Share

Sebuah Rencana

Author: Bambii
last update Last Updated: 2024-05-14 12:29:48

Pagi ini Cassie sudah berada di studio lukisnya sendirian. Beberapa teman pelukis lain yang tergabung dalam studio lukisnya belum datang. Sembari menunggu, dia memakan sarapannya terlebih dahulu. Tadi sebelum berangkat Cassie sempat membuat sandwich.

Dia duduk di sebuah sofa single, kemudian memakan sandwich-nya dengan tenang. Pikirannya tiba-tiba melayang pada kejadian semalam. Iya, dimana dia ikut makan malam bersama keluarga Holt. Entah harus dia syukuri atau tidak, tetapi dia senang diterima oleh keluarga Holt.

Ngomong-ngomong soal itu, setelah mengantarnya pulang semalam, Ralph tidak menghubunginya lagi. Dunianya nampak kembali tenang seperti sedia kala. Dia merasa seperti seorang cinderella yang datang di pesta dansa.

Tidak sadar jika sedari tadi dia melamun, teman Cassie—Terra Amore yang baru datang merasa heran, tidak biasanya Cassie melamun sambil makan. "Selamat pagi, nona Roosevelt." Sapanya dengan suara dibuat seformal mungkin.

Sapaan itu menarik Cassie yang tenggelam dalam lamunannya. Dia terlonjak kaget. "Terra! Kau mengagetkanku!" seru Cassie saat menyadari itu adalah ulah Terra. Tadinya dia pikir ada tamu yang akan melihat beberapa lukisan. Hari ini studio mereka memang akan kedatangan tamu yang sudah mengonfirmasi akan datang untuk membeli lukisan.

Terra tertawa sambil berjalan menuju mejanya untuk menyimpan tas. "Lagipula untuk apa kau pagi-pagi sudah melamun. Kau sudah frustasi karena ancaman kencan buta itu?" tanya Terra yang sekarang memilih duduk di hadapan Cassie.

Cassie menghela napasnya. "Untuk yang satu itu sudah berhasil kuatasi." Dia mengambil setengah sandwich-nya yang belum dimakan, kemudian diberikan pada Terra.

"Bagaimana caramu mengatasinya? Kurasa Bibi tidak akan melepaskanmu sebelum kau memiliki kekasih." Jawab Terra dengan heran.

"Thanks, anyway," lanjutnya sambil mengangkat sandwich yang diberikan Cassie.

"Memang benar." Balas Cassie dengan santai. Ia meneguk susunya yang tak lagi hangat.

Terra melotot. "Maksudmu benar bagaimana? Kau sudah memiliki kekasih? Dengan laki-laki yang mana? Apakah semalam James Murphy berhasil kencan denganmu? Atau laki-laki sebelumnya, siapa namanya? Alfredo Caprice! Dia—" Terra terus menerus melempar pertanyaan hingga membuat Cassie bingung sendiri harus menjawab dari mana.

Kedua tangan gadis berjumpsuit itu terangkat. "Berhentilah Terra Amore!"

"Bisakah kau bertanya satu per satu saja?"

Gelak tawa keluar dari mulut Terra. "Oke, oke. Maafkan aku, aku terlalu bersemangat."

Cassie berdecak. "Kau bukan bersemangat, tapi penasaran tingkat tinggi."

"Ya, ya, ya. Terserah katamu," balas Terra sambil melambaikan tangannya di samping telinganya.

"Jadi, pria mana yang berhasil mengencani seorang Cassiel Smeraldo?" tanya Terra menaik turunkan alisnya untuk menggoda Cassie.

"Rahasia."

"WHAT?!"

-----

Di tempat lain, yaitu di kediaman keluarga Holt. Chloe Madeleine Holt sedang duduk di balkon kamarnya sembari menelepon seseorang.

"Halo, Kak Abi," sapanya saat panggilan suara telah tersambung.

"Hai, cantik. Ada apa? Kenapa menghubungiku pagi-pagi?" tanya seseorang di seberang sana.

"Tentu saja aku akan melaporkan kabar terbaru mengenai mantan kekasihmu," balas Chloe dengan kekehannya.

"Apakah kau memiliki waktu luang? Apakah aku mengganggumu?" tanya Chloe dengan lirih.

Terdengar tawa kecil di sana. "Tidak, kau tidak menggangguku. Dengan senang hati aku akan mendengarkan kabar itu. Apakah ada hal menarik soal Ralph?"

