Beranda / Romansa / Kekasih Pengganti Nona Arogan / Part 8. Kekasih Pengganti Nona Arogan

Share

Part 8. Kekasih Pengganti Nona Arogan

Penulis: Arwend Arau
last update Terakhir Diperbarui: 2025-08-07 11:00:00

Ibunya menyodorkan segelas air putih pada Noval. "Kamu, kok, sampai kaget begitu?"

Renata hanya tersenyum melihat tingkah Noval. "Yes, sepertinya rencanaku berhasil."

Sekilas Noval melihat ke arah Renata yang berpura-pura melihat ke arah lain. Ibu Wati kembali melanjutkan ucapannya. "Kemarin, saat kamu pergi Nak Renata datang sama temennya itu lho, siapa ya, ibu lupa namanya?"

"Sesil!" jawab mereka serempak.

Akhirnya netra mereka bertemu. Noval menaikkan kedua alis matanya, memberi tanda ketidaktahuannya mengenai semua ini. Renata hanya membalas dengan isyarat bibir. "Kena, lu!"

"Iya ... Nak Sesil. Mereka bawa makanan serta obat buat ayahmu. Tapi sayang, ayahmu sudah keburu dibawa polisi." Ibu Wati melanjutkan kembali ucapannya, ada raut kesedihan kembali tersurat di sana ketika teringat kejadian kemarin.

"Iya, kemaren Ibu udah cerita semua sama aku. Aku turut prihatin ya soal penangkapan itu. Mungkin ada sesuatu yang bisa aku bantu?" Renata mencoba menawarkan bantuan kepada Noval, berharap ketika Noval menerima bantuannya, ia juga bisa membantu wanita itu.

"Nggak perlu, makasih buat tawarannya," jawab Noval dingin.

"Iya, Nak Renata nggak perlu repot-repot ini masalahnya cukup rumit. Insyaallah semua ada jalannya. Oh iya, Val. Hari ini, kita jadi 'kan jenguk ayahmu?" Ibu Wati menggenggam tangan Renata seraya mengucapkan terima kasih atas perhatiannya pada keluarga kecilnya itu.

"Iya, Bu."

"Kalau begitu, ibu mau siap-siap dulu. Kalian ngobrol berdua saja. Mungkin ada hal yang kalian ingin bicarakan. Ibu tinggal ke dalam, ya?" Ibu Wati beranjak dan masuk ke kamarnya.

Sejenak, mereka saling terdiam kembali. "Kita bicara di luar." Akhirnya Noval bersuara. Renata bangkit dan mulai mengekor di belakang Noval.

Ternyata, menuju suatu tempat ternyaman untuk Noval. Di pelataran belakang rumahnya ternyata ada juga sebuah taman kecil yang sangat indah. Tanaman hias tertata sangat rapi, selain itu ada sebuah gazebo yang cukup besar di sana, biasanya digunakan untuk acara makan-makan dengan keluarga besar Sanjaya lainnya. Di dekatnya, ada sebuah kursi gantung berbentuk ayunan rotan dari sintetis dilengkapi dengan bantal duduk yang empuk sangat nyaman untuk bersantai dari segala rutinitas yang membuat penat.

"Rumahmu sangat nyaman ternyata. Banyak bunga terawat dengan baik." Renata mencoba membuka obrolan. Menciumi bunga-bunga yang sedang mekar.

"Ibu sangat suka bunga. Semua tanaman ini ibu yang rawat," jelas Noval sambil berjalan menuju gazebo yang berada di paling ujung.

"kenapa kamu berbohong dan mengaku sebagai calon istriku?" Noval langsung bertanya tanpa basa-basi lagi. Berhenti berjalan. Melihat ke arah Renata yang ada di dekatnya. Tatapannya setajam mata elang yang siap mengincar mangsa yang akan diterkam.

"Sebenarnya apa maumu? Apa semua ini termasuk dalam rencanamu?" Belum sempat Renata menjawab, ia sudah diberondongi dengan pertanyaan berikutnya.

"Jangan salah paham dulu, gue nggak tau apa-apa soal penangkapan bokap lu itu. Semua cuman kebetulan aja. Kemaren gue nggak sengaja lihat pas bokap lu dibawa ke kantor polisi. Dan ya, entah kenapa gue ngerasa kasian lihat ibu yang sampe lari ngejar mobil sambil nangis-nangis. Tadinya gue nggak mau masuk takutnya ganggu, tapi saat gue lihat lu pergi, ya gue masuk sama Sesil buat lihat kondisi ibu. Saat ibu tanya gue siapa, gue asal sebut gue calon istri lu, biar gue nggak ditanya macem-macem lagi."

