Share

Bab 3

Penulis: Melissa Z
Makan malam selesai.

"Mirella, kamu juga ikut." Suara Dante memanggil dari atas tangga.

Aku menengadah. Dia sedang membantu Sabrina memakai mantelnya, gerakannya lembut, sesuatu yang tak pernah dia lakukan padaku. Rasanya seperti menelan asam.

"Tentu saja." Dia menatapku, matanya dingin bagai es. "Kamu spesialis intel terbaikku. Saatnya berkenalan dengan bos barumu."

Mobil lapis baja menunggu di luar.

Aku bergerak secara naluriah menuju kursi penumpang depan. Sekali pandang dari Dante menghentikanku.

"Di belakang," katanya.

Sabrina menggenggam lengannya dan masuk ke baris tengah yang luas.

Aku pun didorong ke pojok baris belakang. Diperlakukan seperti tambahan.

Mobil itu melaju ke dalam gelapnya malam Kota Luminara.

Peluru pertama menghancurkan kaca depan tanpa peringatan.

"Tiarap!" teriak Mario, memutar setir dengan keras.

Tembakan meledak dari segala arah, peluru menghantam mobil seperti hujan es.

"Sial!" Dante mengeluarkan pistolnya. "Ini Keluarga Nugraha!"

Aku mengeluarkan Glock-ku dan menembak balik lewat jendela belakang. Sabrina menjerit dan meringkuk di pelukan Dante. Dia membalas tembakan sambil melindungi Sabrina dengan tubuhnya.

"Tenang, Sayang. Aku di sini."

Ban belakang meledak. Mobil berputar tak terkendali menuju dinding.

Lalu aku melihatnya. Seorang penyerang di terowongan samping, mengangkat RPG ke bahunya.

"Roket!" Aku berteriak.

Waktu melambat.

Roket melesat ke arah kami, meninggalkan jejak api.

Dalam sekejap itu, Dante membuat pilihannya.

Dia meraih Sabrina, menekannya ke bawah tubuhnya, menggunakan punggungnya sebagai perisai.

Lalu, dia mengangkat kakinya.

Dan dengan sekuat tenaga, dia menendang. Bukan ke musuh. Melainkan ke arahku.

Sepatunya menghantam pintu di sampingku, dan kekuatan itu melontarkanku keluar dari mobil. Aku menghantam aspal dan terguling. Dunia menjadi kabur oleh rasa sakit dan beton.

"Tidak..."

BUMM.

Bola api menelan segala yang ada di belakangku.

Gelombang panas melemparku ke dinding terowongan.

Pecahan kaca dan logam berjatuhan, mengiris kulitku.

Aku merasakan sakit tajam dari tulang rusuk yang patah. Darah hangat mengalir dari dahiku, mengaburkan penglihatanku.

Pikiran terakhirku sebelum gelap menyelimutiku, aku melihat Dante merangkak keluar dari reruntuhan, Sabrina aman di pelukannya.

Setelannya robek, tetapi matanya tajam.

Dia dengan lembut mengelus rambut Sabrina, bergumam padanya, lalu berlari bersamanya ke tempat aman.

Dia bahkan tidak menoleh ke belakang. Dia tak pernah menoleh ke belakang...

Aku terbaring di tanah yang dingin, mendengarkan suara api yang menggerogoti logam.

Lalu kegelapan menelanku.

Saat aku membuka mata, aku berada di rumah sakit rahasia keluarga.

"Kamu sudah sadar?" kata Dokter Reza, memeriksa pupil mataku. "Kamu beruntung. Mario menyeretmu keluar dari ledakan tepat sebelum meledak."

"Dante?" Suaraku serak.

"Bos sedang bersama Nona Sabrina," kata Dokter Reza. Dia berhenti sejenak. "Dia sangat terguncang."

Aku tertawa dalam hati, getir dan tanpa suara. Tubuhku gemetar.

"Dokter, nyalakan monitornya."

Layar di dinding menyala, menampilkan kamera dari seluruh rumah. Aku beralih ke kamar Sabrina.

Dia mengenakan gaun tidur sutra putih, bersandar lemah di atas bantal.

Dante duduk di tepi tempat tidur, menyuapi sup, sesendok demi sesendok. Gerakannya begitu lembut, seolah sedang menangani harta yang tak ternilai.

"Aku hampir kehilanganmu." Suaranya bergetar karena ketakutan. "Aku tak bisa hidup tanpamu, Sabrina."