"Aku tahu kakak dan Kak Ralph tidak mungkin putus begitu saja. Aku yakin juga Kak Ralph sangat mencintaimu. Hanya saja, semalam Kak Ralph membawa pulang seorang gadis saat acara makan malam keluarga." Jelas Chloe memberitahu kabar yang terjadi semalam.

Tidak ada jawaban di ujung sana. Hening selama beberapa saat sampai Chloe melanjutkan ucapannya lagi. "Tapi tenang saja, aku akan tetap berada di pihakmu, Kak."

"Dengan status apa Ralph mengenalkannya?" tiba-tiba suara gadis yang sebelumnya terdengar lembut, kini berubah menjadi dingin.

Chloe terkesiap, sepertinya Abigail kesal dengan kabar yang dibawakan olehnya. "Kekasih," cicit Chloe lirih.

"Sialan! Aku melepas Ralph agar dia bisa berjuang mencari cara supaya mendapat restu dari ayah ibumu. Aku sabar menunggu sekalipun sudah sebulan berlalu. Tapi apa yang dia perbuat?" Abigail memekik kesal.

Chloe hanya bisa menelan ludahnya dengan susah payah. Dia tidak berani berkomentar apapun.

"Siapa gadis itu?" tanya Abigail.

"Cassiel Smeraldo. Seorang pelukis, pemilik CS Studio." Chloe menjawab dengan takut-takut.

Suara decihan terdengar. "Seorang pelukis saja mau bersaing denganku yang merupakan model internasional? Mimpi saja!"

Abigail menghela napasnya. "Kau masih berada di pihakku, kan?"

"T-tentu saja, Kak." Jawab Chloe dengan sedikit terbata.

"Bagus. Aku akan merebut Ralph dari gadis itu lagi. Aku yakin Ralph masih sangat mencintaiku. Dia tidak mungkin semudah itu melupakanku." Ucap Abigail dengan percaya diri.

"Aku masih ada pekerjaan di Paris untuk sementara waktu. Kau bantu aku awasi mereka." Lanjutnya sebelum telepon itu ditutup secara sepihak oleh Abigail.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Kekasih Pura-Pura CEO   James Tak Percaya

    Sinar mentari yang menyelinap melalui tirai kamar membuat Ralph mengerang rendah. Dia masih butuh mengistirahatkan tubuhnya, energinya terkuras habis semalam karena mengurus masalah James dan Grace.Cassie melihat Ralph yang hanya berbalik badan dan kembali tertidur. Ia pun berinisiatif untuk menutup tirai kamar hotel dengan gordennya. Lalu, ia kembali ke meja kerja dan melanjutkan aktivitasnya, apalagi jika bukan revisi desain.Fokusnya tidak lagi terpecah. Ia harus segera menyelesaikan revisiannya, karena sore nanti ia harus membawa Ralph pergi ke rumahnya. Ia belum membicarakan hal itu dengan Ralph, tapi Cassie yakin kekasihnya akan mengiyakan.Ketika jemarinya sedang sibuk dengan mouse, tiba-tiba sepasang tangan memeluknya dari belakang. Aroma musky bercampur woody mengenai penciuman Cassie. Tak perlu menoleh, Cassie sudah hafal itu adalah Ralph."Selamat pagi," sapa Ralph dengan nada rendah.Cassie mengusap tangan itu dengan lembut dan tersenyum hangat. Kepalanya menoleh ke atas,

  • Kekasih Pura-Pura CEO   Masa Lalu

    Jemari Grace bergerak, perlahan kelopak matanya terbuka. Dilihatnya langit-langit ruangan yang berwarna putih, juga sedikit aroma obat-obatan khas rumah sakit yang mulai dirasakan oleh indra penciumannya. Matanya berkedip, kemudian menoleh pada sebuah sofa panjang yang ada di sebelah ranjang pasien. Seorang lelaki tertidur dengan tangan kiri menutupi kedua matanya, napasnya terlihat naik turun secara teratur. Tentu saja Grace mengenali sosok tersebut, Arthur. Karena tak ingin mengganggu, Grace berinisiatif memencet bel, agar perawat segera mendatangi kamarnya. Setidaknya harus ada orang yang mengetahui dirinya telah siuman. Benar saja, tak membutuhkan waktu yang lama untuk seorang perawat mendatanginya. Grace tersenyum dan mengangguk saat perawat tersebut meminta izin untuk memeriksanya. "Silakan." Katanya. "Untuk saat ini kondisi Nona sudah stabil, namun Nona masih dalam masa observasi dokter. Nanti dokter akan datang

