Rachel melongo mendengar untaian kalimat panjang ibunya. Dengan mata menyipit ditatapnya wanita yang sudah melahirkannya itu sembari pikirannya mencoba mencerna apa maksud pembicaran barusan.“Jadi Mami meminta aku untuk pacaran sama kaka?”“Exactly!” Megan menjentikkan jari mengiakan.Rachel meneguk ludahnya. Ia memang sangat menyukai Bjorka. Tapi ia belum sepenuhnya paham apa maksud ibunya yang tiba-tiba mendukungnya untuk menjalin hubungan yang lebih intim dengan lelaki itu.“Ini Mami kenapa tiba-tiba menyuruh aku pacaran sama Kaka?” tatap Rachel curiga. Tidak mungkin ibunya itu memintanya kalau tidak ada maksud apa-apa.Megan mengembangkan senyum lalu mengangkat tangannya meminta agar sang putri duduk di sofa double di sebelahnya. “Duduk di sini dulu biar kamu ngerti.”Rachel terpaksa bangkit dari tempatnya lantas menempatkan diri di sebelah Megan seperti yang perempun itu inginkan.Megan mengambil tangan Rachel lalu menggenggamnya sambil mulai menjalankan misinya. “Maksud Mami me
"Om Andi tiba-tiba datang ke apartemen lo?” Radev mengulang informasi yang diterimanya dari Rachel.Adiknya itu menjawab dengan anggukan kepala. “Makanya itu gue juga heran.”Radev tampak berpikir sejenak. Sepanjang yang terekam di ingatannya meskipun orang tuanya dan orang tua Ajeng bersahabat sejak lama, namun Megan hanya bergaul dengan Regina, bukan suami wanita itu.“Udahlah, Ra, lo nggak usah mikir yang enggak-enggak. Mungkin Mami lo itu lagi ada janji sama Tante Regina, tapi Tante Regina berhalangan dan minta Om Andi yang menjemput Mami,” tandas Radev tidak ingin mempermasalahkannya.“Oh gitu ya?” Rachel masih merasa bimbang walau kakaknya berusaha meyakinkan.“Ya.”Radev baru akan meneruskan langkahnya ketika Rachel menahan tangannya. “Dev!”“Apa lagi?”“Soal keinginan Mami mau cerai sama Papi gimana?”“Maksud lo?”“Apa lo nggak bisa bantu ngomong sama Mami untuk mengurungkan niatnya? Gue kasihan sama Papi,” ucap Rachel sedih. Sebagai anak perempuan perasaannya jauh lebih halu
Bjorka menegakkan duduk menyadari betapa pentingnya topik pembicaraan ini.Bjorka memang memiliki kakek yang berprofesi sebagai pengacara. Dan kakeknya itu juga memiliki firma hukum yang menampung banyak pengacara hebat. Bjorka tentu tidak akan keberatan menolong Rachel, tapi tentu saja Bjorka tidak bisa memutuskan sendiri.“Pertama-tama aku ikut prihatin atas musibah yang menimpa kamu. Aku sangat ingin membantu kamu, Ra, tapi aku nggak bisa mengambil keputusan sendiri. Aku harus membicarakannya dulu dengan kakekku itu,” ucap Bjorka memberi jawaban.“Tapi kira-kira kakek kamu bisa kan, Ka? Soal bayarannya nanti aku akan jual mobil.”Bjorka terdiam setelah mendengar kesungguhan Rachel. Gadis itu begitu baik dan sayang pada orang tuanya walaupun orang tuanya itu begitu laknat. Sungguh kasihan.“Maaf, Ra, mengenai hal tersebut aku juga nggak bisa memastikannya. Aku harus bicara dulu dengan dia,” jawab Bjorka mempertegas perkataannya tadi. “Kalau boleh aku tahu kenapa lawyer-nya Om Marvel
“Ra, kenapa masih di sini? Udah ke toiletnya?”Rachel terkesiap ketika Bjorka menyentuh pundaknya dari belakang. Entah sudah berapa lama dirinya berdiri di sana menyaksikan ibunya yang asyik bermesraan dengan lelaki lain.Bjorka baru menyadari apa yang menarik perhatian Rachel sehingga gadis itu berdiri lama di sana. Tampak di sebuah meja Megan dan Andi sedang bercengkrama berdua bagaikan pasangan yang sedang kasmaran.“Tante Megan di sini juga?”Rachel mengedikkan bahu kemudian melangkah cepat menuju toilet. Bjorka ikut menarik kakinya dari sana. Tadi awalnya Bjorka juga ingin buang air, tapi langkahnya terhenti begitu saja saat menyaksikan Rachel berdiri termenung.Rachel tidak bicara sepatah katapun setelah mereka selesai makan dan meninggalkan restoran. Gadis itu mengarahkan pandangannya ke sisi kiri jendela mobil.Melihat sikap Rachel Bjorka jadi sungkan untuk mengajaknya bicara. Tapi ia tahu pasti ada sesuatu yang mengganggu pikiran adik sahabatnya itu.“Makasih, Ka,” lafal Rac