"Aku nggak percaya, sama kayak waktu kejadian di rumah sakit, kamu bilang aku pacar kamu di depan ayahmu dan sekarang kamu bilang ke ibu kalau sekarang calon istri aku, heuh! Aneh."

"Sebenarnya gue datang ke sini, cuman butuh bantuan lu. Bokap sakit dan sekarang masuk rumah sakit dia cuman mau ketemu sama lu. Ok, semua memang berawal dari gue yang asbun(asal bunyi), tapi benaran waktu itu gue kepepet banget. Lagian gue juga nggak tau kalau lu ternyata kenal sama papi gue."

"Ayolah, gini aja. Lu bantu gue, Dan gue juga bakal bantu bebasin bokap lu dari penjara. Lu ingat 'kan gue pernah nawarin uang buat lunasin hutang-hutang lu ke klub itu, dan tawaran itu masih berlaku. Kita sama-sama diuntungin, bukan?"

Noval tidak bereaksi dengan tawaran Renata.

"Ayolah, emangnya lu tega liat ibu sedih terus kayak gitu? Emangnya lu mau liat Tiara nggak pergi sekolah gara-gara takut di-bully sama temen-temennya? Emang lu tega lihat bokap lu lagi sakit terus mendekap di penjara? Ayolah, turunin ego lu! Kita sama-sama diuntungkan dengan kesepakatan ini." Renata mencoba menyakinkan Noval dengan tawarannya.

Noval tampak berpikir. Mencerna perkataan yang Renata ucapkan.

"Kalau setuju, sekarang juga gue bakal telepon pengacara gue buat ngurus semuanya. Nanti pas ibu ke lapas, gue jamin bokap lu udah bebas dan bisa ikut pulang ke rumah. Gimana?"

'Ayolah Noval, jangan egois. Plis, lu harus mau.' gumamnya lirih. Renata sudah kehabisan akal untuk membujuk Noval.

"Lu nggak kasian juga, lihat papi gue yang terus nanyain lu sampe dia masuk rumah sakit karena terus memikirkan anak gadisnya yang nggak nemuin kepastian dari 'pacarnya'?" ucap Renata geram. Noval langsung melotot melihat Renata yang lagi-lagi menyudutkannya.

Tiba-tiba Renata berteriak kencang. "Kamu tega ya, Mas. Aku udah telat masa Kamu nggak mau tanggung jawab!" Sepertinya sengaja biar ibu dan adiknya Noval dengar apa yang dia ucapkan.

Lagi-lagi Renata asal bunyi. Dia sama-sama sekali tidak memikirkan apa akibat dari semua ucapannya itu.

"Kamu tega, Mas. Kamu tega!" Huhuhu. Renata menangis tersedu.

"Heuh!" Noval hanya tersenyum getir melihat tingkah Renata yang mencoba segala cara untuk mendapatkan perhatian semua orang.

Tiba-tiba Renata hampir jatuh terpeleset menginjak lantai keramik yang licin karena semalam turun hujan.

"Awas, hati-hati!" ucap Noval spontan.

Bugh! Tak sempat menolong, Renata akhirnya terjatuh. "Aw!" ucapnya sambil kesakitan.

"Makanya jangan suka bohong, karma itu nyata, 'kan!" Noval mengulurkan tangannya membatu Renata berdiri.

Akan tetapi, karena lantai yang licin Renata yang mau berdiri malah menarik Noval jatuh dan hampir menimpa tubuh Renata. Untung saja, tangannya dengan sigap membalikkan posisi tubuh Renata sehingga Noval yang jatuh pertama ke lantai. Dan ya, Renata kini yang berada di atas tubuh Noval.

Bugh! Akhirnya mereka berdua benar-benar terjatuh.

"Maaf!"

Bukannya berdiri, Renata malah menatap lekat wajah Noval dari dekat. Untuk kesekian kalinya netra mereka kembali bertemu. Mereka seperti tengah menikmati aroma parfum yang mengguar hidung dari jarak yang hanya kurang dari lima centimeter itu. Bahkan hembusan napas keduanya sangat terasa dengan jelas.