  • Kekasih Pura-Pura CEO   Kecewa

    Lima menit yang lalu, Ralph sudah pergi ke rumah sakit. Lelaki itu tidak pergi begitu saja, ia mencium kening Cassie terlebih dahulu, dan bertanya apakah dirinya diperbolehkan pergi ke rumah sakit malam ini juga?"Aku akan pergi, jika kau mengizinkan." Kata Ralph sembari mengusap puncak kepala Cassie dengan lembut.Cassie mengangguk. "Pergilah. Sepertinya mereka membutuhkanmu. Tapi kau tetap hutang cerita padaku."Ralph terkekeh mendengarnya. "Iya, aku akan menceritakannya nanti. Tunggu aku, ya ... ah tidak, maksudku, lebih baik kau melanjutkan tidurmu saja. Maafkan aku yang membuatmu terbangun. Saat ada kabar nanti, aku akan segera menghubungimu lagi." Jelas Ralph panjang lebar.Cassie mengangguk lagi. "Ya, pergilah. Hati-hati di jalan, jangan mengebut."Sebuah kecupan mendarat di kening Cassie. "Tentu saja. Aku pergi bersama Carlo, kau tak perlu khawatir. Jika ada hal mendesak segera hubungi Jovan, ia selalu siap sedia 24/7."Cassie tersenyum bila mengingatnya. Ia percaya, Ralph tid

  • Kekasih Pura-Pura CEO   Apa yang Terjadi?

    James berlarian menggendong Grace dari depan IGD, para perawat yang melihat kehadiran mereka segera bertindak mengambil bed mobile atau tempat tidur pasien yang dapat digeser."Selamat malam, Tuan. Apa yang terjadi?" seorang dokter IGD menghampiri James setelah berhasil meletakkan tubuh Grace di atas bed mobile."Dia minum alkohol seharian hingga melewati batas wajarnya. Kurasa dia juga tidak memakan apapun hari ini. Aku baru menemukannya dan sudah memberikan obat pengar. Mohon bantuanmu," pinta James yang raut memohon.Dokter tersebut mengangguk. "Baiklah, kau bisa menunggu di sana. Aku akan memeriksa kondisinya lebih dulu.""Dokter! Ada darah yang keluar dari rahimnya!" seru seorang perawat pada dokter IGD.Sontak saja kedua lelaki itu menoleh bersama. James dapat melihat darah merah yang kental keluar membasahi kaki Grace.Dahi James mengernyit. Apa yang terjadi sebenarnya? Apakah Grace memiliki sebuah penyakit serius yang tak ia ketahui? Atau apa? Sekarang apa yang harus ia lakuka

  • Kekasih Pura-Pura CEO   Keadaan Grace

    "Apakah semuanya aman, Bambolotta?" suara lembut dari seberang sana cukup membuat rasa penat Cassie berkurang.Gadis itu merebahkan tubuhnya di atas ranjang, masih dengan pakaian yang sama. Ia hanya menanggalkan sepatu hak tinggi dari kedua kakinya."Ya, kurasa." Balas Cassie seraya memijat pelipisnya."Tapi suaramu tidak menunjukkan hal yang sama, Bambolotta. Apakah ada sesuatu yang kau tutupi dariku?" tanya Iris sedikit khawatir.Cassie menggeleng ringan. "Tidak, aku hanya butuh beristirahat karena desain yang kubawa akan direvisi kembali.""Ah, begitu rupanya. Ya, kau memang perlu istirahat putriku. Madre akan pulang besok, mari bertemu di rumah." Ujar Iris yang merasa iba.Cassie mengangguk, kembali melupakan bahwa mereka sedang berbicara melalui telepon."Oh, iya. Kenapa aku bisa melupakannya?" Iris tiba-tiba berseru dan berbicara pada dirinya sendiri.Sementara itu Cassie melenguh kecil, dia sedikit terkejut dengan seruan ibunya. "Ada apa, Madre? Kau mengagetkanku.""Besok janga

