Share

Sepakat

Penulis: Bambii
last update Terakhir Diperbarui: 2024-05-11 11:20:20

Cassie memutar kepalanya ke samping. "Bantuan apa yang akan kau tawarkan?" tanya Cassie dengan ragu-ragu. Sejujurnya dia memang tidak yakin dan tidak ingin berurusan dengan lelaki yang dia temui di bar ini, tapi dia penasaran dengan tawaran itu.

"Menjadi kekasih pura-pura." Ralph menjawab dengan santai. Tangan kirinya masuk ke dalam saku celana pendeknya, sedangkan tangan kanannya masih memegangi tali Rex.

Dalam diam kedua mata Cassie bergerak memindai tubuh Ralph dari atas ke bawah, seolah mempertanyakan apakah Ralph pantas menjadi kekasih pura-puranya? Ehm, salah. Sepertinya lebih pada, apakah Cassie pantas menjadi kekasih pura-pura Ralph?

Lihatlah, hari ini untuk mengajak Rex jalan-jalan saja Ralph memakai kaos polo berwarna putih dan celana pendek berwarna khaki. Jangan lupakan kepalanya yang ditutupi dengan topi berwarna senada dengan bajunya. Ralph nampak mahal dan keren.

"Bagaimana?" tanya Ralph setelah menunggu jawaban yang cukup lama dari Cassie.

Mendengar pertanyaan itu, Cassie berdeham. "Bagaiman apanya? Kau belum memberikan alasan kenapa aku harus menerima tawaranmu, bukan? Aku yakin, kau tidak serta merta memberikan tawaran itu tanpa melakukan suatu hal yang menguntungkan."

"Katakan, apa yang harus aku lakukan sebelum itu," lanjut Cassie. Kepalanya mendongak, sedikit terlihat seperti wanita angkuh.

Di sisi lain, Ralph tidak percaya dengan apa yang dia dengar dari perempuan itu. Awalnya dia pikir Cassie adalah perempuan yang akan dengan mudah dibodohi olehnya, sehingga perbincangan ini akan berjalan lancar. Namun, ternyata Cassie adalah sejenis alpha woman yang susah ditaklukan. Bahkan dia mengerti ke mana perginya arah pembicaraannya.

Ralph berdecih lirih. "Tak kusangka kau adalah perempuan yang cukup cerdas. Baiklah, aku ingin kita membuat kesepakatan."

Salah satu alis Cassie terangkat, dia menatap heran pada Ralph. Tetapi dia juga tidak berniat memotong ucapan Ralph sebelum pria itu selesai berbicara.

"Aku butuh bantuanmu untuk menjadi kekasih pura-puraku. Keluargaku memaksa agar aku dapat pulang untuk makan malam bersama dan membawa kekasihku. Jadi, aku butuh bantuanmu malam ini."

"Selain itu juga, aku dapat membantumu dalam mengatasi masalah kencan buta itu. Kau boleh mengaku pada ibumu bila kau telah memiliki kekasih. Aku akan mengambil peran untuk itu." Ujar Ralph meyakinkan Cassie.

Beberapa detik gadis berpakaian sporty itu terdiam untuk menimbang semuanya. Sebenarnya dia mulai menyetujui penawaran Ralph, tetapi dia tetap harus berhati-hati dengan laki-laki yang tidak dikenalnya ini, kan?

"Darimana kau tahu masalahku?" tanya Cassie.

"Samuel, tentu saja." Balas Ralph datar.

Bersamaan dengan itu, sebuah notifikasi masuk di smart watch-nya. Itu adalah sebuah pesan dari ibunya.

Madre : nanti malam jangan lupa menemui James Murphy di Iridescenza Restaurant.

Cassie menghela napasnya. Banyak yang harus dia pikirkan. Pekerjaannya sudah cukup membuatnya lelah, jangan sampai karena kencan buta itu akan membuatnya semakin lelah. Sepertinya ide Ralph tidak buruk juga untuknya.

"Baiklah. Aku akan menyetujuinya, tetapi bagaimana jika semua kepalsuan ini terbongkar? Bukankah kita harus menyiapkan strategi untuk hal terburuknya?"

Seringaian muncul di wajah Ralph. Sejenak membuat Cassie merasa merinding di sekujur tubuhnya, padahal suasana sore ini cukup teduh dan segar, bukan dingin seperti sehabis hujan.

"Tentu saja, kita harus membuat kesepakatan untuk itu." Jawab Ralph masih dengan smirk di wajahnya.

"Apa isi kesepakatan itu?"

Ralph baru akan menjawab saat seorang anak kecil melewati mereka dengan mengendarai scooter. Dengan sigap, Ralph langsung menarik lengan Cassie agar tidak tertabrak. "Maaf Paman, Bibi. Aku harus lewat." Seru anak itu.

