Chapter: BAB 68 – TINTA YANG BERDARAH, CINTA YANG BERDURI"Cinta adalah puisi yang ditulis oleh hati, tetapi ketika tinta itu adalah darah dan setiap kata adalah duri, ia menjadi sebuah pertempuran. Perang antara takdir yang tertulis dan takdir yang diperjuangkan, di mana setiap napas adalah sebuah pilihan dan setiap sentuhan adalah pengorbanan." *** Suara Leona menghilang, seolah tertelan oleh keheningan. Cermin itu kembali normal, memantulkan wajah Elaria yang pucat, mata yang dipenuhi air mata, dan bahu yang bergetar. Ia berdiri sendirian di tengah ruangan, didera kenyataan pahit yang baru saja ia dengar. Ia adalah figuran, ia telah merusak takdir, dan kini ia harus pergi, atau menyaksikan dunia yang ia cintai hancur. Elaria memeluk dirinya sendiri, merasakan dinginnya kesunyian setelah badai. Ia tidak tahu apa yang harus ia lakukan. Pilihan yang diberikan padanya terlalu berat. Pergi dan meninggalkan Kaelion, atau tetap di sini dan melihat dunia mereka hancur. Ia tidak bisa membiarkan Kaelion mengorb
Terakhir Diperbarui: 2025-09-23
Chapter: BAB 67 – LEONA, GADIS DARI REALITA"Sebuah cerita adalah panggung yang hidup, dan di atas panggung itu, ada jiwa-jiwa yang menari. Tetapi, apa jadinya jika salah satu penari itu adalah sang pengarangnya sendiri? Ketika sang pencipta berhadapan dengan ciptaannya yang hidup, takdir bukan lagi sebuah jalan, melainkan sebuah medan perang." *** Elaria merasakan suara Leona, gadis dari cermin. Elaria tidak takut lagi. Ia tidak akan membiarkan dirinya ditakuti oleh suara. Ia akan melawan, ia akan berjuang. Ia telah melihat Kaelion menderita, dan ia tidak akan membiarkannya menderita lagi. Kaelion tertidur pulas. Wajahnya terlihat damai, ia tidak menyadari bahwa di balik keheningan, terjadi perang. Perang antara takdir dan cinta. Perang antara dunia nyata dan dunia fiksi. Elaria bangkit kembali. Ia berjalan ke meja rias, ia duduk di depan cermin, lalu menatap pantulan dirinya, ia merasakan hatinya berdebar. Ia harus melakukannya dan menghadapi Leona, ia harus menghadapi takdir.
Terakhir Diperbarui: 2025-09-22
Chapter: BAB 66 – SUARA DARI BALIK CERMIN"Sebuah refleksi bukanlah sekadar bayangan; ia adalah cermin jiwa, tempat kebenaran tersembunyi. Namun, apa jadinya jika di balik cermin itu, sebuah suara berbicara, bukan dari alam sana, melainkan dari dunia yang telah lama dilupakan? Dan di antara dua realitas, hanya satu yang bisa bertahan." *** Malam itu, setelah Kaelion dan Elaria kembali dari Menara Ilmu, ketakutan Elaria tidak hilang. Buku "Cermin Dua Alam" telah memberikan validasi pada ketakutannya, tetapi ia juga memberikan pertanyaan baru yang menyakitkan: apa harganya? Kaelion, dengan cinta yang tulus, bersumpah untuk membayar harga itu, tetapi Elaria tidak akan membiarkannya. Ia tidak akan membiarkan Kaelion mengorbankan hal lain. Kaelion tertidur pulas, wajahnya terlihat damai. Elaria mengamati wajahnya, membelai rambutnya dengan lembut. Betapa bahagianya ia jika Kaelion tidak terlibat dalam semua ini, jika Kaelion tidak harus merasakan kehampaan dan retakan di langit. Betapa bahagianya
Terakhir Diperbarui: 2025-09-20