"Aku tahu. Kamu telah menyelamatkanku," bisiknya, menyentuh wajah Dante. "Kamu adalah pahlawanku."

Lalu, Dante mengeluarkan sebuah kotak beludru dari sakunya.

Jantungku seakan berhenti berdetak.

Dia berlutut. Membuka kotaknya. Di dalamnya ada cincin berlian besar.

Aku mengenalinya. Cincin itu diturunkan kepada Nyonya Keluarga Ardhana.

"Menikahlah denganku," ucapnya. Dante menatap Sabrina dengan mata penuh pengabdian. "Bukan untuk keluarga. Bukan untuk aliansi. Hanya karena… aku mencintaimu."

Sabrina menangis bahagia. "Ya! Tentu saja, aku mau!"

Dante menyelipkan cincin ke jari Sabrina dan menciumnya.

Aku menatap layar itu sampai gambarnya berubah menjadi statis.

Ternyata... dia tahu bagaimana mengucapkan kata-kata itu.

Hanya saja, dia tak pernah mengucapkannya padaku.
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Kekasih Kesayangan Bos yang Menghilang   Bab 25

    POV Mirella[Aku minta maaf.]Tiga kata itu seperti pisau yang menusuk jantungku.Aku terhuyung, berpegangan pada kusen pintu.Bukan karena aku mencintai Leonardo.Namun, karena seorang pria baik dan tak bersalah telah mati.Korban dari perang kotorku.Perlahan, aku berbalik dan berjalan kembali ke arah Dante.Dia masih berlutut, wajahnya benar-benar kosong, seperti topeng keterkejutan total.Dia tidak mengharapkan ini. Dia tidak menginginkan ini."Kamu puas sekarang?" bisikku. Ucapanku terasa seperti abu di mulutku.Dia menatapku, bibirnya bergetar, tak mampu bicara."Kamu ingin aku kembali, 'kan?" kataku dengan dingin. "Kamu ingin menghancurkan kehidupan baru yang kupilih?""Aku tidak… aku tidak ingin dia mati…" Dia menggeleng keras, panik."Tapi dia mati karena kamu!" Kendali yang kupegang selama dua tahun akhirnya pecah. Teriakan penuh amarah murni dan tak terbendung meledak dari tenggorokanku. "Kamu dan obsesimu! Kamu membunuhnya!"Aku mengangkat lagi Beretta M9. Kali ini, moncong

  • Kekasih Kesayangan Bos yang Menghilang   Bab 24

    POV MirellaSatu jam kemudian, aku berdiri sendirian di Puncak Banyu.Sebuah helikopter hitam turun dari langit, membuat angin kencang.Pintunya terbuka. Dante berdiri di sana, mengulurkan tangan padaku.Wajahnya memuat ekspresi rumit yang tak bisa kubaca.Aku naik ke helikopter tanpa ragu.Kami terbang di atas langit Varyan, melewati Gunung Apenano, dan akhirnya mendarat di sebuah kawasan pribadi yang dijaga ketat, jauh di dalam Pegunungan Alpo.Tempat itu terisolasi dari dunia. Seindah dongeng, dan sedingin penjara.Dia membawaku masuk ke rumah utama.Aku terdiam.Tempat ini… adalah replika sempurna dari fantasi yang pernah kugambar di secarik kertas yang sudah terlupakan.Rumah dengan pagar putih dan taman kecil.Rumah kita."Kamu suka?" tanyanya dari belakangku, suaranya serak. "Aku membangunnya selama tiga bulan. Setiap detail persis seperti yang kamu gambar.""Masa depan yang seharusnya kita punya.""Masa depan yang kamu buang." Aku mengoreksinya dengan nada datar.Aku berjalan k

  • Kekasih Kesayangan Bos yang Menghilang   Bab 23

    POV MirellaKeesokan paginya, Dante dan anak buahnya menghilang dari Varyan seolah mereka tak pernah ada di sana.Kupikir dia akhirnya memilih untuk melepaskan.Tapi aku salah.Pukul tiga sore, Leonardo menerobos masuk ke galeriku. Wajahnya pucat, sebuah koran tergenggam di tangannya."Kiara! Ini gawat!" Dia menghentakkan koran itu ke mejaku. "Bank keluargaku… dibobol. Semalam kami diserang! Kami bangkrut!"Aku menatap judul mengejutkan itu, hatiku merosot."Dan..." Suaranya bergetar saat dia menyerahkan ponselnya. "Ayahku… baru saja ditangkap! Mereka punya bukti palsu yang mengatakan bahwa dia memalsukan transaksi seni!"Di layar terlihat foto ayahnya diborgol, digiring polisi."Bagaimana ini bisa terjadi…" Leonardo ambruk di kursi, benar‑benar hancur. "Keluargaku hancur… semuanya hilang…"Aku menatap wajahnya yang putus asa, dan darahku terasa membeku.Ini bukan kehancuran pasar. Ini eksekusi. Tepat sasaran, menghancurkan, dan sunyi.Dan hanya ada satu orang yang bisa melakukannya.D