"Kau tidak apa-apa?" tanya Ralph dengan kerutan di dahinya. Cassie hanya mengerjapkan kedua matanya, kemudian mengangguk.

Setelah tersadar, Ralph langsung melepaskan tangannya dari lengan Cassie. Ia juga tidak mengerti dengan dirinya sendiri, biasanya dia tidak akan mempedulikan orang di sekitarnya.

"Baiklah. Aku setuju." Ucap Cassie pada akhirnya tanpa menyadari mereka belum membuat kesepakatan yang dimaksud.

Lalu, Ralph merogoh saku celananya untuk mengambil sebuah kartu nama di sana. Dia memberikan kartu nama itu pada Cassie. "Ini kartu namaku dan ada nomor teleponku di baliknya."

"Aku akan menjemputmu nanti tepat pukul tujuh. Jangan terlambat." Ralph melanjutkan ucapannya, sebelum dia beranjak pergi meninggalkan Cassie di sana yang hanya bisa melongo melihat kepergian Ralph.

Kemudian dia menunduk, sekadar ingin mengetahui siapakah nama lelaki menyebalkan itu.

Ralph Oliver Holt

Kedua mata Cassie sontak membola. Holt? Keluarga Holt? Salah satu keluarga pebisnis yang cukup terkenal di negeri ini?

Sialan, sepertinya dia telah salah mengambil keputusan. Jika seperti ini, dia sama saja menggali kuburan sendiri. Pasalnya dengar-dengar keluarga old money yang satu itu sangat menjaga relasi dan kehormatan keluarga royal sejenis mereka. Sedangkan dia? Cassie hanyalah seorang seniman yang bukan berasal dari keluarga kaya raya. Dia bahkan tidak memiliki marga.

Bila Cassie dikenalkan sebagai kekasih dari salah satu keturunan keluarga Holt, bukankah itu akan memalukan keluarga tersebut? Apakah Ralph tidak akan malu membawanya nanti?

"Madre, Padre ..." ucap Cassie dengan lirih. Dia mengigit bibir bawahnya dengan raut cemas.

Tapi tunggu sebentar, tadi sebelum Ralph pergi, dia mengatakan Cassie harus siap pukul berapa? Tujuh?

Cassie reflek memeriksa jam tangannya. Pukul setengah enam sore. Itu artinya dia hanya memiliki waktu satu setengah jam lagi untuk menghadiri acara makan malam dengan keluarga Holt.

"Ralph Oliver Holt sialan!!" pekik Cassie dengan keras hingga tanpa sadar membuat Cotton terkejut dalam gendongannya.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Kekasih Pura-Pura CEO   James Tak Percaya

    Sinar mentari yang menyelinap melalui tirai kamar membuat Ralph mengerang rendah. Dia masih butuh mengistirahatkan tubuhnya, energinya terkuras habis semalam karena mengurus masalah James dan Grace.Cassie melihat Ralph yang hanya berbalik badan dan kembali tertidur. Ia pun berinisiatif untuk menutup tirai kamar hotel dengan gordennya. Lalu, ia kembali ke meja kerja dan melanjutkan aktivitasnya, apalagi jika bukan revisi desain.Fokusnya tidak lagi terpecah. Ia harus segera menyelesaikan revisiannya, karena sore nanti ia harus membawa Ralph pergi ke rumahnya. Ia belum membicarakan hal itu dengan Ralph, tapi Cassie yakin kekasihnya akan mengiyakan.Ketika jemarinya sedang sibuk dengan mouse, tiba-tiba sepasang tangan memeluknya dari belakang. Aroma musky bercampur woody mengenai penciuman Cassie. Tak perlu menoleh, Cassie sudah hafal itu adalah Ralph."Selamat pagi," sapa Ralph dengan nada rendah.Cassie mengusap tangan itu dengan lembut dan tersenyum hangat. Kepalanya menoleh ke atas,

  • Kekasih Pura-Pura CEO   Masa Lalu

    Jemari Grace bergerak, perlahan kelopak matanya terbuka. Dilihatnya langit-langit ruangan yang berwarna putih, juga sedikit aroma obat-obatan khas rumah sakit yang mulai dirasakan oleh indra penciumannya. Matanya berkedip, kemudian menoleh pada sebuah sofa panjang yang ada di sebelah ranjang pasien. Seorang lelaki tertidur dengan tangan kiri menutupi kedua matanya, napasnya terlihat naik turun secara teratur. Tentu saja Grace mengenali sosok tersebut, Arthur. Karena tak ingin mengganggu, Grace berinisiatif memencet bel, agar perawat segera mendatangi kamarnya. Setidaknya harus ada orang yang mengetahui dirinya telah siuman. Benar saja, tak membutuhkan waktu yang lama untuk seorang perawat mendatanginya. Grace tersenyum dan mengangguk saat perawat tersebut meminta izin untuk memeriksanya. "Silakan." Katanya. "Untuk saat ini kondisi Nona sudah stabil, namun Nona masih dalam masa observasi dokter. Nanti dokter akan datang