Chapter: BAB 65 – BUKU TUA DI MENARA ILMU"Pengetahuan adalah cermin yang memantulkan takdir. Namun, terkadang, cermin itu retak, dan di antara serpihan-serpihannya, sebuah kebenaran yang tersembunyi terungkap. Di antara debu dan buku-buku tua, Kaelion dan Elaria mencari jawaban, hanya untuk menemukan bahwa takdir mereka telah ditulis di tempat yang tidak pernah mereka duga." *** Kaelion memeluk Elaria erat. Kata-katanya, "Aku akan mencintaimu, terlepas dari siapa dirimu," bergema di telinga Elaria. Itu adalah jawaban yang tulus, sebuah janji yang tak terucapkan. Meski begitu, janji itu tidak bisa menghentikan suara mesin ketik yang berdetak di kepalanya. Ia merasakan kehangatan pelukan Kaelion, tetapi hatinya terasa kosong, diliputi ketakutan. "Aku akan selalu ada di sini," Kaelion berbisik, ia mencium kening Elaria. "Kau tidak sendirian." Kaelion tertidur pulas. Elaria tidak. Ia tidak bisa. Ia membebaskan diri dari pelukannya, dan berjalan
Terakhir Diperbarui: 2025-09-19
Chapter: BAB 64 – SIAPA AKU SEBENARNYA?"Sebuah panggung yang selama ini terasa nyata kini menunjukkan celah di antara tirainya. Ketika sebuah cerita mulai dipertanyakan, sang pemeran utama mendapati dirinya terperangkap di antara dua realitas. Dan di antara suara-suara mesin ketik yang tak terdengar, ia bertanya: apakah cinta ini… hanyalah tinta di atas kertas?" *** Kehidupan di istana telah menemukan ritmenya, namun bagi Elaria, melodi itu mulai terdengar sumbang. Di balik senyumnya yang terukir, ada ketakutan yang menggerogoti. Gejala-gejala aneh dari dunia yang retak kini tidak hanya terlihat di langit, melainkan langsung menyerang dirinya. Suatu pagi, saat ia hendak menunjuk ke arah cangkir teh, pelayan yang berada di sana berkedip. Bukan, bukan pelayan itu yang berkedip, melainkan wajahnya. Sejenak, wajah pelayan itu menghilang, digantikan oleh kekosongan abu-abu yang buram. Elaria menarik tangannya, jantungnya berdegup kencang. Ketika ia mengedipkan mata, wajah pelayan itu kembali,
Terakhir Diperbarui: 2025-09-18
Chapter: BAB 63 – RAJA YANG MERASAKAN HAMPA "Sebuah tahta yang dibangun di atas cinta takkan pernah goyah oleh badai. Namun, apa jadinya jika badai itu bukanlah dari dunia yang sama? Ketika sebuah dunia, yang selama ini hanyalah panggung, mulai menunjukkan retakannya, bahkan seorang raja pun akan merasakan kekosongan yang tak terjelaskan." *** Hari-hari di istana berjalan seperti mimpi yang indah. Kaelion, sang Raja, memimpin dengan bijaksana, dan Elaria, sang Ratu, adalah cahaya di sisinya. Tetapi di balik kedamaian yang terasa sempurna itu, ada keretakan yang tak terlihat, sebuah melodi sumbang yang hanya bisa dirasakan oleh Kaelion. Pertama, ia menyadari waktu terasa aneh. Suatu hari, saat sedang rapat dewan, ia melihat seorang bangsawan mengusap hidungnya. Ia menoleh sebentar, lalu ketika ia menatap kembali, bangsawan itu mengulangi gerakan yang sama, persis seperti detik yang terulang. Kaelion mengabaikannya, berpikir ia hanya kelelahan. Tetapi hal itu terus berlanju
Terakhir Diperbarui: 2025-09-18