Entah kenapa, ada rasa nyaman saat Renata berada sedekat ini dengan Noval. Jantungnya berdebar kencang. Begitupun dengan Noval. Pikirannya berkeliling, ingin sekali rasanya Renata merasakan sebuah sentuhan di bibirnya yang kini merona. Renata menutup matanya berharap sentuhan itu terbalaskan. Namun, sayang Noval malah memalingkan wajahnya.

"Astaghfirullah, ada apa ini? Kalian lagi ngapain?" Ibu berteriak kencang saat melihat Renata berada di atas tubuh anaknya. Saat mendengar ada suara benda jatuh ibu langsung mencari sumber suara.

Sontak Renata dan Noval terperanjat. Gegas mereka berdiri dengan susah payah karena lantai keramik yang masih basah.

"Ibu jangan salah paham dulu. Ini nggak seperti yang ibu bayangin!" Noval mencoba menjelaskan.

"Astaghfirullahaladzim. Noval ...!"

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Kekasih Pengganti Nona Arogan   Bab 22. Kekasih Pengganti Nona Arogan

    Noval mendekatkan wajahnya. Kini hanya berjarak lima centimeter saja, membuat kedua mata mereka saling beradu. Tatapannya penuh pesona, membuat Renata menjadi sangat bergairah. Wanita itu langsung mengalungkan kedua lengannya ke leher Noval. kedua bola matanya yang biru langsung terpejam. Seakan tak peduli dengan apa yang akan dilakukan Noval padanya. Dia benar, situasi seperti ini membuat setan dengan leluasa menggodanya. Dan sialnya dia sangat menikmati hal tersebut. Pria itu memiringkan wajahnya, semakin dekat dengan leher jenjang milik Renata. Bahkan hembusan napasnya bisa langsung Renata rasakan. Sensasinya membuat tubuhnya menginginkan hal lebih. Sesaat kemudian Noval berbisik lirih," Pergilah mandi, aroma alkohol masih melekat di badanmu!""Apa?" Seketika Renata melepaskan pelukannya. Pikirannya dipenuhi keinginan untuk berteriak dan memaki, melampiaskan kekesalannya. Namun, setiap kali ia membuka mulut, bayangan kejadian memalukan tadi melintas, membuatnya ingin menarik selim

  • Kekasih Pengganti Nona Arogan   Bab 22. Kekasih Pengganti Nona Arogan

    Renata mematung, melihat bayangn dirinya di dalam cermin. Tak ada rona kebahagiaan terpancar di sana. Yang ada hanya kabut pekat yang menyelimuti dunianya. Cukup lama ia larut dalam keheningan. Pikiran dan hatinya kini dinaungi awan hitam, penuh keraguan. Perlahan gadis bermata biru itu mengusap lembut cincin putih yang melingkar manis di salah satu jarinya yang lentik. Renata tampak gusar. Berulang kali ia meremas rambutnya yang panjang. Menghela napas panjang dan membuangnya kasar. "Sial!" Penampilannya bahkan terlihat sangat kacau siang ini; pakaian tidur yang masih melekat di badan; rambut singa yang berantakan dan badan yang bau dengan alkohol. Ting! Tong! Berulang kali suara bel itu terdengar memanggilnya. Karena merasa terganggu ia bangkit walau dengan terpaksa. "Siapa sih, berisik banget?!" Renata membuka lubang intip di pintunya. Seketika matanya terbelalak. Ia mengucek matanya, bahkan sampai mencubit pipi untuk memastikan jika pe

  • Kekasih Pengganti Nona Arogan   Bab 21. Kekasih Pengganti Nona Arogan

    "Iya, tapi 'kan kamu tau, kafe Mas bentar lagi grand opening. Rencananya saat nanti acara itu Ma mau lamar dia dihadapan umum, eh taunya dia batal pulang." Raut wajah Noval terlihat sedikit murung. Ia teringat dengan cincin yang sudah ia pesan untuk acara penting itu. "Ya udah, makanya udah susul aja ke sana. Gimana kalau kondisi ayahnya itu terus menurun, umur nggak ada yang tau, Mas!" ujarnya lalu menggigit buah pir yang ada di atas meja kerja Noval. "Eh, itu buah pir Mas maen gigit aja," Noval merebut buah itu dari tangan Tiara. Seolah mengalihkan topik pembicaraan. "Pelit! Huuuu!" ucapnya sambil berlalu pergi. "Eh, lupa!" Tiara mendongakkan kepalanya di depan pintu kamar yang belum tertutup. "Apa lagi?" jawab Noval malas, ia lalu memutar kursi kerjanya menghadap Tiara. "Bantuin ngerjain PR dong, tugas Kimia sama Matematika! Mumet nih, soalnya susah banget!" rengeknya manja. "Ya udah bawa sini!" jawab Noval setengah malas. Tapi demi adik