  • Kekasih Pura-Pura CEO   Kecewa

    Lima menit yang lalu, Ralph sudah pergi ke rumah sakit. Lelaki itu tidak pergi begitu saja, ia mencium kening Cassie terlebih dahulu, dan bertanya apakah dirinya diperbolehkan pergi ke rumah sakit malam ini juga?"Aku akan pergi, jika kau mengizinkan." Kata Ralph sembari mengusap puncak kepala Cassie dengan lembut.Cassie mengangguk. "Pergilah. Sepertinya mereka membutuhkanmu. Tapi kau tetap hutang cerita padaku."Ralph terkekeh mendengarnya. "Iya, aku akan menceritakannya nanti. Tunggu aku, ya ... ah tidak, maksudku, lebih baik kau melanjutkan tidurmu saja. Maafkan aku yang membuatmu terbangun. Saat ada kabar nanti, aku akan segera menghubungimu lagi." Jelas Ralph panjang lebar.Cassie mengangguk lagi. "Ya, pergilah. Hati-hati di jalan, jangan mengebut."Sebuah kecupan mendarat di kening Cassie. "Tentu saja. Aku pergi bersama Carlo, kau tak perlu khawatir. Jika ada hal mendesak segera hubungi Jovan, ia selalu siap sedia 24/7."Cassie tersenyum bila mengingatnya. Ia percaya, Ralph tid

  • Kekasih Pura-Pura CEO   Apa yang Terjadi?

    James berlarian menggendong Grace dari depan IGD, para perawat yang melihat kehadiran mereka segera bertindak mengambil bed mobile atau tempat tidur pasien yang dapat digeser."Selamat malam, Tuan. Apa yang terjadi?" seorang dokter IGD menghampiri James setelah berhasil meletakkan tubuh Grace di atas bed mobile."Dia minum alkohol seharian hingga melewati batas wajarnya. Kurasa dia juga tidak memakan apapun hari ini. Aku baru menemukannya dan sudah memberikan obat pengar. Mohon bantuanmu," pinta James yang raut memohon.Dokter tersebut mengangguk. "Baiklah, kau bisa menunggu di sana. Aku akan memeriksa kondisinya lebih dulu.""Dokter! Ada darah yang keluar dari rahimnya!" seru seorang perawat pada dokter IGD.Sontak saja kedua lelaki itu menoleh bersama. James dapat melihat darah merah yang kental keluar membasahi kaki Grace.Dahi James mengernyit. Apa yang terjadi sebenarnya? Apakah Grace memiliki sebuah penyakit serius yang tak ia ketahui? Atau apa? Sekarang apa yang harus ia lakuka

  • Kekasih Pura-Pura CEO   Keadaan Grace

    "Apakah semuanya aman, Bambolotta?" suara lembut dari seberang sana cukup membuat rasa penat Cassie berkurang.Gadis itu merebahkan tubuhnya di atas ranjang, masih dengan pakaian yang sama. Ia hanya menanggalkan sepatu hak tinggi dari kedua kakinya."Ya, kurasa." Balas Cassie seraya memijat pelipisnya."Tapi suaramu tidak menunjukkan hal yang sama, Bambolotta. Apakah ada sesuatu yang kau tutupi dariku?" tanya Iris sedikit khawatir.Cassie menggeleng ringan. "Tidak, aku hanya butuh beristirahat karena desain yang kubawa akan direvisi kembali.""Ah, begitu rupanya. Ya, kau memang perlu istirahat putriku. Madre akan pulang besok, mari bertemu di rumah." Ujar Iris yang merasa iba.Cassie mengangguk, kembali melupakan bahwa mereka sedang berbicara melalui telepon."Oh, iya. Kenapa aku bisa melupakannya?" Iris tiba-tiba berseru dan berbicara pada dirinya sendiri.Sementara itu Cassie melenguh kecil, dia sedikit terkejut dengan seruan ibunya. "Ada apa, Madre? Kau mengagetkanku.""Besok janga

