Karena itu, diumumkan nya Ardy sebagai CEO baru, tidak terlalu membuat Vania terkejut. saat ini, saat orang-orang bertepuk tangan ke arah Ardy, untuk mencari muka kepada CEO baru itu, Vania tidak bertepuk tangan, dia malah mencibir kejadian di depan sana, dia menganggap kalau semua itu, cuma settingan yang tidak lucu."Waw.... ternyata Ardy pemilik perusahaan ini. sekarang, bagaimana perasaan mu?" tanya Rani dari samping Vania."Aku mau pindah aja dari sini. secepatnya lebih baik," jawab Vania."Kok gitu? karier mu kan lagi bagus disini, kamu baru dapat kesempatan untuk mengerjakan desain sebuah gedung mewah yang akan segera dibuat, kalau kamu pergi, kamu harus mulai lagi dari bawah, mungkin bahkan harus mulai dengan merancang sebuah ruko kecil. kan sayang.""Lebih baik gitu, daripada Ardy jadi CEO, aku yakin, hidup ku bakal sengsara, mungkin, dia bakal menganggu aku mulu. gak tahanlah kalau kayak gitu terus," keluh Vania sambil manyun."Bisa saja kan, setelah dia jadi CEO, dia bakal
Ardy yang tadi berlutut di depan, kini berdiri dan mulai berjalan mendekati tempat Vania duduk. Saat melihat kedatangan Ardy ini, bukannya suka, Vania malah merasa jijik, dia kemudian menggeser duduknya ke samping, berusaha mengambil tempat duduk nya Rani. Tapi, tentu saja Rani tidak mau, hingga akhirnya, tangan keduanya saling tolak menolak.Ardy terus berjalan di dekat Vania, hingga akhirnya, dia telah benar-benar berada di dekat tempat Vania duduk. Sesudah itu, dia kembali berlutut di depan Vania.Sebenarnya, sejak tadi, Vania ingin menolak Ardy. Tapi, mengingat Ardy adalah CEO baru, bos besar yang baru, maka, Vania merasa tidak enak untuk menolak, karena, kalau dia menolak, pastilah akan membuat Ardy sangat malu, karena, walaupun Vania tidak suka pada Ardy, tapi, Vania merasa harus menghormati Ardy sebagai CEO di kantor nya ini."Vania....maukah kamu memaafkan aku dan menerima aku sebagai calon suami mu? Aku berjanji, aku tidak akan lagi selingkuh darimu. Aku berjanji, segenap ha
Malam ini, Davin sudah bersiap-siap untuk acara kencan nya dengan Vania. Dari teropong yang dipakainya, dia juga sudah melihat kalau Vania yang rumahnya, berada di depan rumahnya itu, juga tengah bersiap-siap untuk acara kencan bersama nya. Tapi, Davin malah mengirim Chat WA kepada Vania, seolah-olah menanyakan alamat rumah Vania, padahal, Davin sudah tahu alamat rumah Vania, bahkan, sudah jadi tetangga Vania sejak beberapa waktu yang lalu.Selama tinggal di depan rumah Vania, Davin memang tidak pernah menunjukkan dirinya di depan rumahnya, dia selalu berdiam di dalam rumahnya, sambil mengawasi Vania dari kejauhan dengan teropong canggih miliknya. Tapi, tentu saja, Davin seorang yang sopan, kalau Davin lihat Vania atau anggota keluarganya yang lain sedang berpakaian minim, Davin memilih untuk tidak meneruskan kegiatannya meneropong Vania dan keluarganya itu.Selama tinggal di depan rumah nya Vania ini, Davin juga selalu keluar masuk dengan mobil Avanza nya yang ber kaca film gelap, se
Davin membawa Vania di sebuah restoran sederhana. bukan merupakan restoran mewah tapi juga, bukan merupakan restoran yang jelek. setidaknya, tempat nya bukan di tenda pinggir jalan dan tempat nya cukup asri dan bersih. restoran ini, termasuk dalam kategori menengah. Bahkan dalam hatinya, Vania jadi agak risih untuk makan di restoran ini, mengingat Davin hanya seorang karyawan Cleaning Service yang gajinya cuma sesuai UMR, tapi, tentu saja Vania risih untuk bicara terus terang kepada Davin, akhirnya, Vania cuma bisa berencana untuk diam-diam membayar makanan yang akan dimakan nya bersama Davin di restoran ini.Davin dan Vania pun duduk dan mulai memesan makanan di daftar menu yang tersedia di atas meja. setelah memesan makanan masing-masing, Vania tertarik dengan sebuah terompet ungu yang dipajang di belakang kasir."Kenapa?" tanya Davin sambil ikut memandang ke terompet ungu itu."Aku teringat sebuah film seri komedi yang biasa aku nonton waktu aku masih SMP," jawab Vania sambil mata
