LOGIN"Di antara helaian waktu yang kian menipis, cinta tak pernah berhenti mengeja maknanya. Takhta yang dulu berupa emas kini berubah menjadi pelukan hangat, dan mahkota yang dulu berat kini menjelma menjadi tawa seorang anak. Dalam setiap detik menuju janji suci, ada sebuah dunia baru yang sedang dibangun, dunia di mana panggilan sederhana adalah kedaulatan tertinggi bagi hati yang telah lama mengembara." *** Pagi itu, Mansion Vaelhardt bermandikan cahaya matahari keemasan yang menembus jendela kaca besar di ruang makan. Aroma roti panggang dan selai stroberi memenuhi udara, menciptakan suasana rumah yang begitu kental. Eliana duduk perlahan, menyesap teh camomile-nya sembari mengusap perutnya yang kian menonjol. Elias, atau Kaelion bagi jiwanya—duduk di ujung meja, tampak gagah meskipun hanya mengenakan kemeja santai yang lengannya digulung. "Elias, kau sudah melihat daftar menu untuk hari Jumat nanti?" tanya Eliana lembut, memecah keheningan yang nyaman. Elias mendongak dari
"Cinta sejati tidak pernah menoleh ke belakang, tetapi ia menghormati jejak yang ditinggalkan. Bagi Kaelion, setiap sudut di mansion ini adalah peta menuju Ratu-nya. Di antara kemewahan yang ia ciptakan dan kehangatan yang Eliana berikan, ia merajut kembali kisah mereka, berharap aroma kebun anggur dan bunga dapat membangkitkan senyum Elaria, tanpa memaksa Eliana mengingat luka lama."***Tiga hari berlalu cepat, diselimuti oleh suasana persiapan yang menyenangkan dan damai. Eliana, yang kini bebas dari beban terapi, tampak semakin bersinar, seperti bunga yang mekar penuh. Kehamilannya yang menginjak lima bulan membuat auranya memancarkan kelembutan yang memabukkan Kaelion.Mereka berada di ruang ganti utama, di mana tiga pilihan gaun sutra berwarna crème digantung. Eliana memilih gaun A-line yang sederhana, menolak sentuhan yang terlalu glamor."Aku suka yang ini, Elias," kata Eliana, memegang gaun itu. Matanya berbinar menatap pantulan dirinya di cermin. "Anggun, tapi tidak tera
"Cincin yang melingkari jari adalah janji yang membisikkan kepastian. Eliana, Sang Ratu, telah mengumpulkan kembali kepingan pengorbanan terbesarnya, namun ia memilih untuk tidak lagi memaksakan ingatan yang tidak perlu. Di antara hangatnya persiapan pernikahan dan rutinitas baru; sekolah Carlo dan toko bunga yang terurus, ia menyambut masa depan, menyadari bahwa takdir terbesarnya ada di sisi pria yang kini menjadi suaminya."***Cahaya matahari pagi menyelinap masuk melalui jendela, menerangi jari manis Eliana yang kini dihiasi cincin berlian replika. Itu bukan hanya replika cincin pernikahan Nightborne; itu adalah simbol dari janji baru mereka, yang diucapkan oleh Elias.Eliana tersenyum, menyentuh cincin itu lembut. Ia merasa ringan, seolah beban berton-ton telah terangkat dari pundaknya. Trauma perpisahan semalam terasa menyakitkan, tetapi ia mengerti alasannya.Kaelion, yang kini tidur dengan tangan melingkari pinggang Eliana, tersenyum dalam tidurnya, merasakan ketenangan R
"Takdir selalu menuntut harga tertinggi. Bagi Eliana, harga kebahagiaan Kaelion adalah kepergian yang sunyi. Namun, di antara kepingan ingatan yang hancur, terbit kesadaran bahwa pengorbanan terbesarnya berakar pada cinta sejati. Di momen kerentanan itulah, Kaelion, Sang Raja yang tak sabar, memutuskan untuk mengikat kembali Ratu-nya, bukan dengan takhta, melainkan dengan janji di dunia yang baru."***Pagi itu, Kaelion dan Eliana bangun dari ranjang yang sama. Keintiman fisik mereka masih terbatas, tetapi keintiman emosional yang terjalin terasa begitu padat. Kaelion, meskipun terlihat tenang di hadapan Eliana, merasakan lonjakan adrenalin. Hari ini adalah hari krusial.Eliana menyentuh pipi Kaelion. "Terima kasih, Elias. Cerita semalam... itu membuatku tenang. Aku tahu aku tidak pergi karena kita kalah. Aku pasti pergi karena alasan yang lebih besar," katanya, matanya kini dipenuhi kesiapan yang lebih besar, berkat strategi Kaelion."Itu benar, Sayang. Kau adal
"Waktu tidak selalu menyembuhkan, kadang kala ia hanya menunda. Di antara detak jantung yang berdebar karena gairah yang baru dikenang dan ketakutan akan kehilangan yang akan datang, Eliana menemukan dirinya terperangkap dalam jeda yang kejam. Kaelion, Sang Penjaga yang kini berbagi ranjang, menggunakan dua hari ini untuk membangunkan fondasi kepercayaan, memastikan bahwa ketika trauma besar datang, Ratu-nya akan ingat bahwa cinta mereka abadi, dan akan selalu, dihati." *** Eliana terbangun oleh suara napas yang teratur di sampingnya. Ia berbalik, menemukan Kaelion (Elias) berbaring miring menghadapnya, mata obsidiannya tertutup damai. Wajahnya yang tegang dan penuh kekhawatiran semalam kini terlihat tenang dalam cahaya pagi yang lembut. Ia menatap pria itu lama. Tadi malam, ia tidur nyenyak, pertama kalinya dalam waktu yang lama. Kehangatan tubuh Kaelion, kehadiran fisiknya, membantunya melawan teror ingatan yang melompat-lompat acak. "Bagaimana mungkin seorang pria yang
"Pikiran yang terluka menolak urutan waktu. Ingatan tidak lagi mengalir linier; ia melompat ke puncak emosi, mencari rasa sakit terhebat atau kebahagiaan tertinggi. Bagi Eliana, sesi kedua adalah terjangan gelombang yang membawa fragmen cinta yang begitu nyata, hingga batas antara terapi dan gairah menjadi kabur. Dr. Emil, Sang Penuntun, harus berlayar di lautan kenangan yang kacau balau." *** Pagi itu, Kaelion Vaelhardt masih duduk di sisi ranjang, berbaring miring menghadap Eliana. Jarak di antara mereka tetap terjaga, tetapi kehadirannya memberikan Eliana ketenangan mendalam. Ia bangun sebelum Eliana, wajahnya pucat karena ia tidak tidur nyenyak, memilih untuk menjaga Ratu-nya. "Kau tidak tidur sama sekali, Elias?" tanya Eliana saat ia terbangun, suaranya lembut, disentuh oleh kehangatan yang tak terlukiskan. Kaelion tersenyum, senyum lelah yang tulus. "Aku sudah berjanji, Eliana. Aku harus membuktikan padamu bahwa aku nyata, dan aku tidak sekarat," Kaelion berbisik, mem







