Share

Bab 4

Penulis: Melissa Z
Tiga hari kemudian, pintuku terbuka.

Dante masuk bersama Sabrina yang merangkul lengannya.

Dia mengenakan setelan Chanel putih. Cincin keluarga di tangan kirinya berkilau, menusuk mataku.

"Mirella." Suara Dante datar. "Bagaimana kondisimu?"

"Masih bernapas," jawabku, suaraku serak seperti kerikil. "Kecewa?"

Sabrina berjalan ke samping tempat tidurku. Wajahnya menampilkan kepedulian palsu. "Aku ingin sekali menemuimu. Aku dengar kamu terluka parah saat melindungi kami. Kamu sangat berani."

Melindungimu?

Omong kosong.

"Aku hanya melakukan tugasku."

"Kesetiaanmu sungguh menyentuh," kata Sabrina. Pandangannya jatuh ke kerah terbuka baju rumah sakitku, tertuju pada tato burung api kecil tepat di bawah tulang selangkaku.

Aku dan Dante membuatnya setelah pertempuran pertama kami bersama. Rahasia pertama kami.

Sebuah kilatan cemburu melintas di matanya. Dia menoleh ke Dante, suaranya manis tetapi dipaksakan. "Sayang, tato Mirella sangat unik. Tapi… aku tidak terlalu suka. Itu mengingatkanku kalau kamu punya masa lalu yang tidak aku ketahui. Itu membuatku merasa… tidak aman."

Dante terdiam.

Dia hening beberapa detik, lalu mengeluarkan ponselnya dan menelepon Mario.

"Bawa Tobias ke rumah sakit beserta peralatannya. Sekarang juga."

Darahku membeku. Tobias adalah seniman tato keluarga.

Tidak. Dia tidak akan…

Dua puluh menit kemudian, Tobias Ardhika masuk membawa sebuah kotak hitam.

Dia melihatku di tempat tidur, lalu menatap Dante dengan bingung.

"Bos, kamu yakin… mau melakukan ini di sini?"

Kupikir dia datang untuk menghapus tatoku. Untuk merampas rahasia terakhir kami. Namun, aku salah. Jauh lebih buruk dari itu. Dante melepas bajunya sendiri.

Luka di dadanya tiba-tiba terasa menyilaukan.

Yang pernah kutelusuri dengan jariku setelah kami berhubungan intim. Tanda-tanda dari hidup yang kami jalani bersama.

Luka di otot dada kirinya berasal dari tiga tahun lalu di pelabuhan. Aku mendorongnya keluar dari bahaya dan menghadang pisau Tomang si Penjagal untuknya. Dia memelukku, tubuhku penuh darah, dan untuk pertama kalinya dia kehilangan kendali. Matanya merah menyala saat menjerit namaku. Dia berkata, "Mirella, kamu milikku! Tak seorang pun boleh menyentuhmu!"

Luka peluru di sisi kanan, dari lima tahun lalu di Kota Malino. Kami terpojok. Aku menggunakan identitas palsu untuk membawa kami melewati polisi dan keluar dari sana. Dia mencium lukaku dan memanggilku dewi kemenangannya.

Dan sekarang dia akan menghapus semuanya.

"Di sini," kata Dante, memperlihatkan burung api yang jauh lebih rumit di dadanya.

Yang kubuatkan untuknya saat aku berumur sembilan belas. Satu-satunya.

Dia menunjuk ke arah burung api dan memberi perintah kepada Tobias, "Tutupi dengan elang berkepala dua simbol Negara Silvara."

"Bos!" Suara Tobias terdengar tegang. "Apa kamu yakin? Menutup tato sebesar itu… sakitnya bukan main. Dan bekasnya akan jelek sekali."

"Lakukan apa yang kukatakan," ujar Dante tidak memberi ruang untuk berdebat.

Aku berjuang untuk duduk. "Dante, kamu tidak perlu..."

"Diam." Dia bahkan tidak menatapku. Matanya dingin seperti es. "Ini tidak ada hubungannya denganmu."

Dengungan jarum terdengar tajam di ruangan yang hening.

Darah merembes keluar, bercampur dengan tinta, menjadi noda merah di depan mataku.

Aku melihat burung api yang kuciptakan, simbol masa lalu kami, disiksa, dimakan, dan ditelan habis oleh elang yang melambangkan aliansinya, wanita barunya.

Dante mengatupkan giginya, keringat menetes di dahinya, tetapi dia tak mengeluarkan suara.

