Share

Khawatir

last update Last Updated: 2024-01-11 12:35:58

Bagai ada bom yang dijatuhkan di depannya Ajeng terkesiap. Akhirnya kebusukannya tercium oleh Radev. Tapi perempuan itu tidak akan semudah itu mengakuinya.

“Surat pemecatan Starla? Ini kamu kok jadi nuduh aku sih, Dev?”

“Aku menuduh kamu bukan tanpa alasan. Aku punya bukti yang kuat untuk itu.”

“Bukti apa?” Ajeng mengerutkan dahi. Sementara jantungnya berdebar dengan kencang. Ia takut kalau Radev benar-benar akan menyuguhkan bukti yang tidak bisa disangkal.

Radev mengeluarkan ponsel dari saku kemudian menunjukkan bukti rekaman CCTV pada Ajeng.

“See? Kamu yang membuat surat itu dan menyuruh office boy untuk meletakkannya di meja Starla. Kamu kenapa sih, Jeng? Ada masalah apa dengan Starla?”

“Tahu dari mana kalau aku yang membuat surat itu? Bisa aja kan office boy itu yang ngarang cerita,” balas Ajeng yang belum mau mengaku.

“Buat apa dia ngarang cerita dan memfitnah kamu? Kamu itu tunangan aku, Jeng. Dia nggak akan seberani itu bawa-bawa kamu. Dia hanya karyawan biasa. Sedangkan kamu?”

Ajeng terdiam saat Radev mencecarnya. Perempuan itu kehilangan kata-kata untuk membela diri karena sudah terbukti bersalah. Namun, bukan Ajeng namanya jika secepat itu menyerah dan mengakui terang-terangan kesalahannya.

“Aku nggak sengaja ngelakuin itu, aku cuma mau menarik perhatian kamu, Dev, soalnya kamu terlalu sibuk belakangan ini.”

“Tapi apa yang kamu lakuin itu salah besar. Bukan begitu caranya menarik perhatian aku. Alasan kamu terlalu mengada-ngada, Jeng!”

Tahu kalau perkataannya tak mempan meyakinkan Radev, Ajeng yang belum kehilangan akal memasang wajah cemberut sambil bergelayut manja di lengan Radev.

“Maafin aku ya, aku nggak tahu gimana lagi caranya menarik perhatian kamu. Jadi hanya itu satu-satunya cara yang kupikir paling tepat.”

“Lain kali kalau mau ngelakuin sesuatu dipikirin dulu apa akibatnya. Kalau sudah begini kan repot.” Setelah berkata begitu Radev menarik tangannya yang terkait dengan lengan Ajeng sehingga membuat perempuan itu cemberut.

Ajeng tidak tahu entah kenapa jadi serius begini. Hanya karena masalah Starla yang hanyalah orang biasa Radev sampai semarah itu padanya. Padahal jelas-jelas Ajeng adalah tunangan laki-laki itu.

“Eh, ada Radev. Sudah lama, Dev?” Tiba-tiba Regina yang merupakan ibunya Ajeng muncul dari dalam rumah.

“Belum terlalu lama, Tante,” jawab Radev berusaha agar tetap bersikap sopan walau saat ini suasana hatinya amat sangat buruk.

“Kenapa ngobrol di luar? Masuk yuk! Kamu juga, Jeng, kenapa Radev nggak diajak masuk?”

“Radev-nya nggak mau, Mi.”

“Kebetulan aku nggak terlalu lama, Tante. Ini juga mau pulang,” sela Radev lalu melirik arlojinya. “Udah malam, pamit dulu ya, Tante.”

“Hati-hati, Dev.”

“Dev, kamu lupa sesuatu!” Ajeng memanggil saat Radev sudah menarik Langkah. Perempuan itu menempelkan telunjuk ke pipinya begitu sang tunangan menoleh. “Kamu lupa cium aku.”

Radev membuang napas pelan. Ia tidak ingin melakukannya. Tapi karena ada calon mertuanya di sana dan Radev tidak mau pertengkarannya dengan Ajeng terbaca, maka ia terpaksa mencium pipi perempuan itu sekenanya.