Radev baru saja melangkah keluar meninggalkan gedung kantor Axel. Ia baru selesai memberikan laporan bulanan pada pria itu mengenai perkembangan pengerjaan proyek yang ditanganinya.Baru saja masuk ke mobil dan menyalakan mesin, ia mendengar ponselnya berbunyi. Ada nomor tak dikenal tertera di layar yang membuatnya mengerutkan dahi. Berpikir itu bisa saja dari salah satu karyawannya di Lampung, Radev memutuskan untuk menerima panggilan tersebut.“Halo.”“Dev, ini gue.”Radev memulihkan ingatannya mencari tahu siapa peneleponnya. Radev tidak begitu hafal suara orang-orang tanpa melihat langsung wajah mereka, kecuali orang-orang terdekatnya.“Ini siapa?” tanyanya kemudian.“Gathan.”Radev menegakkan duduk ketika tahu siapa yang meneleponnya. Pria yang tidak disukainya setelah ia tahu pria itu pernah mencoba mempermainkan Starla.“Ada apa?” tanya Radev dingin.“Bisa kita ketemu?”“Lo mau apa? Langsung bilang aja sekarang,” jawab Radev keberatan. Ia tidak ingin membuang-buang waktu untuk
Cemberut aja, Sayangku?” cetus Radev menyaksikan wajah memberengut istrinya. Mereka sudah naik ke lantai tiga lima menit setelah Megan pergi.“Mami kamu tadi marah sama aku, Dev.” “Mami bilang apa?” tanya Radev ingin tahu. Tadi saat datang Radev tidak mendengar secara utuh apa isi percakapan istri dan ibunya. Ia hanya mendengar Megan menyebut-nyebut kata baby sitter.Starla menghela napas lalu merebahkan kepala di atas pangkuan Radev. “Mami kamu menyalahkan aku karena aku hamil lagi. Dia bilang kamu lagi susah tapi aku malah nambah anak. Dia juga bilang apa aku nggak bisa melakukan hal lain selain menyulitkan kamu,” urai Starla apa adanya sesuai dengan yang dikatakan mertuanya tadi tanpa ada yang ditambah atau dikurangi. Starla tidak bermaksud mengadu domba. Ia hanya ingin terbuka pada Radev. Radev berdecal kesal. Maminya itu memang menyebalkan. Padahal mau Starla hamil berapa kali juga tidak akan ada hubungannya. Kecuali jika misalnya Radev meminta bantuan wanita itu untuk mengasuh
Hari ini Radev dan Starla membesuk Ajeng di rumah sakit jiwa. Mereka berjanji bertemu dengan Gathan langsung di sana.Gathan tampak sudah menunggu di pelataran parkir rumah sakit. Entah sejak kapan. Tapi melihat betapa pedulinya Gathan pada Ajeng melebihi kepedulian orang tuanya sendiri membuat Radev dan Starla bertanya-tanya. Apa iya ada sepupu yang sesayang itu pada sepupunya. Sedangkan ikatan persaudaraan sesama saudara kandung kadang tidak sekuat itu.“Gathan baik banget ya, Dev, aku nggak nyangka kalau dia bakal sepeduli itu sama Ajeng, padahal cuma sepupu doang kan ya?” kata Starla berkomentar ketika menyaksikan Gathan dari jauh. Saat ini dirinya dan Radev masih berada di mobil.“Mereka memang sudah dekat dari dulu,” jawab Radev mencoba menyikapinya dengan wajar.Keduanya kemudian turun dari mobil. Gathan langsung menyongsong mereka. Pria itu merasa lega karena akhirnya Radev bersedia untuk datang seperti yang diinginkannya.“Thanks, Dev, akhirnya lo datang juga,” ucap Gathan p
Hari ini Starla dan Radev bersiap-siap untuk menghadiri acara wisuda Rachel. Sementara Rachel-nya sudah pergi sejak tadi.“Kaka beneran jadi PW-nya Rachel nggak ya?” Starla menggumam sambil mengaplikasikan maskara di matanya.“PW apa?” Radev yang menggendong Bintang menoleh pada sang istri.“Pendamping wisuda, Dev. Jadi Rachel kan ada challenge sama temen-temennya. Masing-masing dari mereka harus bawa pasangan. Siapa yang nggak bawa akan kena hukuman. Jadi aku saranin minta tolong sama Kaka. Perasaan dulu aku udah cerita deh. Masa kamu lupa?” Starla melirik suaminya melalui kaca meja rias.“Masa?” Radev berkerut.Starla mengangguk.“Oh, mungkin aku lupa,” jawab Radev.“Memangnya Pak Radev mikirin apa sih, kenapa sampai lupa begitu?” goda Starla.“Mikirin kamulah, mikirin apa lagi memangnya? Iya kan, Nak? Yang ada di pikiran Papa kan hanya Mama.” Radev meminta dukungan pada Bintang yang berada di dalam gendongannya tapi tentu saja anak itu tidak akan tahu apa-apa.Starla mendelik melal