Short
Aku Tak Mau Lagi Jadi Bayang-bayang

Aku Tak Mau Lagi Jadi Bayang-bayang

By:  Melissa ZCompleted
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel4goodnovel
9Chapters
0views
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

Saat ulang tahunku, Mon Devan, memberiku kalung mutiara almarhum istrinya yang meninggal. Aku memakainya untuk makan malam. Putra tiriku, Liam, sangat marah dan menyiramku dengan anggur merah. Aku pun menjadi lelucon dalam pesta itu. "Dasar pelacur." Dia mendesis. "Kamu pikir karena memakai perhiasan ibuku, kamu bisa jadi dirinya?" Dia menatapku dengan tatapan sedingin es. Lalu berteriak, "Keluar dari rumahku!" Ibunya meninggal saat dia masih bayi, aku yang membesarkannya. Seseorang pasti sudah memengaruhinya. Mereka memberitahunya kalau akulah yang membunuh ibunya. Sekarang, dia berpikir akulah pelacur berakal busuk yang menjebak ayahnya. Dan bagaimana dengan ayahnya? Suamiku? Dia tidak pernah melihatku. Dia hanya melihat hantu Karina. Hatiku tidak hanya retak, tapi hancur. Mereka tidak mencintaiku, tidak juga peduli padaku, jadi aku pergi. Lalu kenapa... Setelah aku sepenuhnya pergi, mereka merangkak memohon padaku untuk kembali?

View More

Chapter 1

Bab 1

Pada hari ulang tahunku, putra tiriku yang kuasuh dari bayi menyiram kepalaku dengan anggur merah. Dia berteriak agar aku keluar dari rumahnya.

Selama bertahun-tahun, aku menjadi pengganti untuk wanita yang sudah tiada itu. Sekarang, aku malah menjadi monster bagi anak yang aku besarkan sendiri.

Aku sudah muak dengan semua ini.

"Dasar pelacur! Jangan kira kamu bisa menggantikan ibuku hanya karena kamu memakai perhiasannya!"

Putra angkatku yang berusia delapan tahun, Liam, berdiri di depanku. Wajah kecilnya murka.

Sebelum aku bisa bergerak, anggur dingin dan lengket sudah membasahi gaunku.

Detik berikutnya, tangannya terulur dan mencengkeram mutiara di leherku lalu menariknya.

Talinya terputus, mutiara-mutiara berhamburan di lantai marmer. Berhamburan seperti ratusan air mata.

Devan baru saja memberiku kalung itu pagi ini. Dia menatapku dan berkata kalau kalung ini khusus dibuat untukku.

Kupikir dia akhirnya melihatku.

Aku nggak pernah menyangka kalung itu ternyata milik istrinya yang telah meninggal, Karina.

Ruang pesta itu hening seketika.

Setiap tamu hanya menatap kami. Beberapa dari mereka berbisik, beberapa yang lain mengeluarkan ponselnya untuk memotret.

"Liam." Suaraku tenang namun berbahaya. "Ayahmu yang memberikan kalung ini."

"Aku nggak peduli!" Dia berteriak. "Kamu hanya menirunya! Kamu nggak akan pernah jadi ibuku!"

Kutatap anak yang telah kubesarkan. Rasa sakit yang tajam menusuk hatiku.

Delapan tahun yang lalu, Karina, istri Devan terbunuh saat musuh keluarga menyerang.

Dia menghalau peluru untuk putra mereka.

Di tahun yang sama, bisnis ayahku bangkrut.

Ayahku pun melihat ada kesempatan.

Rencana ayahku adalah menggoda ketua mafia yang sedang berduka.

Semua orang tahu ketua mafia sangat mencintai istrinya. Aku tidak mau ikut andil dalam kekacauan itu, tapi ayahku memaksa.

Dia mengaturku untuk datang ke sebuah pesta.

Aku tidak menyangka apa yang terjadi selanjutnya. Di saat Devan melihatku, dukanya menjadi obsesi. Dia merasa harus memilikiku.

Karena aku sangat mirip dengan almarhum Karina.

Selama delapan tahun, aku berperan sebagai istri dan ibu tiri yang patuh. Aku merawat sepasang ayah dan anak itu.

Terkadang, aku bisa lupa dan berpikir kami adalah keluarga sungguhan, sebuah keluarga bahagia.

Sampai tahun kemarin, Liam menemukan fakta bahwa aku bukanlah ibu kandungnya.

Dia mulai mengamuk, meminta ibu kandungnya kembali. Dia bahkan menuduhku membunuh ibunya.

Aku mencoba menenangkannya, seperti yang biasa aku lakukan.