Ajeng tersenyum semringah lalu membalas kecupan Radev. “I love you, Dev,” bisiknya manja.

Radev menjawab dengan gumaman tidak jelas.

Sampai larut malam Radev belum bisa memejamkan matanya. Rasa kesal di hatinya belum juga hilang. Kesal pada Ajeng yang sudah menjahati Starla dan juga jengkel setengah mati atas apa yang dilakukan mantan asistennya itu di klub tadi.

Tidak seharusnya Starla menjual diri, berkencan dengan lelaki hidung belang. Seharusnya Starla bisa menunggunya dulu untuk memvalidasi kebenaran isi surat itu.

Cukup lama Radev membolak-balikkan badan mengganti posisi berbaring, tapi tetap saja matanya enggan terpejam. Ranjang mewahnya yang empuk bagaikan ditabur duri sehingga membuat punggungnya terluka.

“Damn, kenapa jadi nggak bisa tidur?” keluhnya.

Turun dari pembaringan, diambilnya ponsel. Jarinya menggulir daftar kontak lalu berhenti saat menemukan nama Starla. Radev berpikir sesaat. Akan menelepon atau tidak. Ia harus tahu bagaimana keadaan Starla saat ini. Apa gadis itu sudah kembali ke rumah atau masih tenggelam di dalam hingar-bingar klub.

‘Nggak, nggak, dia bisa besar kepala kalo gue telfon.’

Radev mengurungkan niatnya menghubungi Starla.

‘Tapi gimana kalau ternyata dia masih belum pulang? Tempat itu nggak aman buat dia,’ bisik hatinya lagi.

Selama bermenit-menit Radev berperang dengan batinnya sampai merasa pusing sendiri. Untuk pertama kalinya ia memikirkan Starla sampai sekhawatir ini. Entah kenapa.

***

Cahaya matahari yang mencuri masuk melalui sela-sela vertical blind menerpa wajah Radev. Lelaki itu menggeliat. Perlahan kelopak matanya terbuka. Bersamaan dengan itu dering vintage dari ponsel merayap masuk memenuhi gendang telinganya.

Dengan matanya yang berat Radev melihat tulisan ‘Mami’ di layar.

“Halo, Mi,” sapanya dengan suara khas bangun tidur.

“Kamu di mana, Dev?”

“Masih di apart, Mi.” Lelaki itu menjawab sambil menguap.

“Udah jam berapa ini? Kamu nggak ngantor?”

Waktu menunjukkan pukul sebelas siang saat Radev mengarahkan matanya pada jam digital di nakas. Decakan kecil meluncur dari bibirnya. Semua ini gara-gara Starla. Sejak Starla berhenti jadwalnya kacau. Biasanya Starla datang hampir setiap pagi hanya untuk membangunkan dan memilihkan pakaian yang harus dipakai hari itu.

“Dev, kamu dengar Mami bicara?”

Suara maminya membuat Radev tersentak. Sempat-sempatnya dirinya melamunkan Starla saat sedang menelepon.

“Iya, Mi, bentar lagi.”

“Sebelum ke kantor ke rumah dulu.”

“Ada apa, Mi?” tanya Radev penasaran. Tidak biasanya ibunya itu meminta datang pada jam segini. Radev memang tinggal terpisah dengan orangtuanya. Selain lebih dekat dengan kantor, ia juga merasa nyaman tinggal sendiri di apartemen ketimbang di rumah bersama orangtuanya.

“Ada yang penting mau Mami omongin sama kamu.”

“Yang penting itu apa, Mi? Nggak bisa via telfon aja?” Radev terlalu malas jika harus ke rumah itu dulu.

“Pokoknya kamu ke sini dulu,” jawab si Mami berahasia.

Radev mengesahkan napas lalu dengan terpaksa menyanggupinya. “Iya, Mi, nanti aku ke rumah.”

“Jangan nanti-nanti, tapi langsung ke rumah. Mami tunggu secepatnya.”

“Iya, Mi, setelah mandi aku ke sana. Ini baru bangun banget.”