  • Kekasih Pura-Pura CEO   Revisi Menyebalkan

    "Kalian tidak mungkin saling tertarik satu sama lain, kan?" tiba-tiba saja suara James menginterupsi hingga memutuskan kontak mata antara Cassie dan Ralph. Mendengar itu Cassie langsung tergagap. Entah mengapa ia merasa lidahnya kelu, padahal tadinya ia sangat lancar menjelaskan desain yang dibawanya. Jantungnya juga bereaksi lain, berdegup kencang jauh berbeda dari sebelumnya. "Aku? Kau mungkin sedang bercanda, Tuan James. Mana mungkin aku berani mengencani Tuan Muda Holt." Balas Cassie dengan segera. Ralph menyunggingkan senyuman miringnya. Dalam hal menghindari pertanyaan, Cassie memang jagonya. Tetapi sepertinya gadis itu melupakan satu hal, James Arthur merupakan pembaca mimik wajah yang handal. James terlihat mengernyit setelah mendengar jawaban Cassie. "Oh ya? Tetapi sepertinya aku tidak mengatakan kau berniat mengencani Tuan Holt. Kupikir kau hanya tertarik padanya, karena dia sangat ahli dalam bidang arsitektur

  • Kekasih Pura-Pura CEO   Pertemuan Profesional

    Setelah meminta izin pada Ralph, Cassie pergi menemui James untuk bertemu dengan kolega yang dimaksud oleh sahabatnya itu. Mereka bertemu langsung di lobby hotel Vetle Venesia, tempat Ralph dan Cassie menginap, sekaligus hotel milik keluarga Murphy. "Hi, James Arthur! What's up!" sapa Cassie pada James yang sedang berbicara dengan salah satu pegawai hotel. James menoleh setelah mendengar sapaan Cassie. Dilihatnya sosok perempuan yang berjalan anggun dengan blouse hitam lengan tiga per empat yang dipadukan loose pants berwarna krem. "Hai, aku baik. Bagaimana denganmu Nona Smeraldo?" James balik bertanya, kemudian mereka tertawa bersama. "Seperti yang kau lihat," balas Cassie seraya memeragakan gerakan melompat meski dirinya memakai heels. "Oh tidak, jangan lakukan itu, Cassie. Aku lebih menyayangkan heels Cristian Louboutin yang kau beli di musim dingin tahun lalu itu." Ungkap James yang menatap miris pada sepatu hak tinggi milik Cassie. "Tidak, ini aman. Tapi kau jahat, ka

  • Kekasih Pura-Pura CEO   Pengakuan

    "Cassiel?" suara Ralph yang memanggilnya, menyadarkan Cassie pada kenyataan. "Ya?" Cassie mendongak dan lagi-lagi tatapan mereka bertemu. "Ingin mencobanya denganku?" tanya Ralph sungguh-sungguh. Cassie memilin jemarinya, rasa gugup dan ragu masih menyelimuti hati dan pikirannya. "Mencoba apa?" "Menjadi kekasih sungguhan." Ucap Ralph penuh keberanian. Manik matanya tak lepas memandangi Cassie. "Bagaimana jika ..." Cassie menggantung kalimatnya, sedangkan Ralph masih setia menunggu lanjutannya. Entah mengapa, melihat Ralph yang begitu tulus membuat Cassie tak ingin melukai hati pria muda itu. Perasaan ini jelas berbeda dengan perasaannya pada James. Inikah perasaan yang dimiliki oleh ibunya? Yang menjadi buta akan segala hal buruk yang dilakukan oleh ayahnya? Yang menjadi tuli akan cacian semua orang yang ditujukan padanya? Yang selalu siap untuk berkorban dan setia kepada pasangannya. "Apakah ada hal ata

  • Kekasih Pura-Pura CEO   Venesia Bersamamu

    "Jadi, kita mau pergi kemana?" tanya Cassie sembari menatap Ralph dari samping. Lelaki bermarga Holt itu hanya berdeham rendah seraya mengetikkan sesuatu di ponselnya. Hal itu berlangsung beberapa saat, sampai Cassie hampir kesal menunggunya. Ketika Cassie akan membuka suaranya, Ralph sudah lebih dulu berbicara. "Hari ini kau tour guide-nya, nona." "Bagaimana, nona? Tempat apa yang akan kita kunjungi pertama?" Jovan ikut bertanya setelah Ralph selesai berbicara. Cassie mengambil napas, kemudian tersenyum. "Baiklah, akan kuperkenalkan kalian pada kampung halamanku." "Karena waktu sudah siang, kita pergi ke Grand Canal terlebih dahulu." Lanjut Cassie. Mobil Rolls Royce Phantom itu terus melaju di jalanan kota Venesia menuju sebuah destinasi wisata yang menjadi incaran utama para turis. Grand Canal adalah terusan perairan yang berada di kota Venesia. Grand Canal terkenal di seluruh dunia karena istana-istana berusia berabad-abad yang berdiri di kedua sisi air. Sebagian besar beras

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status