Matanya tak pernah lepas dari Sabrina.

"Sakit nggak?" tanya Sabrina, menyeka keringatnya dengan saputangan.

"Tidak," desisnya dengan suara serak. Dia tidak melepaskan pandangannya dari Sabrina sedetik pun. "Untukmu, tidak ada yang terasa sakit."

Dua jam kemudian, semuanya selesai.

Dada Dante berlumuran darah dan daging yang terkoyak, tetapi elang Silvara yang menggeram itu kini sepenuhnya menggantikan burung api.

Burung api milikku telah hilang.

"Sempurna," dengus Sabrina manja. Dia mencium dada Dante yang berlumuran darah. "Sekarang, luar dan dalam, kamu hanya milikku."

Dante menatap simbol aneh yang berdarah di cermin. Dia tersenyum lemah tetapi puas kepada Sabrina.

"Ya," katanya, tetapi matanya tertuju padaku di pantulan cermin.

"Sekarang, aku hanya milikmu."
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Kekasih Kesayangan Bos yang Menghilang   Bab 25

    POV Mirella[Aku minta maaf.]Tiga kata itu seperti pisau yang menusuk jantungku.Aku terhuyung, berpegangan pada kusen pintu.Bukan karena aku mencintai Leonardo.Namun, karena seorang pria baik dan tak bersalah telah mati.Korban dari perang kotorku.Perlahan, aku berbalik dan berjalan kembali ke arah Dante.Dia masih berlutut, wajahnya benar-benar kosong, seperti topeng keterkejutan total.Dia tidak mengharapkan ini. Dia tidak menginginkan ini."Kamu puas sekarang?" bisikku. Ucapanku terasa seperti abu di mulutku.Dia menatapku, bibirnya bergetar, tak mampu bicara."Kamu ingin aku kembali, 'kan?" kataku dengan dingin. "Kamu ingin menghancurkan kehidupan baru yang kupilih?""Aku tidak… aku tidak ingin dia mati…" Dia menggeleng keras, panik."Tapi dia mati karena kamu!" Kendali yang kupegang selama dua tahun akhirnya pecah. Teriakan penuh amarah murni dan tak terbendung meledak dari tenggorokanku. "Kamu dan obsesimu! Kamu membunuhnya!"Aku mengangkat lagi Beretta M9. Kali ini, moncong

  • Kekasih Kesayangan Bos yang Menghilang   Bab 24

    POV MirellaSatu jam kemudian, aku berdiri sendirian di Puncak Banyu.Sebuah helikopter hitam turun dari langit, membuat angin kencang.Pintunya terbuka. Dante berdiri di sana, mengulurkan tangan padaku.Wajahnya memuat ekspresi rumit yang tak bisa kubaca.Aku naik ke helikopter tanpa ragu.Kami terbang di atas langit Varyan, melewati Gunung Apenano, dan akhirnya mendarat di sebuah kawasan pribadi yang dijaga ketat, jauh di dalam Pegunungan Alpo.Tempat itu terisolasi dari dunia. Seindah dongeng, dan sedingin penjara.Dia membawaku masuk ke rumah utama.Aku terdiam.Tempat ini… adalah replika sempurna dari fantasi yang pernah kugambar di secarik kertas yang sudah terlupakan.Rumah dengan pagar putih dan taman kecil.Rumah kita."Kamu suka?" tanyanya dari belakangku, suaranya serak. "Aku membangunnya selama tiga bulan. Setiap detail persis seperti yang kamu gambar.""Masa depan yang seharusnya kita punya.""Masa depan yang kamu buang." Aku mengoreksinya dengan nada datar.Aku berjalan k

  • Kekasih Kesayangan Bos yang Menghilang   Bab 23

    POV MirellaKeesokan paginya, Dante dan anak buahnya menghilang dari Varyan seolah mereka tak pernah ada di sana.Kupikir dia akhirnya memilih untuk melepaskan.Tapi aku salah.Pukul tiga sore, Leonardo menerobos masuk ke galeriku. Wajahnya pucat, sebuah koran tergenggam di tangannya."Kiara! Ini gawat!" Dia menghentakkan koran itu ke mejaku. "Bank keluargaku… dibobol. Semalam kami diserang! Kami bangkrut!"Aku menatap judul mengejutkan itu, hatiku merosot."Dan..." Suaranya bergetar saat dia menyerahkan ponselnya. "Ayahku… baru saja ditangkap! Mereka punya bukti palsu yang mengatakan bahwa dia memalsukan transaksi seni!"Di layar terlihat foto ayahnya diborgol, digiring polisi."Bagaimana ini bisa terjadi…" Leonardo ambruk di kursi, benar‑benar hancur. "Keluargaku hancur… semuanya hilang…"Aku menatap wajahnya yang putus asa, dan darahku terasa membeku.Ini bukan kehancuran pasar. Ini eksekusi. Tepat sasaran, menghancurkan, dan sunyi.Dan hanya ada satu orang yang bisa melakukannya.D

