Home / Romansa / Kekasih Hatiku Sang Tokoh Kedua. / BAB 7 – GADIS BODOH DENGAN HATI TERLALU LEMBUT

Share

BAB 7 – GADIS BODOH DENGAN HATI TERLALU LEMBUT

Author: Za_dibah
last update Last Updated: 2025-07-14 22:50:19

"Ketika takdir mengunci semua pintu, akal adalah kunci terakhir yang mampu membebaskan. Elaria tidak akan lagi menyerah pada naskah yang tak adil."

***

Kereta kuda keluarga Thorne terasa dingin dan sunyi di perjalanan pulang. Elaria duduk bersandar, matanya menatap kosong ke luar jendela. Rintik hujan masih membasahi kaca, seperti air mata yang tak henti jatuh.

Pesta emas itu meninggalkan luka yang lebih dalam dari sekadar sepatu basah atau gaun ternoda. Harga dirinya hancur berkeping-keping. "Bodoh sekali aku," gumamnya, bibirnya bergetar.

Ia telah melihat Kaelion, sedekat itu. Namun, jarak takdir antara mereka terasa tak terlampaui. Kaelion bahkan tak meliriknya, tak ada secuil pun pengakuan di mata obsidian itu.

"Hanya figuran, persis seperti yang kubaca," desis Elaria, mengepalkan tangan. Amarah mulai membakar rasa malunya. "Tapi aku bukan figuran biasa! Aku adalah Laurenta Wallace!"

Frustrasi menggerogoti setiap sel tubuhnya. Ia sudah mencoba. Ia sudah mengerahkan keberaniannya. Namun, hasilnya adalah penghinaan dan perasaan tak terlihat.

"Pesta itu adalah bencana, Lady Elaria," suara Clara memecah keheningan begitu mereka tiba di Estate Thorne. "Tuan Viscount sangat kecewa. Anda harus lebih hati-hati di masa depan."

Elaria tak menjawab. Ia melangkah melewati Clara, langsung menuju kamarnya. Ia tidak butuh ceramah. Ia butuh jawaban, dan yang terpenting, ia butuh rencana.

Di dalam kamar, Elaria membuka jendela lebar-lebar, membiarkan angin dingin menusuk kulitnya. Ia menatap taman yang basah kuyup, pikirannya berputar cepat.

"Menyerah? Tidak. Itu bukan diriku," ia berucap tegas pada dirinya sendiri. "Aku hanya butuh strategi yang lebih baik."

Ia duduk di meja belajarnya, mengambil pena bulu dan kertas perkamen kosong. Naskah Heart's Companion yang asli, ia ingat betul, berpusat pada Leona dan Pangeran Aerion. Kaelion hanyalah pelengkap, seorang pangeran yang patah hati.

"Jika aku tidak bisa mendekatinya secara langsung... maka aku harus mendekati siapa pun yang dekat dengannya," gumam Elaria. Matanya menyipit. "Aku harus menjadi sahabat mereka."

Ia mulai mencatat nama-nama karakter penting dalam novel. Pelayan setia Kaelion, beberapa sepupu jauh yang sering berinteraksi dengannya, atau bahkan teman-teman Leona yang sering bertemu Kaelion.

"Itu rencana yang gila," bisiknya, namun ada kilatan tekad di matanya. "Tapi itu mungkin satu-satunya cara untuk meretas narasi ini."

Rencananya sederhana namun ambisius: Ia akan menjadi gadis paling dicintai di lingkaran sosial Kaelion. Gadis yang semua orang ingin ajak bicara, gadis yang bisa pergi ke mana saja dan berbicara dengan siapa saja.

"Aku akan mengubah diriku," tekadnya. "Dari Elaria yang tidak penting, menjadi Elaria yang tak tergantikan."

Hari-hari berikutnya di Estate Thorne berubah menjadi medan latihan yang brutal. Elaria mulai mempelajari siasat sosial para bangsawan dengan intensitas baru. Bukan lagi hanya etiket dasar, melainkan seni persuasi, intrik, dan manipulasi halus.

Ia mengintip interaksi pelayan, mendengarkan gosip di dapur, dan membaca surat-surat lama yang tersimpan di ruang arsip. Ia mencari celah, jalur yang bisa dimasuki oleh figuran.

Namun, setiap langkahnya terasa canggung. Elaria yang terbiasa dengan kebebasan di dunia nyata, sering kali melanggar etiket. Ia masih hampir menumpahkan teh pada gaun mahal, ia masih lupa cara membungkuk yang benar.

Ia juga terlalu sering berbicara dengan pelayan seolah mereka setara. "Aku harus lebih hati-hati," pikirnya, merasa kaku.