  • Kekasih Pengganti Nona Arogan   Bab 20. Kekasih Pengganti Nona Arogan

    "Pak Zul, tolong dengarkan penjelasan saya lebih dulu. Kita kembali ke dalam dan bicarakan ini baik-baik. Kita harus dengarkan apa pendapat anak-anak kita tentang masalah perjodohan ini, Karena sejatinya merakalah nanti yang akan menjalani pernikahan ini," bujuk Pak Sanjaya. "Sudah tidak ada yang perlu kita bicarakan lagi. Tadi saya dengar sendiri kalau Noval tidak menginginkan anak saya menjadi istrinya."Mendengar pertengkaran yang terjadi di rumah Noval. Para tetangga sekitar mulai berdatangan melihat. "Ada apa ini?""Ada apa ini?"Terdengar suara riuh ibu-ibu yang sudah memadati halaman rumah Noval yang pagarnya tidak terkunci. Bahkan sudah terlihat beberapa orang yang sudah siap dengan ponsel masing-masing yang siap mengabadikan momen pertengkaran yang ada di depan mata.Ketika rasa empati mulai terkikis, dan siapa saja sudah bisa jadi reporter dadakan. Semua direkam, semua diliput dalam media sosial. Dan menjadi trending adalah tujuan yang dicar

  • Kekasih Pengganti Nona Arogan   Bab 19. Kekasih Pengganti Nona Arogan

    "Gue udah di bandara." Sebuah chat masuk ke aplikasi hijau milik Noval. "Beneran aku nggak boleh nganter kamu pergi?" jawab Noval. Tak lama balasan chat Renata datang. "Nggak usah, yang ada tar gue nggak mau pisah dari lu. Makasih ya, buat yang tadi. Sumpah tadi gue malu banget diliatin orang-orang kayak gitu.""Aku yang makasih karena kamu ... udah terima aku. Jangan lepas cincinnya, ya! Maaf aku belum bisa ngasih yang layak buat kamu." Noval mengirim emoji hati merah. Renata mengirim sebuah PAP cincin yang melingkar di jari manis tangan kiri beserta emoji hati yang banyak. "Always together, Hopefully ( selalu bersama, semoga)." Tulis Renata penuh harap. "Semoga ayah kamu segera pulih. Habis itu aku bakal lamar kamu segera." Renata kembali membalas dengan emoji tersenyum girang. Lalu menulis AAMIIN. LOVE YOU. Tok! Tok! Tok! Terdengar suara ketukan di pintu kamar Noval. Sebelum menutup ponselnya ia dengan cepat membalas chat terak

  • Kekasih Pengganti Nona Arogan   Bab 18. Kekasih Pengganti Nona Arogan

    Sebuah pikiran buruk sempat terlintas di benak Renata. "Apa jangan-jangan dia mau bawa gue ke hotel atau ke tempat sepi terus gue di gitu-gituin sama dia. Ah, nggak mungkin dia pria baik-baik. Nggak mungkin dia ngelakuin hal gila kayak gitu. Ngeres banget ini otak.""Ikut aja, nanti aku tunjukin tempatnya." Noval mengulurkan tangannya dan langsung disambut oleh Renata. "Ok!" jawabnya tanpa pikir panjang lagi.Noval memberikan helm-nya yang berwarna putih itu pada Renata. Dia mulai menghidupkan kuda besinya dan melaju perlahan meninggalkan pelataran rumah Renata yang luas.Jalanan cukup lengang siang ini. Mungkin karena hari kerja, para pekerja masih disibukan dengan urusan pekerjaan mereka masing-masing. Beda halnya dengan para bos dan pimpinan perusahaan, terkadang meraka memiliki waktu luang yang lebih."Pegangan yang erat," pinta pria yang kini memakai jaket khusus untuk berkendara motor itu pada Renata saat melewati sebuah kawasan perbukitan yang cukup

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status