Starla terkesiap begitu mengetahui siapa laki-laki yang berada di dekatnya saat ini. Entah mengapa ia harus bertemu lagi dengan laki-laki itu. Meski bukan hal yang mustahil karena acara ini sangat potensial untuk mempertemukan mereka.“Boleh ikut duduk di sini? Siapa tahu kamu butuh teman curhat.”Starla terpaksa menganggukkan kepala menjawab pertanyaan itu.Gathan menempatkan diri di sebelah Starla. Mereka duduk bersisian mengarah ke jendela kaca atau lebih tepatnya membelakangi titik acara yang saat ini sedang berlangsung.Gathan berdeham memancing Starla yang diam tanpa kata di sebelahnya. Sudah sejak awal tadi ia memerhatikan Starla. Apapun gerak-gerik perempuan itu tidak sedetik pun lolos dari pengawasan matanya. Termasuk ketika Starla diam-diam menjauh dari kumpulan orang-orang.“Wanna share something with me?”Kali ini Starla terpaksa menolehkan kepalanya pada Gathan yang sejak tadi mencoba memancingnya untuk bicara.“Aku nggak tahu kalau kamu juga ada di sini,” ucap Starla.Pr
Starla duduk membatu di sebelah Gathan yang menyetir di sebelahnya. Tidak sepatah kata pun terlontar dari mulut mereka berdua. Starla tidak tahu kenapa Gathan yang jelas-jelas sepupu Ajeng malah menolongnya dengan memberi tumpangan. Walau bagaimanapun Starla harus berterima kasih atas kebaikannya itu sehingga ia bisa terhindar dari Radev.Setelah dua ratus meter mereka menjauh dari hotel perempuan itu meminta agar Gathan berhenti. Ia ingin pulang sendiri. Gathan membuatnya malu dan tidak nyaman.“Tolong berhenti di sini. Aku turun di sini saja,” pinta Starla agar Gathan menepi.Bukannya memenuhi permintaan Starla pria itu malah menekan pedal gas semakin dalam.“Gathan, tolong berhenti dulu, aku mau turun di sini,” pinta Starla sekali lagi.“Aku akan antar kamu sampai ke rumah,” jawab pria itu bersikeras.“Makasih, tapi nggak usah, biar aku naik taksi.”“Yakin mau pakai taksi? Tengah malam begini? Radev bisa frustasi kalau terjadi sesuatu pada asisten kesayangannya,” ucap pria itu lagi
"Saya butuh kamu ada di sini sekarang. Banyak yang harus kamu lakukan.”Itu bunyi pesan dari Radev yang Starla baca ketika ia menyalakan ponsel. Sudah sejak kemarin alat komunikasinya itu mati. Starla memang sengaja agar Radev tidak bisa menghubunginya.Tahu pesannya terkirim Radev langsung menelepon Starla. Tapi pria itu harus kecewa karena Starla tidak meresponnya.“Ini perintah, Starla! Datang ke apartemen saya sekarang! Atau ...” Pesan berikutnya masuk dan sepertinya sengaja digantung. Radev membiarkan Starla menebak sendiri apa isi ancaman itu.Starla membalas pesan itu. Jari-jemarinya bergerak lincah mengetik huruf demi huruf.“Atau saya potong gaji kamu. Begitu, Pak? Itu kan ancaman andalan Bapak? Saya juga bisa mengancam Bapak. Ini hari Minggu, Pak. Jadi jangan paksa saya kerja. Saya bisa laporin Bapak ke Disnaker.”Tidak ada lagi balasan dari Radev setelahnya. Mungkin ia tidak tahu apa lagi yang harus dikatakan.“La!!! Ikan lo gosong nih!!!”Teriakan adik tirinya membuat Star
Alangkah terkejutnya Starla saat mengetahui orang yang memeluknya itu adalah Radev. Sungguh, tidak pernah terlintas di pikirannya jika akan begini jadinya. Tadi Starla pikir ia dan Bjorka hanya akan pergi berdua.Starla memberontak, mencoba membebaskan diri dari pelukan Radev, namun lelaki itu malah membelenggunya semakin kuat hingga Starla tidak bisa bergerak.“Lepasin saya, Pak, jangan ngelakuin yang enggak-enggak,” ucap Starla kesal Ketika Radev tidak hanya memeluk tapi juga menciumnya.“Saya cuma mau nyium kamu, hanya itu,” balas Radev dengan ringannya tanpa peduli bagaimana dongkolnya Starla saat ini.Starla menyikut perut Radev dengan keras sehingga lelaki itu mengaduh dan melepaskan pelukannya dari Starla.Starla merasa ditipu. Kalau tahu ada Radev dipastikan ia tidak akan ikut dengan Bjorka.“Kok kayak gini sih, Ka?” protesnya pada Bjorka yang menyetir di depan.Bjorka melirik melalui spion tengah dengan menunjukkan perasaan bersalah. “Sorry, Starla, tanya Radev aja ya?”Starl