Chapter: Bab 10: Ungkapan Hati Yang TerpendamAmara kembali ke kantor menjelang pukul empat sore. Meja kerjanya terasa aneh; semua yang baru saja ia alami di rumah sakit, tatapan tajam Darian, kata-kata Dokter Anton tentang "puasa" sperma, dan rasa asing saat berada satu mobil dengan suaminya, terasa seperti mimpi buruk. Ia memaksakan diri fokus pada layar komputer, tetapi pikirannya terus berputar. Lina meliriknya dari balik monitor. "Ada apa, Amara? Wajahmu terlihat tegang. Apakah urusannya berat?" "Tidak ada, hanya saja masih kepikiran," jawab Amara, tanpa menoleh. "Kau harus buru-buru pulang dan istirahat lebih banyak. Sudah hampir pukul lima," bisik Lina mengingatkan, sambil melirik jam di ponselnya. Amara mengangguk. Ia mengepak tasnya, memastikan paper bag berisi suplemen dari Darian tersembunyi dengan baik. Ia tidak tahu mengapa, tetapi ia tidak ingin Lina atau siapa pun melihat bahwa Darian lah yang membelikan itu. Tepat pukul 16:55, Amara sudah berada di lobi, menunggu taksi. Ia berhasil pulang tepat wakt
Terakhir Diperbarui: 2025-09-25
Chapter: Bab 9: Medis lanjutan.Malam menyelimuti penthouse, hanya menyisakan kerlip lampu kota yang masuk dari jendela kaca besar. Suara pintu lift berdenting pelan, diikuti langkah kaki yang berat dan teratur di lantai marmer. Darian pulang. Amara berdiam di kamarnya di lantai atas, tak berniat turun. Ia tahu jam kerja Darian sering tak menentu, dan ia sudah memutuskan untuk menjaga jarak, sesuai dengan kontrak. Ia membuka buku catatan yang dibawanya dari apartemen. Halamannya sudah penuh dengan coretan dan rencana, semua tentang bagaimana ia akan menjalani hidup baru ini. Hidup yang ia perjuangkan mati-matian. Tepat saat ia hendak meraih gelas berisi air putih, ternyata gelas itu sudah kosong. Akhirnya dengan terpaksa ia memberanikan diri melangkah turun menuju dapur. Lantai marmer terasa dingin di telapak kakinya, tangga spiral itu membawanya ke lantai bawah. Tiba-tiba, ia mendengar suara dari ruang tengah. "Belum tidur?" tanya Darian, tanpa menoleh.
Terakhir Diperbarui: 2025-09-22
Chapter: Bab 8: Hari pertama di Penthouse.Matahari siang menyorot tajam melalui tirai besar penthouse. Cahaya keemasan menembus celah-celahnya, jatuh di atas karpet tebal berwarna krem, memantul di permukaan marmer yang dingin. Heningnya ruangan terasa menekan seperti udara sebelum badai. Amara berdiri di depan lemari pakaian di kamar atas, baru saja menata beberapa barang. Tangannya berhenti di atas lipatan terakhir gaun tidur berwarna pastel. Napasnya keluar panjang. Ia menatap bayangannya di cermin besar: wajah pucat, mata yang tampak letih. Suara jam di dinding berdetak pelan, tetapi di telinganya terdengar lebih keras. Heningnya penthouse itu membuat tiap detik terasa berderak. Tak tahan dengan rasa sunyi yang makin menggumpal, Amara memutuskan turun ke lantai bawah. Pegangan tangga spiral terasa sejuk di telapak tangannya. Baru menapaki anak tangga kedua, aroma sedap langsung menyapa hidungnya: wangi kaldu sayur bercampur tumisan bawang putih. Perutnya berdesir lapar. Ia mempercepat langkah, seperti ditarik aroma
Terakhir Diperbarui: 2025-09-21
