Share

Bab 6. Koki Pribadi

Kaki Becca terasa berat melangkah ke galeri tempat kerjanya. Namun bagaimana pun juga ia harus berangkat, mempertanggung jawabkan kesalahannya kemarin. Masih sangat jelas dalam ingatannya saat tadi malam, ia mendapat pesan dari Pak Yandi yang memerintahkannya untuk tetap berangkat kerja seperti biasa hari ini.

Tapi yang terutama, Pak Yandi ingin memberitahu Becca soal teknis bagaimana harus membayar kerugian akibat rusaknya kalung berlian itu.

Semalam, Becca juga mendapat pesan di ponselnya dari Milla, teman baiknya di galeri. Mila bilang jika ia dan teman-teman lain akan mendukung Becca. Walaupun mereka sendiri tidak tahu hukuman apa yang akan Becca terima.

Namun Becca sudah sangat bersyukur dan berterima kasih karena memiliki teman-teman yang ternyata menyayanginya walaupun ia belum lama bekerja di galeri.

Langkah Becca terhenti di depan galeri, ia mengumpulkan keberaniannya. Dipandangnya Jewelry Gallery yang nampah megah dan mewah.

Becca memejamkan matanya, mengatur nafasnya yang memburu karena jantungnya berdetak lebih kencang dari biasanya. Namun bagaimana pun juga, ia harus siap menghadapi apapun yang terjadi.

Akhirnya Becca melangkah masuk dengan langkah berat, galeri masih sepi. Hanya terlihat ada beberapa cleaning service yang sedang bekerja membersihkan ruangan.

Becca terus berjalan ke ruang karyawan yang ada di bagian belakang, meletakkan tasnya dan bersiap untuk bekerja. Teman-temannya terlihat belum ada yang datang, Becca memang sengaja datang sepagi mungkin.

Becca sedang mengecek pesan di ponselnya saat didengarnya suara langkah mendekatinya. Saat Becca menoleh, Pak Rohan terlihat berjalan mendekatinya.

"Becca, ke ruang saya sekarang!" perintah Pak Rohan dengan wajah tegang.

"Baik, Pak Rohan," sahut Becca cepat dan  berjalan lemah mengikuti manajernya itu.

Becca tak menyangka ia akan 'diadili' sepagi ini. Namun ia mang harus siap apapun yang akan terjadi.

Saat pintu kantor Pak Rohan terbuka, mata Becca langsung membelalak. Dilihatnya Tuan Arga dan Pak Yandi duduk di sana, menunggunya.

Becca berjalan di belakang Pak Rohan, seakan tidak mau menampakkan dirinya. Becca ingin sekali berlindung tapi ia tidak tahu harus berlindung pada siapa.

"Tuan Arga, ini Becca yang Tuan cari," kata Pak Rohan dengan menundukkan wajahnya, ia merasa segan berbicara langsung menatap mata Tuan Arga yang seperti menusuk.

Sedangkan Becca, ia juga menunduk namun sempat melihat tatapan tajam mata Tuan Arga.

"Selamat pagi, Tuan Arga, Pak Yandi," sapa Becca setenang mungkin. Padahal jantungnya terasa berdetak lebih kencang.

Pak Yandi berdiri dari duduknya dan mengajak Pak Rohan dengan isyarat matanya, untuk keluar ruangan. Sementara Becca masih berdiri di tempatnya.

Tuan Arga mengamati Becca dengan pandangan lurus terasa mengintimidasi. Ia hanya diam beberapa menit, entah apa yang dipikirkannya. Namun hal ini justru membuat Becca semakin takut, keberaniannya yang tadi telah dikumpulkannya seperti hilang ditelan asap.

"Namamu Becca?" tanya Tuan Arga dengan suara rendahnya yang membuat Becca ketakukan walaupun hanya untuk menjawab.

"Be ... benar, Tuan." Akhirnya Becca berhasil mengeluarkan suaranya walaupun terdengar gugup.

"Hem saya hanya mau memastikan cara kamu membayar hutang kalung itu," kata Tuan Arga.

Becca hanya terdiam, ia sendiri tidak punya ide atau apapun yang dapat dipikirkannya untuk mencari uang, mengganti kerusakan kalung berlian itu.

"Kamu maunya bagaimana untuk mengganti kalung berlian saya?" tanya Tuan Arga sekali lagi.

"Saya akan menyicilnya Tuan. Tolong hitung saja berapa hutangnya. Saya pasti akan melunasinya," ucap Becca dengan keberaniannya yang tersisa menatap mata Tuan Arga, meyakinkan bahwa ia akan membayarnya.