Hal ini hanya membuat para pelayan semakin heran. "Lady Elaria ini... sungguh aneh," bisik seorang pelayan muda pada Clara. "Ia bahkan mencoba berbicara padaku seperti seorang teman."

Clara mengangguk setuju. "Viscount Thorne juga mengeluh. Dia bilang Lady Elaria terlalu sering bertanya tentang urusan di luar perkebunan."

Laurenta, jiwa di balik mata Elaria, merasa frustrasi. Ia terbiasa dengan dunia di mana ia bisa menjadi dirinya sendiri. Kini, ia harus mengenakan topeng di setiap detiknya.

"Ini sungguh sulit," keluhnya, menatap pantulan dirinya di cermin. "Aku merasa seperti boneka yang dipaksa menari."

Setiap malam, ia akan mencoret-coret rencana di buku hariannya.

"Bagaimana cara membuat Lord Avery menyukaiku? Bagaimana mendekati Lady Sera?" Ia menuliskan skenario, dialog, dan respons yang mungkin terjadi.

"Ini seperti permainan catur," gumamnya, mencoba melihat setiap kemungkinan. "Hanya saja, pion di sini adalah diriku."

Ia berdiri di depan jendela, menatap langit. "Aku harus menemukan cara," bisiknya penuh tekad. "Aku harus menemukan celah dalam naskah ini."

"Aku akan menuliskan namaku sendiri di sini, meski aku harus menghancurkan semua kebisuan ini," janjinya. "Aku akan buktikan, figuran pun bisa menjadi pahlawan."

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Kekasih Hatiku Sang Tokoh Kedua.   BAB 12 – LANGKAH DUA YANG PATAH

    "Nurani adalah cermin jiwa, memantulkan kebenaran yang tak kasat mata. Di tengah kekelaman tuduhan, sebuah hati yang berani bersinar, menerangi jalan bagi yang terpinggirkan." *** Keterasingan menjadi teman Elaria setelah insiden pesta dan kontes berburu. Undangan ke jamuan makan dan acara sosial berhenti total. Viscount Thorne masih murka, dan Clara terus mengawasinya seperti elang. Elaria menghabiskan hari-harinya di taman istana, membaca buku atau mencoba melukis. Ia merasa seperti burung dalam sangkar emas, tak terlihat, tak penting. "Aku tak bisa terus begini," bisiknya pada bunga mawar. "Aku harus menemukan cara. Bukan untuk membuat mereka terkesan, tapi untuk diriku sendiri." Ia merindukan dunianya yang dulu, di mana tawa dan kejujuran adalah hal yang wajar, bukan sebuah keanehan. Di sini, ia harus berhati-hati dengan setiap kata dan gerak-gerik. Suatu pagi yang dingin, Viscount Th

  • Kekasih Hatiku Sang Tokoh Kedua.   BAB 11 – TUNANGAN SANG PANGERAN

    "Cinta adalah pisau bermata dua. Ia mengukir nama di hati, namun juga merobeknya saat takdir memilih jalan yang berbeda. Di tengah gemuruh sorak-sorai, dua hati hancur dalam diam." *** Berita pertunangan Pangeran Aerion Vaelhardt dan Lady Leona menyebar bagai api. Pengumuman resmi itu menggema di seluruh penjuru Caelum, menjadi topik utama di setiap meja makan bangsawan, di setiap kedai kopi, bahkan di telinga rakyat jelata. Elaria mendengarnya dari bisikan para pelayan di Estate Thorne. "Lady Leona dan Pangeran Aerion akan bertunangan!" Mereka berkata dengan riang, tak menyadari beban di hati Elaria. Hatinya mencelos. Ia tahu hari ini akan tiba, namun mendengarnya secara langsung tetap terasa seperti hantaman. "Ini sudah dimulai," gumamnya, bibirnya bergetar. Ia ingat jelas adegan ini di novel. Sebuah upacara megah di plaza utama, disaksikan ribuan pasang mata. Kaelion, sang Duke yang pendiam

  • Kekasih Hatiku Sang Tokoh Kedua.   BAB 10 – DINDING YANG TAK MAU RETAK

    "Ada dinding yang dibangun bukan dari batu, melainkan dari kesepian yang dalam. Dan Elaria, dengan segala kegilaannya, bertekad merobohkan dinding itu, batu demi batu." *** Malam-malam setelah jamuan makan yang memalukan itu, Elaria menghabiskan waktunya merenung. Kata-kata Kaelion di hutan, tatapannya yang kosong di balkon, dan cemoohan para Lady di pesta, semuanya berputar di benaknya. "Dia kesepian," bisiknya pada diri sendiri, menatap pantulan wajahnya di cermin. "Aku melihatnya. Di balik semua dinginnya." Tekadnya semakin menguat. Ia tidak akan menyerah hanya karena Kaelion menganggapnya aneh, atau karena para bangsawan menertawakannya. Ia pernah membaca, di dunia asalnya, ketekunan sering kali berbuah manis. "Jika dia tidak bisa melihatku, aku harus membuatnya melihatku," gumam Elaria, menyusun rencana baru. *** Pagi itu, Elaria meminta Lyssa untuk membantunya. "Lyssa, aku ingin mengirimkan bunga ini ke Istana Nightborne. Untuk Duke Kaelion." Ia memegang seikat bunga sil