Dia malah memberiku cemoohan dan memberontak sebagai balasan.

Sebelumnya, aku selalu menahannya. Aku berperan sebagai ibu tiri yang sabar dan lembut.

Tapi, tidak hari ini. Sudah cukup.

Aku berdiri, tatapan mataku tertuju padanya. Ulang tahunku sudah berakhir!

"Kalau begitu, pergi saja cari ibu kandungmu."

Liam membeku.

Dia jelas tidak menyangka aku akan memberikan respon seperti itu.

Aku berbalik dan berjalan keluar dari ruang pesta menuju taman untuk menenangkan pikiranku.

Namun, saat aku kembali ke studioku di lantai tiga, aku seolah berjalan ke neraka.

Lukisan kakekku, Hati yang Sunyi, tersayat menjadi serpihan. Cat hitam berlumuran ke seluruh kanvas.

Di sebelahnya, terdapat tulisan kekanak-kanakan: [Kamu mengambil ibuku dariku, jadi aku akan mengambil benda yang paling kamu sayangi!]

Aku butuh waktu tiga tahun untuk memulihkan lukisan itu.

Sekarang, semuanya hancur. Bingkainya remuk berkeping-keping. Sebuah robekan besar mengoyak kanvasnya. Cat mahal mengering seperti darah yang mengeras.

Liam berdiri di samping puing-puing itu, pisau yang berlumur cat masih tergenggam di tangannya.

"Ini akibatnya karena kamu berani melawanku!" Dia berseru penuh kepuasan. "Kalau kamu masih macam-macam, aku akan hancurkan semua barang rongsokanmu!"

Jantungku seolah berhenti berdetak.

Lukisan itu adalah satu-satunya koneksi terakhirku dengan sesuatu yang nyata di dunia ini.

Itu adalah bukti warisan dari kakek, orang yang mengajariku bagaimana melukis jiwaku dengan warna. Itu satu-satunya hiburanku di dalam vila yang dingin ini.

Aku berlutut, tanganku gemetaran saat mengangkat sepotong kanvas yang robek.

Kini semuanya hancur, sama seperti hatiku.

"Anna."

Suara Devan datang dari ambang pintu. Aku tidak menoleh, tapi aku bisa merasakan tatapannya menyapu seluruh ruangan.

"Apa yang terjadi?" Dia bertanya.

"Sudah jelas." Suaraku terdengar jauh. "Putramu menghancurkan barang-barangku."

"Liam, kenapa kamu melakukan ini?"

"Dia yang mulai!" Liam menjawab dengan cepat. "Dia memakai gaun Ibu, lalu menyuruhku pergi mencari ibu kandungku!"

Aku akhirnya berdiri dan menatap Devan.

Dia terlihat marah, tapi bukan karena apa yang telah dilakukan Liam.

"Hanya karena sebuah lukisan?" katanya dengan suara rendah tapi berbahaya. "Kamu heboh hanya karena selembar kanvas?"

Dua pengawal masuk. Devan menjentikkan jarinya. "Singkirkan sampah ini dari hadapanku."

Sampah...

Dia menyebut jiwa kakekku sebagai sampah.

Aku hanya bisa menatap saat para pengawal menyapu kanvas yang tersobek dan bingkai yang remuk ke dalam kantong sampah.

"Jangan menatapku seperti itu," kata Devan sambil berjalan mendekat. "Aku akan menggantinya. Hari ini adalah hari spesial. Aku punya hadiah lain untukmu."

Dia mengeluarkan sebuah dokumen dari saku jasnya.

"Kepemilikan sebuah perusahaan resmi. Nilainya delapan puluh miliar. Mulai hari ini, itu milikmu."

Dia mencoba membeliku. Membayarku seperti pelacur agar aku diam dan melupakan semuanya.

Delapan puluh miliar...

Dia pikir uang bisa memperbaiki segalanya.

Dia pikir aku seperti wanita-wanita lain, cukup diberi cek besar, langsung akan berterima kasih.

Dia tidak pernah mengerti apa arti lukisan itu bagiku.

Atau mungkin dia tahu, tapi dia memang tidak peduli.

Devan mengulurkan tangan hendak menyentuh pipiku, seperti yang dia lakukan ribuan kali dalam delapan tahun terakhir.

Tapi aku mundur selangkah.

Untuk pertama kalinya dalam delapan tahun, aku menghindari sentuhannya.

Tangan Devan terhenti di udara. Sekilas kebingungan melintas di matanya.

"Devan," panggilku mantap.

"Kesepakatan kita selesai. Besok, aku akan pergi."

Expand
Next Chapter
Download

Latest chapter

More Chapters

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

No Comments
9 Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status