Setelah percakapan via telepon tersebut selesai Radev tidak langsung bangkit dari tempat tidur. Mantan asistennya mengisi pikiran Radev. Radev benar-benar butuh Starla. Ia harus bisa membuat gadis itu kembali bekerja dengannya bagaimanapun caranya.

***

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Dwi Winarni
terlalu susah untuk membaca bab berikutnya
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Kekasih Rahasia CEO   Tamat (Rahasia Seumur Hidup)

    "Pokoknya kalian wajib datang. Gue nggak mau ya nerima alasan apa pun.""Apa pun?""Ya, apa pun!" tegas suara di seberang sana penuh penekanan.“Ya udah, gue tanya Kaka dulu ya, dia mau apa nggak.”"Ya pasti mau lah. Kalau nggak mau gue pecat dia jadi adek ipar."Rachel tertawa lalu memutus panggilan."Siapa, Ra?" tanya Bjorka yang baru keluar dari kamar mandi."Rai.""Raihana?"Rachel mengiakan dengan anggukan kepala.Bjorka tidak bertanya lagi. Masih dengan mengenakan handuk dia membuka lemari mencari bajunya di sana. Biasanya Rachel yang menyediakan. Tapi karena tadi asyik teleponan dengan Rai, Rachel jadi lupa."Ka, Rai minta kita hadir di acara nikahannya." Rachel menyampaikan isi pembicaraan dengan Rai tadi.Setelah bertualang dari pelukan satu laki-laki ke laki-laki lain, akhirnya Rai memantapkan hati untuk menikah. Bukan pernikahan yang pertama memang. Dan mirisnya lagi adalah calon suami Rai berumur hampir dua kali lipat dari usianya. Saat Rachel protes, "Lo yakin mau nikah s

  • Kekasih Rahasia CEO   Malam Pertama

    Prosesi pernikahan Rachel dan Bjorka akhirnya berjalan dengan lancar dan baru saja berakhir.Rachel tidak merasa lelah sedikit pun meski rangkaian acara tersebut berlangsung hampir lima belas jam lamanya. Yang ada hanya perasaan bahagia.Perlahan pikirannya mulai mereka ulang lagi adegan demi adegan yang terselenggara tadi. Mulai dari prosesi akad nikah yang mengharukan sampai acara resepsi yang mewahnya tidak bisa dijabarkan dengan kata-kata.Zoia yang mulai saat ini ia panggil dengan sebutan Mama mengusahakan semuanya agar sempurna. Dia selalu memberikan yang terbaik untuk pernikahan kliennya, dan tentu saja saat pernikahan anak sendiri harus luar biasa.Seperti yang Rachel sepakati dengan Bjorka, Bjorka akan menunggunya di ballroom. Setelah mendengar komando dari MC, Rachel kemudian masuk diiringi oleh para bridesmaid. Yang menjadi bridesmaid adalah Starla, model-model Lavender Manajemen serta para sepupu Bjorka.Setelah menapakkan kaki di ballroom, wajah Rachel tertimpa lampu flas

  • Kekasih Rahasia CEO   Sah

    Bagi orang-orang mungkin keputusan Bjorka untuk menikahi Rachel hanya dalam jangka waktu satu bulan setelah status mereka berpacaran adalah keputusan yang paling gila. Mungkin mereka juga menganggap Bjorka tidak berpikir panjang. Tapi demi apa pun Bjorka sudah memikirkan semua ini.Setelah jadian malam itu Bjorka mulai memikirkan untuk menjalin hubungan yang lebih serius dengan Rachel. Bjorka sudah mengenalnya bertahun-tahun. Ia tahu persis bagaimana sifat dan karakter Rachel. Dalam waktu satu bulan itu juga ia mulai merasakan chemistry demi chemistry di antara mereka yang tidak pernah ia temukan saat dulu bersama Nicole. Perlahan Bjorka menyadari bahwa ia lebih cocok dengan Rachel. Maka saat menyampaikan pada mamanya bahwa ia sudah punya pacar dan juga mengatakan ingin menikahi pacarnya itu mamanya terkejut oleh kenekatan Bjorka. Mungkin Bjorka memang nekat. Tapi nekat yang ini bukan tanpa alasan. Nekat yang ini juga akan ia pertanggungjawabkan.Setelah meyakinkan kedua orang tuany