  • Kekasih Pura-Pura CEO   Revisi Menyebalkan

    "Kalian tidak mungkin saling tertarik satu sama lain, kan?" tiba-tiba saja suara James menginterupsi hingga memutuskan kontak mata antara Cassie dan Ralph. Mendengar itu Cassie langsung tergagap. Entah mengapa ia merasa lidahnya kelu, padahal tadinya ia sangat lancar menjelaskan desain yang dibawanya. Jantungnya juga bereaksi lain, berdegup kencang jauh berbeda dari sebelumnya. "Aku? Kau mungkin sedang bercanda, Tuan James. Mana mungkin aku berani mengencani Tuan Muda Holt." Balas Cassie dengan segera. Ralph menyunggingkan senyuman miringnya. Dalam hal menghindari pertanyaan, Cassie memang jagonya. Tetapi sepertinya gadis itu melupakan satu hal, James Arthur merupakan pembaca mimik wajah yang handal. James terlihat mengernyit setelah mendengar jawaban Cassie. "Oh ya? Tetapi sepertinya aku tidak mengatakan kau berniat mengencani Tuan Holt. Kupikir kau hanya tertarik padanya, karena dia sangat ahli dalam bidang arsitektur

  • Kekasih Pura-Pura CEO   Pertemuan Profesional

    Setelah meminta izin pada Ralph, Cassie pergi menemui James untuk bertemu dengan kolega yang dimaksud oleh sahabatnya itu. Mereka bertemu langsung di lobby hotel Vetle Venesia, tempat Ralph dan Cassie menginap, sekaligus hotel milik keluarga Murphy. "Hi, James Arthur! What's up!" sapa Cassie pada James yang sedang berbicara dengan salah satu pegawai hotel. James menoleh setelah mendengar sapaan Cassie. Dilihatnya sosok perempuan yang berjalan anggun dengan blouse hitam lengan tiga per empat yang dipadukan loose pants berwarna krem. "Hai, aku baik. Bagaimana denganmu Nona Smeraldo?" James balik bertanya, kemudian mereka tertawa bersama. "Seperti yang kau lihat," balas Cassie seraya memeragakan gerakan melompat meski dirinya memakai heels. "Oh tidak, jangan lakukan itu, Cassie. Aku lebih menyayangkan heels Cristian Louboutin yang kau beli di musim dingin tahun lalu itu." Ungkap James yang menatap miris pada sepatu hak tinggi milik Cassie. "Tidak, ini aman. Tapi kau jahat, ka

  • Kekasih Pura-Pura CEO   Pengakuan

    "Cassiel?" suara Ralph yang memanggilnya, menyadarkan Cassie pada kenyataan. "Ya?" Cassie mendongak dan lagi-lagi tatapan mereka bertemu. "Ingin mencobanya denganku?" tanya Ralph sungguh-sungguh. Cassie memilin jemarinya, rasa gugup dan ragu masih menyelimuti hati dan pikirannya. "Mencoba apa?" "Menjadi kekasih sungguhan." Ucap Ralph penuh keberanian. Manik matanya tak lepas memandangi Cassie. "Bagaimana jika ..." Cassie menggantung kalimatnya, sedangkan Ralph masih setia menunggu lanjutannya. Entah mengapa, melihat Ralph yang begitu tulus membuat Cassie tak ingin melukai hati pria muda itu. Perasaan ini jelas berbeda dengan perasaannya pada James. Inikah perasaan yang dimiliki oleh ibunya? Yang menjadi buta akan segala hal buruk yang dilakukan oleh ayahnya? Yang menjadi tuli akan cacian semua orang yang ditujukan padanya? Yang selalu siap untuk berkorban dan setia kepada pasangannya. "Apakah ada hal ata

  • Kekasih Pura-Pura CEO   Venesia Bersamamu

    "Jadi, kita mau pergi kemana?" tanya Cassie sembari menatap Ralph dari samping. Lelaki bermarga Holt itu hanya berdeham rendah seraya mengetikkan sesuatu di ponselnya. Hal itu berlangsung beberapa saat, sampai Cassie hampir kesal menunggunya. Ketika Cassie akan membuka suaranya, Ralph sudah lebih dulu berbicara. "Hari ini kau tour guide-nya, nona." "Bagaimana, nona? Tempat apa yang akan kita kunjungi pertama?" Jovan ikut bertanya setelah Ralph selesai berbicara. Cassie mengambil napas, kemudian tersenyum. "Baiklah, akan kuperkenalkan kalian pada kampung halamanku." "Karena waktu sudah siang, kita pergi ke Grand Canal terlebih dahulu." Lanjut Cassie. Mobil Rolls Royce Phantom itu terus melaju di jalanan kota Venesia menuju sebuah destinasi wisata yang menjadi incaran utama para turis. Grand Canal adalah terusan perairan yang berada di kota Venesia. Grand Canal terkenal di seluruh dunia karena istana-istana berusia berabad-abad yang berdiri di kedua sisi air. Sebagian besar beras

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status