Radev termangu untuk sesaat setelah mendengar jawaban Starla. Kemudian lelaki itu menggelengkan kepalanya dengan cepat. Ia tidak rela Starla menjalin hubungan dengan orang lain di saat perempuan itu berada di masa penantian.“Saya nggak setuju. Kamu dilarang menjalin hubungan dengan siapapun.”Starla mengernyit, kurang yakin pada apa yang didengarnya. “Gimana, Pak?”“Saya nggak setuju dengan ide kamu. Kamu dilarang menjalin hubungan dengan siapapun, kecuali saya!” Radev mengucapkannya dengan suara yang jauh lebih tegas.Starla ingin tertawa mendengarnya. Ada ya orang seegois ini?“Saya nggak nyangka ternyata Bapak sangat egois,” kecam Starla.“Terserah kamu mau sebut saya apa, tapi kamu dilarang keras berhubungan dengan siapapun. Kamu adalah milik saya!” tegas Radev mengklaim dengan posesif.Andai saja bisa Starla ingin mengata-ngatai Radev dengan kasar sekarang. Pria itu dengan seenaknya mengklaim Starla sebagai miliknya, sedangkan dirinya sendiri begitu leluasa berhubungan dengan pe
Radev pergi meninggalkan rumah orangtuanya dengan perasaan kecewa yang begitu dalam. Seharusnya ia menyadari sejak awal bahwa kedua orangtuanya adalah orangtua yang egois. Percuma bicara baik-baik dengan mereka karena keduanya tidak akan mengerti. Mereka tidak akan paham apa yang Radev rasakan. Kalaupun mereka tahu toh keduanya tidak akan peduli. Bagi mereka yang terpenting adalah uang, harta, bisnis, dan segala hal-hal duniawi lainnya.Mengendara dengan kecepatan kencang Radev tidak tahu akan pergi ke mana. Ia tidak ingin pulang ke apartemennya. Tidak ada apa pun di sana. Ia butuh distraksi yang bisa mengalihkan dari rasa sakitnya malam ini.Dan di sinilah Radev terdampar sekarang. Setelah mengemudi bagai kesetanan langkahnya berakhir di sebuah bar.Dua gelas whiskey sudah berpindah dari gelas ke dalam lambungnya. Tangannya yang berisi gelas kosong terulur pada bartender meminta tambahan berikutnya.“Cukup, Dev! Lo udah banyak minum dari tadi.” Seseorang menghalangi niat Radev sehing
Starla hanya bisa menyaksikan dengan tubuh beku pemandangan di hadapannya hingga berdetik-detik lamanya. Ia harap saat ini sedang bermimpi. Tapi adegan yang tersaji di hadapannya begitu nyata. Ini bukanlah ilusi atau khayalannya saja.Rasanya Starla ingin menampakkan diri di hadapan Radev agar lelaki itu tahu bahwa Starla menyaksikan segalanya. Agar lelaki tahu bahwa Starla tidak mudah dibodohi. Tapi sebelum pikiran itu berkembang lebih liar Starla mengingatkan diri bahwa ia bukanlah siapa-siapa.Dengan hati yang tidak lagi berbentuk Starla merapatkan pintu lalu membawa dirinya pergi dari sana. Baru tadi siang ia dan Radev membicarakan kelanjutan hubungan mereka. Baru beberapa jam yang lalu Radev mengatakan memilih Starla dan akan bicara dengan keluarganya untuk meninggalkan Ajeng. Tapi apa yang Starla saksikan dengan matanya barusan meruntuhkan segala kepercayaannya pada Radev, yang sekaligus membuktikan padanya bahwa lelaki itu tidak lebih dari seorang bajingan.Tahu akan begini Sta
Radev memutuskan berangkat ke pabrik dengan disupiri oleh supir pribadinya. Entah mengapa. Padahal pria itu biasanya selalu menyetir sendiri. Starla mencoba untuk berpikir positif, mungkin saja Radev sengaja membawa supir agar Starla memiliki teman bicara selagi lelaki itu bersama dengan tunangannya.Dan jadilah Starla duduk di depan bersama supir pribadi Radev. Sedangkan Radev duduk berdua dengan Ajeng di jok belakang.Ajeng bermanja-manja dengan Radev meski lelaki itu tidak meresponnya. Ia menyandarkan kepalanya ke pundak Radev, tidak peduli sudah berkali-kali Radev menepisnya dan meminta agar Ajeng duduk baik-baik. Alhasil Radev hanya bisa membiarkan pada akhirnya.Selama perjalanan berlangsung Starla sibuk menenangkan hatinya. Ia mengingatkan lagi posisinya bahwa dirinya bukanlah siapa-siapa dan tidak boleh mencemburui apa yang dilakukan Radev dan Ajeng di belakang sana. Jangankan beradu bahu, lebih dari itu pun sudah pernah pasangan itu lakukan.Mereka tiba di pabrik sebelum jam