Maaf baru up lagi, baru sembuh setelah sekian lama. enjoy :)
“Kenapa cara jalanmu seperti itu? Apa kamu mencuri sesuatu di tempat ini?” tegur Sean saat melihat Patricia berjalan ragu-ragu dengan kepala tertunduk, kedua tangan bertaut erat di bawah perut, juga sesekali tatapan Patricia yang kesana kemari seolah menghindari orang yang menatapnya di depan meja kerja yang cukup besar itu.“Cara jalanku cukup normal, aku datang untuk menggantikan Eva.” Patricia masih mencuri-curi pandang pada wanita yang tadi duduk di pangkuan Sean dan kini sudah berdiri tegak disampingnya. Perempuan itu pun terlihat malu tapi dia terlihat mencoba mengabaikan tatapan Patricia.“Kau akan jadi orang yang mewakili diriku dalam segala hal. Aku tidak suka jika kau berjalan seperti orang bodoh yang tertangkap mencuri sesuatu,” tegur Sean sambil melirik tajam pada Patricia.“Aku tidak mencuri apa pun, aku datang karena diminta Eva,” gumam Patricia.“Karena disuruh? Bukan karena kesadaranmu sendiri kalau kau sedang bekerja disini?” tatapan Sean terlihat marah.“Maaf, aku te
Patricia menatap marah pada lelaki tua itu. Dia memang tidak suka jika ada orang yang dengan terang-terangan membicarakan dirinya, apalagi mencari tahu informasi dirinya melalui orang lain. Terlebih lagi orang itu adalah orang yang dia benci selama ini. “Patricia?” Sean menegur Patricia dengan sedikit kernyitan di wajahnya. Tidak biasanya Patricia menunjukan emosi kemarahan seperti itu pada orang lain selain dirinya. “Maaf, bisakah aku keluar dari ruangan ini sekarang juga?” pinta Patricia tanpa memandang Sean sama sekali. Dia masih menatap marah pada lelaki tua itu. “Aku tidak tahu apa yang terjadi antara kalian berdua, tapi ini urusan pekerjaan. Bersikaplah professional,” ucap Sean. Patricia sama sekali tidak peduli dengan ucapan Sean. Dia menetap kearah lain dengan amarah yang masih bergemuruh di dadanya. “Apa kau tidak mendengar apa yang aku katakan Patricia? Kenapa kau diam saja seperti orang bodoh? Cepat minta maaf pada Darren, dia rekan bisnisku. Apa pantas kau memperlakuka
Beberapa minggu ini Patricia terlihat sering uring-uringan karena pekerjaannya makin lama semakin banyak sehingga membuatnya sering lembur, juga dia sadar Sean selalu mengerjainya dengan menyuruh Patricia mengulang laporan padahal sudah kesekian kali dia membuat ulang. Lebih menyebalkannya lagi, Sean sekarang terang-terangan menggodanya di depan karyawannya sendiri.“Butuh bantuan Patcy? Ah, tapi sepertinya aku tidak bisa membantu karena Sean pasti akan marah jika ada yang membantumu. Saying sekali,” ujar Tasha setelah mengulas lipstikk merah mudanya. Dia sedang merapikan make up yang sudah mulai luntur.“Ini benar-benar gila Tasha, lelaki itu sepertinya ingin membuatku mati karena kelelahan. Dokumen yang sudah aku cek berapa kalipun harus diulang beberapa kali. Sean benar-benar gila!” umpat Patricia.Patricia berani mengumpat pada bossnya karena dia sedang berada di toilet yang kebetulan hanya ada dia dan Tasha di dalam.“Sudah jelas dia sedang mengincarmu, kenapa kamu tidak coba saj
Setelah turun dari pesawat, Patricia langsung pergi menuju kantor polisi untuk menemui seseorang di sana. Sejak dia pergi dari kantor sampai turun dari pesawat, teleponnya terus berdering tanpa henti dan Patricia terus mematikannya bahkan dia membuat teleponnya dalam mode getar saja. Tasha yang meneleponnya dan mengirim banyak pesan padanya pun sama sekali tidak dia gubris. Pikiran wanita berusia dua puluh lima tahun ini sedang sangat kacau sekarang. Sepanjang perjalanan dia hanya bisa menarik napas dalam-dalam dan mengurut kepalanya.“Selamat sore, saya Patricia wali dari William. Dimana adikku sekarang?” tanyanya pada polisi yang sedang bertugas.“Kamu Patricia Hills? Kakak kandung sekaligus wali dari William Zachary?” Patricia mengangguk dengan cepat. “Tunggu di sini sebentar. Aku harus menghubungi atasanku dulu.”Petugas itu pergi entah kemana selama beberapa menit. Patricia yang datang sendirian semakin merasa cemas dan gugup. Bertanya-tanya sebesar apakah masalah adiknya sampai