Tuan Arga memicingkan matanya, seperti tidak percaya apa yang Becca katakan.

"Yakin kamu bisa?! Sampai kapan kamu akan mencicilnya? Seumur hidupmu?"

"Saya tidak tahu, Tuan. Potong saja gaji saya setengahnya," kata Becca yang tidak yakin ia akan sanggup membiayai hidupnya dengan sisa gaji yang diterimanya.

"Becca, kamu tinggal dengan orang tuamu?" tanya Tuan Arga yang mengejutkan Becca karena melenceng dari topik.

"Saya yatim piatu, Tuan. Dari kecil saya tinggal di panti asuhan dan saya tidak tahu orang tua saya," jelas Becca.

"Ehm ternyata begitu." Tuan Arga tidak menyangka ternyata Becca seorang yatim piatu.

Tuan Arga kembali terdiam, seperti berpikir apa yang akan dilakukannya terhadap Becca.

"Baiklah, Becca. Saya mau menawarkan supaya kamu lebih cepat melunasi hutangmu."

"Saya menolak jika Tuan Arga meminta hal yang aneh-aneh," sahut Becca yang wajahnya kini mulai terlihat kesal.

"Haha ... Kamu pasti teringat yang kemarin ya? Kali ini saya serius. Kamu bisa memasak?" tanya Tuan Arga yang mengejutkan Becca karena di luar dugaannya.

"Tentu saja bisa, tapi masakan rumahan seperti biasa," kata Becca tidak tahu kemana arah pembicaraan Tuan Arga.

"Justru itu yang saya cari. Setiap sore sepulang kerja, kamu datang ke rumah saya dan memasak makan malam. Bagaimana?" tanya Tuan Arga lagi.

"Maksudnya saya jadi tukang masak saja?"

"Iya, tukang masak saja. Setelah saya makan, kamu bisa langsung pulang. Anggap saja kamu jadi koki pribadi saya. Bagaimana?" Tuan Arga bertanya sekali lagi menawarkan sesuatu yang terdengar tidak masuk akal di telinga Becca.

"Apakah Tuan Arga tidak punya koki?" tanya Becca curiga karena tidak mungkin orang sekaya Tuan Arga tidak mampu membayar seorang koki.

"Kenapa kamu menanyakan hal yang bukan-bukan? Saya ini sudah berbaik hati menawarimu solusi yang mudah." Tuan Arga malah terlihat kesal.

"Baik, Tuan Arga. Saya menerimanya, tapi untuk berapa lama?" tanya Becca yang masih tidak percaya dengan tawaran Tuan Arga.

"Aku kira satu tahun cukup," ucap Tuan Arga terdengar puas.

"Saya menerimanya. Terima kasih, Tuan," sahut Becca dengan cepat, takut Tuan Arga akan berubah pikiran. Ia tidak menyangka akan semudah ini untuk melunasi hutangnya.

"Kamu sudah yakin?" Tuan Arga bertanya lagi.

"Iya, Tuan. Tapi apakah dalam satu Minggu saya boleh libur sehari saja?" Becca masih menawar.

"Haha ... kamu ini tidak punya rasa takut ya?! Tapi baiklah, kamu boleh libur di hari Minggu saja. Selebihnya kamu tetap datang ke rumah saya setiap sore."

"Baik, Tuan." Becca tersenyum simpul di sudut bibirnya, tidak menyangka jika ternyata Tuan Arga sangat baik kepadanya.

"Oke, kita sepakat. Nanti biar Yandi yang akan membuatkan perjanjian agar kamu tidak seenaknya mengingkari kesepakatan kita dan kabur dari tanggung jawab mengganti kerugian kalung," ucap Tuan Arga santai.

"Baik, Tuan. Terserah Tuan Arga saja baiknya bagaimana," kata Becca pasrah. Bukankah ia sebenarnya tidak punya banyak pilihan?

Akhirnya Becca diperkenankan untuk keluar dari ruang kantor Pak Rohan. Hatinya sangat senang, ia sangat bersyukur ternyata nasib baik masih berpihak padanya.

Sementara itu, di dalam kantor Pak Rohan, Tuan Arga tersenyum senang. Rencananya ternyata berhasil semudah ini. Gadis di hadapannya dengan mudah masuk ke dalam permainannya.

Rasanya ia sudah tidak sabar menanti Becca datang ke rumahnya. Aahh ... ia sangat bersemangat!

-

-

-

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status