Chapter: Baba 7: Awal Hidup Amara.Langit pagi kota itu berwarna pucat, kabut tipis menyelimuti jalanan. Udara dingin menusuk kulit. Amara berdiri di depan apartemen mungilnya dengan koper dan beberapa kotak besar di sekitarnya. Taksi yang ia pesan sudah terparkir, bagasi terbuka menunggu barang-barangnya dimasukkan. Tanpa banyak bicara, ia membantu sopir memasukkan barang-barangnya, lalu duduk di kursi belakang. "Ke kantor catatan sipil, Pak." "Baik Nona." Taksi itu meluncur membelah jalanan yang masih lengang menuju Kantor Catatan Sipil, tempat resmi pencatatan pernikahan. Bangunannya berarsitektur modern dengan nuansa merah dan emas khas tradisi setempat. Dinding kaca besar memantulkan cahaya matahari yang baru terbit. Di dalam, loket-loket pendaftaran, bilik foto, dan kursi tunggu berderet rapi. Aroma kayu manis dari dupa kecil di pojok ruangan bercampur dengan wangi kopi dari mesin otomatis di sudut. Amara melangkah masuk, wajahnya tetap datar. Di sekelilingnya pasangan-pasangan tampak bahagia: ada
Terakhir Diperbarui: 2025-09-20
Chapter: Bab 6: Hambar, sama seperti wajahnya.Amara menatap layar ponselnya sekali lagi. Pesan singkat itu hanya berisi dua kata: Ke ruanganku sekarang. Ia menarik napas panjang, merapikan kertas-kertas di mejanya, lalu berdiri. Langkahnya terasa berat saat menuju lift. Detik demi detik di dalam kotak logam itu terasa lebih lama dari biasanya, hingga akhirnya pintu terbuka tepat di depan ruangan sang CEO. Pintu kaca besar membentang, tulisan “Ruangan Ceo" membuat jantungnya berdegup lebih cepat. Amara mengetuk pelan, mendengar suara datar dari dalam. “Masuk.” Ia mendorong pintu. Ruangan luas itu terasa sunyi dan dingin, wangi kopi hitam samar tercium. Darian sudah duduk di balik mejanya, jas abu tua membungkus tubuhnya sempurna. Tatapannya menusuk seperti biasa, dingin, tak terbaca. “Duduk.” Suaranya singkat, tak memberi ruang untuk menawar. Amara duduk di kursi depan meja. Tangannya meremas rok kerjanya di pangkuan, mencoba menahan gugup. Ia belum mengerti kenapa bosnya memanggilnya lagi. Darian menatapnya sejenak,
Terakhir Diperbarui: 2025-09-15
Chapter: Bab 5: Sewa RahimRuangan mendadak terasa lebih sunyi setelah kata “sewa rahim” terucap. Bunyi pendingin ruangan yang semula samar kini terdengar jelas. Amara duduk kaku di kursinya, jemarinya saling menggenggam erat di pangkuan. Darian tetap berdiri di dekat jendela, punggungnya lurus, tatapannya tak terbaca. Dokter Anton berdehem pelan, berusaha mencairkan ketegangan. “Baik, kita tidak akan langsung mengambil langkah itu,” ujarnya hati-hati. “Hari ini kita mulai dari pemeriksaan awal. Tes darah lengkap, hormon, USG transvaginal. Setelah hasilnya keluar, kita akan jadwalkan stimulasi ovarium untuk pengambilan sel telur. Biasanya memakan waktu dua minggu sebelum prosedur IVF pertama dilakukan.” Amara mengangguk kecil, masih berusaha mencerna. “Dua minggu…” ia mengulang pelan. “Kami akan memberikan resep obat hormon untuk menyiapkan tubuh Anda,” lanjut Dr. Anton. “Ada vitamin, ada injeksi harian, juga beberapa pembatasan pola makan. Semua agar proses IVF nanti memiliki peluang lebih tinggi.”
Terakhir Diperbarui: 2025-09-15