  • Kekasih Hatiku Sang Tokoh Kedua.   BAB 9 – TAWAKU TAK DIINGINKAN DI DUNIA INI

    "Bahkan tawa yang paling tulus pun bisa menjadi sumbang di telinga yang salah. Di dunia penuh topeng, kejujuran adalah pengkhianatan paling menyakitkan." *** Pergelangan kaki Elaria masih terasa nyeri, namun luka di hatinya jauh lebih sakit. Pertemuan di hutan dengan Kaelion meninggalkan bekas yang dalam. Kata-kata dingin pria itu, "Kau sebaiknya tidak mencoba berada di jalur kami," terus terngiang. "Jalur kami? Memangnya aku pengganggu?" gumam Elaria pahit, saat Clara membalut pergelangan kakinya. "Aku hanya ingin membantu!" Clara hanya menatapnya dengan tatapan "sudah kuduga". Elaria tahu, Clara pasti sudah melaporkan semuanya pada Viscount Thorne. Ia siap menerima omelan lagi. Namun, yang datang bukanlah omelan, melainkan undangan lain. Viscount Thorne, entah mengapa, memutuskan untuk membawa Elaria ke jamuan makan malam penting yang diselenggarakan oleh salah satu keluarga bangsawan terkemuka. "Ini kesempatanmu untuk memperbaiki kesan buruk," kata Viscount Thorne, wajahnya d

  • Kekasih Hatiku Sang Tokoh Kedua.   BAB 8 – SI GILA YANG TAK PUNYA TEMPAT

    "Di antara rerimbunan hutan, sebuah takdir mencoba mengukir jalannya sendiri. Ia tersesat, terjatuh, namun justru di sanalah ia menemukan pandangan mata yang telah lama ia dambakan." *** Musim gugur perlahan menyelimuti Caelum. Daun-daun berubah warna menjadi emas dan merah, jatuh satu per satu, seolah ikut menari dalam kesunyian. Udara pagi terasa renyah, membawa aroma tanah basah dan kebebasan. Elaria memandang daftar acara yang ditempel di papan pengumuman Istana Thorne. Sebuah kontes berburu tahunan untuk kaum bangsawan akan segera diadakan di hutan kekaisaran. Ini adalah acara yang biasanya diikuti oleh para pria, atau Lady yang memiliki keterampilan berkuda dan memanah yang mumpuni. "Kesempatan," gumamnya, matanya berbinar. "Pasti ada Kaelion di sana." Ia tahu, berdasarkan novel Heart's Companion, Kaelion Vaelhardt selalu ikut dalam kontes berburu. Ini adalah salah satu dari sedikit kesempatan di mana ia keluar dari bayang-bayang istana dan menunjukkan keterampilannya. "Ba

  • Kekasih Hatiku Sang Tokoh Kedua.   BAB 7 – GADIS BODOH DENGAN HATI TERLALU LEMBUT

    "Ketika takdir mengunci semua pintu, akal adalah kunci terakhir yang mampu membebaskan. Elaria tidak akan lagi menyerah pada naskah yang tak adil." *** Kereta kuda keluarga Thorne terasa dingin dan sunyi di perjalanan pulang. Elaria duduk bersandar, matanya menatap kosong ke luar jendela. Rintik hujan masih membasahi kaca, seperti air mata yang tak henti jatuh. Pesta emas itu meninggalkan luka yang lebih dalam dari sekadar sepatu basah atau gaun ternoda. Harga dirinya hancur berkeping-keping. "Bodoh sekali aku," gumamnya, bibirnya bergetar. Ia telah melihat Kaelion, sedekat itu. Namun, jarak takdir antara mereka terasa tak terlampaui. Kaelion bahkan tak meliriknya, tak ada secuil pun pengakuan di mata obsidian itu. "Hanya figuran, persis seperti yang kubaca," desis Elaria, mengepalkan tangan. Amarah mulai membakar rasa malunya. "Tapi aku bukan figuran biasa! Aku adalah Laurenta Wallace!" Frustrasi menggerogoti setiap sel tubuhnya. Ia sudah mencoba. Ia sudah mengerahkan keberania

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status