  • Kekasih Kesayangan Bos yang Menghilang   Bab 22

    POV MirellaKeesokan harinya, seluruh dunia mafia Kota Arunika meledak.Kerajaan Keluarga Ardhana runtuh dalam semalam.Para tokoh penting kacau balau, dan api pemberontakan membara dalam kegelapan.Aku menyaksikan semuanya dengan tenang, tetap melanjutkan pekerjaan restorasi.Sore itu, aku sedang berada di studio, mengerjakan sebuah fresco raksasa abad ke-15.Aku berdiri di atas perancah setinggi tiga meter, dengan hati-hati membersihkan sayap malaikat menggunakan kuas kecil.Tiba-tiba, terdengar suara logam tumpul seperti sedang dipotong.Disusul bunyi keras tali yang putus."Nona!" Liana menjerit dari bawah.Seluruh perancah oleng, terjungkal dengan ganas menuju jendela dari lantai hingga langit-langit di belakangku.Aku tak sempat bereaksi. Aku hanya bisa menatap saat tubuhku jatuh dari ketinggian tiga meter, meluncur menuju kaca besar itu.Namun, benturan dan rasa sakit yang seharusnya datang… tak pernah terjadi.Dalam sepersekian detik, sebuah bayangan hitam melesat dari kegelapa

  • Kekasih Kesayangan Bos yang Menghilang   Bab 21

    POV MirellaPesta ulang tahunku diadakan di galeriku yang berada di tepi Sungai Arno. Para elite Varyan hadir semuanya.Leonardo memesan sebuah kue besar untukku. Lalu dia berlutut di satu kaki dan membuka sebuah kotak beludru."Kiara Ayunda." Dia menatapku, matanya tulus. "Maukah kamu menikah denganku?"Para tamu terkejut lalu bertepuk tangan.Aku menatapnya, pada masa depan yang bersih dan stabil yang dia tawarkan.Seharusnya aku berkata ya.Namun, tepat ketika aku hendak berbicara, pintu kayu oak yang berat mendadak terbuka lebar.Dante berdiri di ambang pintu, bagai hantu dalam tuxedo hitam, siluetnya dipahat oleh gelapnya malam.Dia mengenakan mawar putih di kerah jasnya, wajahnya pucat seperti pualam.Dia mengabaikan keheningan yang tercipta dan berjalan lurus ke arahku.Dua pengawal mencoba menghentikannya, tetapi Tobias muncul di belakang mereka, menodongkan pistol ke kepala masing-masing."Minggir." Suara Tobias sedingin es.Dante mendorong Leonardo yang masih berlutut, seolah

  • Kekasih Kesayangan Bos yang Menghilang   Bab 20

    POV MirellaTiga bulan kemudian. Varyan.Galeri seni milikku akan segera dibuka. Semuanya mulai berjalan sesuai rencana.Kasih sayang Leonardo bagaikan matahari hangat yang menerangi dunia yang dulu hanya berisi bayangan.Aku pikir aku akhirnya sudah meninggalkan masa lalu.Sampai asistenku, Liana, menyerahkan sebuah paket dari Rimbala. Tanpa alamat pengirim.Paket itu berat. Di dalamnya ada sebuah kotak kuno dari kayu hitam.Terukir pada tutupnya adalah lambang asli Keluarga Ardhana.Burung api yang lebih tua, lebih garang. Sebelum aku desain ulang.Nafasku tercekat.Aku membuka kotaknya. Di dalamnya terdapat sebuah kunci tua dan kontrak dari perkamen yang sudah memudar.Itu adalah akta kepemilikan tanah asli milik Keluarga Ardhana di Rimbala. Akar keluarga itu.Kunci itu satu-satunya yang bisa membuka ruang bawah tanah di bawah vila lama.Ini bukan sekadar tanah. Ini adalah jiwa Keluarga Ardhana.Ada juga sepucuk surat. Tulisan tangan Lena yang elegan dan familier.[Mirella tersayang

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status