  • Kekasih Rahasia CEO   Surprise

    Starla menatap Rachel sambil senyum-senyum sendiri menyaksikan tingkah adik iparnya itu.Saat ini Rachel sedang mematut diri di cermin sambil memindai diri dari puncak kepala hingga bawah kaki. Rachel mengenakan dress berwarna peach dan masih merasa ada yang kurang. Ini entah dress ke berapa yang ia coba sejak tadi.Malam ini Bjorka akan mengajak ke rumahnya. Dan status sebagai kekasihnya yang Rachel sandang saat ini membuatnya merasa harus memberikan yang terbaik. Rachel memang sudah ribuan kali mondar-mandir ke rumah Bjorka, namun itu sebagai sahabat. Malam ini adalah untuk pertama kalinya ia akan menginjakkan kaki di sana sebagai pacar Bjorka. Dan rasanya gugup bukan main."Gimana, Ra? Masih belum juga?" tanya Starla melihat Rachel yang masih bimbang akan mengenakan baju yang mana."Ini sih bagus, tapi agak ketat di bagian dada," jawab Rachel."Atau coba yang ini."Rachel menerima midi dress floral berwarna putih dengan motif bunga-bunga kecil berwarna biru yang Starla sodorkan la

  • Kekasih Rahasia CEO   Meminta Restu

    "Please, Ka, jangan sekarang." Rachel menolak ketika Bjorka mengatakan akan membawa ke rumahnya dan mengenalkan pada orang tuanya bahwa saat ini Rachel adalah kekasihnya.Sudah satu bulan mereka berpacaran namun tidak seorang pun tahu perubahan status tersebut karena sejak awal mereka mengetahui keduanya bersahabat. Semua berjalan sebagaimana biasa."Kenapa nggak boleh?" Bjorka menatap Rachel lekat, ingin tahu apa alasannya.Tentu saja Rachel tidak siap dengan semua ini adalah karena ia khawatir respon yang akan diterimanya dari orang tua Bjorka. Selama ini mereka bisa menerima Rachel sebagai teman anak mereka. Namun hal yang sama belum tentu akan terjadi jika mereka tahu bahwa Rachel adalah kekasih putra mereka. Rachel tidak akan pernah lupa ucapan mamanya Bjorka yang pernah ia dengar dengan tidak sengaja. Dari sana sudah lebih dari cukup untuk menjelaskan sikap mereka pada Rachel."Bukan nggak boleh tapi aku rasa belum saatnya," jawab Rachel mengatakan alasannya."Jadi kapan saatnya

  • Kekasih Rahasia CEO   Jadian

    Satu tahun kemudian.365 hari telah berlalu. Bjorka kehilangan jejak Nicole. Sejak Nicole resign Bjorka tidak tahu lagi bagaimana kabarnya. Bjorka tidak pernah mencari tahu atau menghubunginya. Karena jika keep in touch dengannya semua akan semakin sulit.Hari-hari terasa begitu berat, hampa dan sunyi. Ternyata begini rasanya patah hati. Sampai detik ini Bjorka masih memikirkan perkataan Nicole waktu itu.Pintu kamar Bjorka diketuk. Lalu kepala Papanya menyembul. Javas tampak sudah rapi dengan Polo shirt hitam dan jeans biru pudar. Walau sudah bapak-bapak tapi papanya masih muda. Papanya bahkan jarang mengenakan celana kain selain ke kantor."Nggak malmingan, Ka?""Mau malmingan sama siapa, Pa?"Javas mendekat lalu duduk di pinggir tempat tidur tempat Bjorka berbaring."Masa udah mau kepala tiga masih jomblo aja," ledek Javas padanya."Ya mau gimana, nggak ada yang mau sama aku.""Yaelah, Ka, Ka ... Baru kehilangan cewek satu kali letoynya sampai satu tahun." Papa menoyor kepala Bjorka

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status