“Meski kubilang aku kenal mereka, bukan berarti aku bisa membantumu Patcy. Mereka punya koneksi dan kekuasaan yang jauh lebih luas dariku.”“Tapi aku tidak bisa membiarkan adikku di penjara Sean. Bagaimana jika ibuku bertanya dan ingin bertemu dengannya? Apa yang harus aku lakukan?”“Patcy, terakhir kau bertemu dengannya saja kau sudah meninggalkan dia tanpa uang sedikit pun. Semua ini tidak akan terjadi jika kau tidak melakukan itu. Bisa saja itu salahmu bukan?”Patricia tidak membantah lagi dengan apa yang diucapkan bossnya itu. Dia sepertinya menyadari jika adiknya seperti ini karena dia meninggalkan saat mereka bertemu satu bulan lalu. Jika Patricia tidak meninggalkannya, mungkin Will tidak akan masuk penjara dan tidak ada masalah dengan siapa pun.“Aku hanya ingin memberi adikku sedikit pelajaran saja, aku ingin dia tahu kalau mendapat uang itu tidak semudah saat dia meminta. Dan aku juga tidak tahu jika hasilnya akan jadi seperti ini,” ujar Patricia dengan lemas. Dia membuang na
“Tolong gantikan aku sebentar saja! Hanya dua jam, aku janji hanya dua jam. Ibuku sedang tidak baik-baik saja di rumah sakit, perawat bilang mereka butuh aku untuk menenangkannya. Ayolah Julia, aku akan mentraktirmu makan malam nanti!” Patricia memohon pada rekan kerjanya untuk menggantikannya sementara dia pergi. Pihak dari rumah sakit tiba-tiba saja menelpon dan memberi tahu bahwa episode ibunya kembali terjadi. Emosinya tidak stabil dan menyerang semua perawat yang datang mengurusnya.“Hari ini aku ada kencan dengan Erick. Aku dan dia sudah merencanakannya jauh-jauh hari lalu kau datang menghancurkan rencana kencanku. Dia sangat sibuk, aku tidak tahu kapan kami akan berkencan lagi,” omel Julia. Dia sudah melotot kemudian mengentakkan kakinya kesal.“Aku tahu aku salah, tetapi aku tidak bisa membiarkan ibuku dalam kondisi seperti itu. Nanti malam aku akan mentraktirmu makan steak enak di restoran, aku janji! Tolong gantikan aku sebentar saja.” Patricia tampak pasrah, tahu lagi harus
“Kak, apa besok bisa datang ke pertemuan orang tua di sekolah? Kakak tidak perlu datang jika sibuk, aku akan memberi tahu guruku bahwa kakak sibuk dan tidak bisa datang,” ujar Karina adik bungsuku.“Jam berapa pertemuan itu dimulai? Kakak mungkin bisa datang setelah jam makan siang,” aku sibuk menyiapkan sarapan untuk adikku.“Pertemuannya jam sebelas siang, tenang saja kamu masih sempat datang di saat-saat terakhir, Kak. Tapi apa benar tidak apa-apa kau datang? Bagaimana dengan pekerjaanmu, kakak pasti sangat sibuk,” sahut Karin sambil mengunyah french toast yang dioles dengan madu dan juga buah stroberi sebagai topingnya.“Tidak apa-apa, aku satu-satunya keluargamu yang bisa datang di setiap kegiatan sekolahmu. Will sedang berada di tempat yang jauh. Dia pasti sangat sibuk sebagai mahasiswa tahun pertama, jadi dia sepertinya tidak akan pulang,” Aku selesai mengemasi sarapan sekaligus makan siangku. Kuminum susu cokelat yang menjadi favoritku sampai habis.“Kamu tidak pernah makan a
Jam sudah menunjukkan pukul setengah enam sore dan semua pekerjaan selesai tanpa perlu lembur. Semoga saja Crazy Baldie itu tidak datang ke ruangan dan menyuruh untuk kerja lembur menyelesaikan pekerjaannya. Selain itu masih punya waktu lebih dari satu jam sebelum pergi ke restoran yang menjadi tempat pekerjaan yang lain, tetapi sepertinya harus datang lebih awal karena hampir memasuki jam makan malam.Lagi, hal yang membuat kesal sejak tadi adalah ada beberapa nomor yang tidak dikenal sama sekali terus menerus mengirimkan spam pesan. Isinya hampir sama, berisi ancaman-ancaman yang tidak tahu apa alasannya, tawaran pada sesuatu yang sudah jelas merupakan suatu penipuan. Mereka benar-benar tidak lelah mengganggu orang lain dengan cara seperti ini.“Tricia? Kamu sudah pulang?” ternyata Julia yang memasuki ruanganku.“Juli? Kupikir yang datang Thomas si Crazy Baldie,” aku muncul dari tempat persembunyianku dengan penuh kelegaan.“Memangnya dia selalu datang ke ruanganmu setiap jam pulang