  • Kekasih Kesayangan Bos yang Menghilang   Bab 22

    POV MirellaKeesokan harinya, seluruh dunia mafia Kota Arunika meledak.Kerajaan Keluarga Ardhana runtuh dalam semalam.Para tokoh penting kacau balau, dan api pemberontakan membara dalam kegelapan.Aku menyaksikan semuanya dengan tenang, tetap melanjutkan pekerjaan restorasi.Sore itu, aku sedang berada di studio, mengerjakan sebuah fresco raksasa abad ke-15.Aku berdiri di atas perancah setinggi tiga meter, dengan hati-hati membersihkan sayap malaikat menggunakan kuas kecil.Tiba-tiba, terdengar suara logam tumpul seperti sedang dipotong.Disusul bunyi keras tali yang putus."Nona!" Liana menjerit dari bawah.Seluruh perancah oleng, terjungkal dengan ganas menuju jendela dari lantai hingga langit-langit di belakangku.Aku tak sempat bereaksi. Aku hanya bisa menatap saat tubuhku jatuh dari ketinggian tiga meter, meluncur menuju kaca besar itu.Namun, benturan dan rasa sakit yang seharusnya datang… tak pernah terjadi.Dalam sepersekian detik, sebuah bayangan hitam melesat dari kegelapa

  • Kekasih Kesayangan Bos yang Menghilang   Bab 21

    POV MirellaPesta ulang tahunku diadakan di galeriku yang berada di tepi Sungai Arno. Para elite Varyan hadir semuanya.Leonardo memesan sebuah kue besar untukku. Lalu dia berlutut di satu kaki dan membuka sebuah kotak beludru."Kiara Ayunda." Dia menatapku, matanya tulus. "Maukah kamu menikah denganku?"Para tamu terkejut lalu bertepuk tangan.Aku menatapnya, pada masa depan yang bersih dan stabil yang dia tawarkan.Seharusnya aku berkata ya.Namun, tepat ketika aku hendak berbicara, pintu kayu oak yang berat mendadak terbuka lebar.Dante berdiri di ambang pintu, bagai hantu dalam tuxedo hitam, siluetnya dipahat oleh gelapnya malam.Dia mengenakan mawar putih di kerah jasnya, wajahnya pucat seperti pualam.Dia mengabaikan keheningan yang tercipta dan berjalan lurus ke arahku.Dua pengawal mencoba menghentikannya, tetapi Tobias muncul di belakang mereka, menodongkan pistol ke kepala masing-masing."Minggir." Suara Tobias sedingin es.Dante mendorong Leonardo yang masih berlutut, seolah

  • Kekasih Kesayangan Bos yang Menghilang   Bab 20

    POV MirellaTiga bulan kemudian. Varyan.Galeri seni milikku akan segera dibuka. Semuanya mulai berjalan sesuai rencana.Kasih sayang Leonardo bagaikan matahari hangat yang menerangi dunia yang dulu hanya berisi bayangan.Aku pikir aku akhirnya sudah meninggalkan masa lalu.Sampai asistenku, Liana, menyerahkan sebuah paket dari Rimbala. Tanpa alamat pengirim.Paket itu berat. Di dalamnya ada sebuah kotak kuno dari kayu hitam.Terukir pada tutupnya adalah lambang asli Keluarga Ardhana.Burung api yang lebih tua, lebih garang. Sebelum aku desain ulang.Nafasku tercekat.Aku membuka kotaknya. Di dalamnya terdapat sebuah kunci tua dan kontrak dari perkamen yang sudah memudar.Itu adalah akta kepemilikan tanah asli milik Keluarga Ardhana di Rimbala. Akar keluarga itu.Kunci itu satu-satunya yang bisa membuka ruang bawah tanah di bawah vila lama.Ini bukan sekadar tanah. Ini adalah jiwa Keluarga Ardhana.Ada juga sepucuk surat. Tulisan tangan Lena yang elegan dan familier.[Mirella tersayang

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status