kehilangan, tak mudah mengobati luka hatinya yang sudah terlanjur memiliki harapan."Aku mau Tante Ara, Nek, bilang sama dia suruh pulang ke sini lagi," rengek Sandrina, membuat semua mata menangis karenanya."Dia sudah pulang ke pencipta-nya, yaitu Allah, doa in saja ya," bujuk ibu lagi sambil memeluk erat tubuhnya."Jadi Tante Ara ga bakal temenin Ina main lagi? ga bakal pulang ke sini lagi?""Kan masih ada

  • Kekasih Gelap Istriku Ternyata?   Bab 32.A

    "Jangan ngaco kamu, Dati!" bentak ibu tak terima."Anakmu 'kan yang sudah menyebabkan putriku meninggal, jadi kalian harus tanggung jawab, kalau engga aku akan melaporkan masalah ini ke polisi!" teriaknya sambil menyeka ingus dan air mata."Ngelaporin apa lagi? toh anak saya Gian juga lagi dipenjara, dan kamu ga ada bukti sama sekali, kalau mau lapor ya silakan, ga ngaruh ke kehidupan saya dan Adnan!" tegas ibu Ternyata wanita yang berumur senja itu bisa juga berfikir realistis, Bu Dati nampak terbungkam dan melirik suaminya."Ya maksudnya kalian 'kan orang berada seenggaknya kasihlah kami uang untuk biaya tahlilan Haura, gitu lho maksud istriku." Bapak menimpali.Huhh, bilang saja mau duit!"Ya masa cuma buat tahlilan aja harus 1 Milyar, mikir dong, saya bisa laporkan istrimu ke polisi atas kasus pemerasan, mau kamu!" tegas ibu lagi.Sepertinya wanita yang telah melahirkanku itu sangat membenci mantan suaminya, terlihat sekali dari nada suara seolah ada dendam yang membara dalam dad

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status