"Masak sih? bisa saja kan kamu pilih orang lain kalau aku tidak maju dan memilih mu itu," kata Vania kepada Davin."Itu gak akan mungkin kejadian," tegas Davin."Kok gitu?""Karena, memang tidak akan ada wanita lain yang akan memilih ku, yang cuma seorang Cleaning Service ini," kata Davin sambil tersenyum hambar, seolah-olah, dia adalah pria yang harus dikasihani."Kamu jangan ngomong gitu. aku yakin kok, kalau aku gak maju ke depan, memilih kamu waktu itu, ada wanita lain yang akan memilih kamu. dan kamu jangan pesimis dengan pekerjaan mu, yang penting, kamu kerjakan itu dengan sungguh-sungguh, aku lebih suka kamu dengan pekerjaan mu ini, daripada orang yang kedudukannya tinggi, memiliki orang tua yang kaya raya, tapi, sombong dan hobi menindas orang lain---""Kayak Ardy kan?" potong Davin."Iya. kayak Ardy. aku juga gak suka tukang selingkuh dan pembohong kayak Ardy, pokoknya, semua yang jelek, ada pada Ardy," kata Vania, yang terlihat sangat tidak suka kepada Ardy, cowok yang selal
"Tentu saja bisa. karena itulah, sejak pertama masuk ke restoran itu, aku sudah menyukai Terompet ungu ini, tentu saja, selain karena teringat adegan di film how i met your mother itu," jawab Vania sambil memandangi terompet ungu yang sedang dipegang nya ini."Kalau gitu, aku ingin melihat mu memainkan nya," kata Davin antusias, sambil membukakan pintu mobil untuk Vania."Oke. siapa takut. aku sebenarnya pemain dalam orkestra loh.""Hah? benarkah?" takjub Davin."Ya. tapi, aku bukan pemain Terompet, tapi aku pemain biola, tapi, aku juga pernah belajar meniup terompet dan saxaphone.""Aku suka melihat pemain biola.""Kalau gitu, suatu hari, kamu harus melihat konser ku.""Aku pasti datang.""Hihihi....tapi mungkin masih agak lama. team ku lagi vakum soalnya. maklum, amatiran," kata Vania sambil tertawa renyah, hingga membuat Davin yang baru saja hendak mengemudi kan mobilnya, jadi terdiam dan terpana."Kok malah diam sih? jalan dong," kata Vania sambil mengernyitkan keningnya, tapi, wa
"Loh... kenapa gitu, ayah. apa Davin membuat ayah marah? apa kata-kata Davin membuat ayah tersinggung?" tanya Vania sambil menatap ayahnya penuh selidik, sementara itu, dia cuma bisa pasrah saat melihat mobil nya Davin sudah pergi dari rumah nya."Gak juga. anaknya ramah kok. gak bikin ayah tersinggung," kata Willy sambil menutup pintu depan rumah nya."Jadi, masalah nya apa, ayah? kenapa ayah tidak mau aku jalan sama dia lagi?" tanya Vania tidak puas."Karena dia tidak pantas untuk mu. pekerjaan nya itu, dia bilang, dia cuma seorang Cleaning Service. iya kan? mana pantas dia jalan sama kamu, kamu tuh lebih pantas sama Direktur Keuangan yang sudah naik jadi CEO itu," tandas Willy sambil mengeraskan wajah nya agar Vania tahu kalau dia sedang bicara serius."Dia memang cuma seorang Cleaning Service. tapi, apa salah nya dengan itu, yang penting kan, dia bukan maling, rampok atau yang semacamnya, dia kan mengerjakan sesuatu yang halal, yah. apa salahnya dengan itu?" bantah Vania."Memang
Setelah keluar dari rumah nya Vania, Davin sempat putar-putar perumahan, sesudah itu, barulah dia kembali ke rumah nya yang terletak di depan rumahnya Vania itu.Setelah masuk ke halaman, Davin menekan tombol remote nya, sehingga garasi rumah nya terbuka secara otomatis, sesudah itu, Davin pun memasukkan mobilnya, setelah body mobilnya masuk seluruhnya ke dalam garasi, dia pun menekan tombol remote nya lagi, untuk menutup garasi mobil nya, sesudah itu, barulah dia keluar dari mobil nya.Saat ini, Davin telah berada di dalam rumah nya. rumah yang dibelinya sekitar lima bulan yang lalu saat dia mulai menyukai Vania. setelah membeli rumah ini, dia langsung merombak bagian depan rumah ini, dengan kaca berkualitas tinggi yang membuat dia bisa melihat keluar rumah nya tapi, rumahnya tidak bisa dilihat dari luar di saat siang ataupun malam. kaca yang dirancang nya untuk rumah nya ini, bukan kaca riben biasa, tapi kaca khusus, sehingga, walaupun dia sudah menyalakan lampu yang terang di dalam