Share

Bab 7. Maksud Lain

Yandi segera masuk ke dalam ruang kantor saat Becca keluar. Terlihat Tuan Arga tersenyum simpul, matanya memancarkan semangat yang jarang dilihat Yandi.

Menghela nafas lega, tak terasa Yandi pun ikut tersenyum. Yandi merasa urusan dengan Becca akan berjalan mudah dan lancar. Yandi berdiri saja di hadapan Tuan Arga, menunggu apa yang akan diperintahkan padanya.

"Yandi, tolong buatkan perjanjian hutang piutang pada Becca, supaya semuanya jelas. Ada hitam di atas putih," perintah Tuan Arga.

"Baik, Tuan. Apakah seperti yang Tuan Arga katakan tadi di mobil? Becca bekerja sebagai koki di rumah Tuan selama satu tahun?" tanya Yandi memastikan.

"Benar."

"Apakah ada tambahan yang lain?" tanya Yandi lagi.

"Hem ... Sepertinya itu sudah cukup. Buatkan draft kontraknya, biar nanti aku periksa," kata Tuan Arga.

"Baik, Tuan."

"Apa jadwalku setelah ini?" tanya Tuan Arga, lalu berdiri dan akan meninggalkan kantor Jewelry Gallery ini. Ia tahu sudah waktunya kembali pada pekerjaannya yang sudah pasti menumpuk.

"Setelah ini, Tuan Arga sudah dijadwalkan untuk bertemu klien dari Singapura. Sepertinya mereka ingin memperpanjang kontrak," jelas Yandi sambil membuka catatan di ponselnya tentang jadwal Tuan Arga hari ini.

"Baiklah. Mereka ingin bertemu di mana?" tanya Tuan Arga yang sudah berjalan keluar kantor.

Pak Rohan dan karyawan yang lain menundukkan kepalanya tanda hormat pada big boss mereka tanpa banyak bicara, hanya melihat Tuan Arga dan Yandi keluar dari Jewelry Gallery lalu masuk ke mobil mereka.

"Mereka sudah menunggu di kantor pusat, Tuan," kata Yandi sambil menyetir mobil dengan kecepatan sedang.

"Oke," sahut Tuan Arga sambil mengambil ponsel yang ada di sakunya karena berbunyi, tanda ada panggilan masuk.

Saat melihatnya, Tuan Arga pun menolak panggilan itu. Ia membuang ponselnya ke samping tempat duduknya. Nama 'Sarah' terlihat lagi saat ponselnya kembali berbunyi.

Rasanya ia sangat malas meladeni Sarah, apalagi di jam kerjanya yang padat.

Tuan Arga lalu memblokir nomor Sarah. Ia tidak mau mengambil resiko jika Sarah kembali menelponnya saat nanti sedang ada meeting penting.

"Yandi, tolong kamu selidiki Sarah," perintah Tuan Arga sambil memijit keningnya.

"Selidiki bagaimana, Tuan?" tanya Yandi tidak begitu paham akan apa yang Tuan Arga maksud.

"Kamu selidiki saja semuanya tentang Sarah. Aku hanya ingin mencari celah agar bisa memutuskan pertunangan. Tidak tahan rasanya jika ia bermanja-manja," ucap Tuan Arga kesal. Entah mengapa semakin hari, rasa sebalnya pada Sarah semakin bertambah. Apalagi jika Sarah mulai merajuk dan manja, Tuan Arga hanya ingin segera menjauh. Tapi untuk saat ini, rasanya itu tidak mungkin. Ia hanya memikirkan orang tuanya jika ia memutuskan pertunangan dengan Sarah tanpa alasan yang jelas.

"Baik, Tuan Arga." Yandi memang harus siap akan perintah apapun dari Tuan Arga, walaupun itu terkadang tidak masuk akalnya.

Sebenarnya Yandi pernah menyelidiki Sarah sebelum acara pertunangan waktu itu. Kegiatan Sarah seperti wanita-wanita kaya pada umumnya. Ke salon, belanja, makan bersama teman-teman atau pergi ke gym. Hanya itu kegiatan Sarah yang Yandi temukan.

Dan sekarang, ia harus kembali menyelidiki kegiatan Sarah lagi. Tapi jika itu yang diinginkan Tuannya, maka ia tidak bisa membantah.

***

Becca berdiri di belakang etalase galeri dengan wajah manyun. Pikirannya sudah melayang tak menentu. Akal sehatnya tidak bisa menerima akan tawaran Tuan Arga yang aneh baginya.

Menjadi koki selama satu tahun dan ia sudah bebas dari hutangnya? Apakah itu mungkin?

Becca masih melamun saat pundaknya ditepuk pelan. Seketika Becca menoleh, dilihatnya Mila, sahabatnya tersenyum padanya.

"Melamun terus dari tadi. Memang apa yang Tuan Arga katakan tadi?" tanya Mila ingin tahu. Ia pun merasa penasaran, karena Becca hanya menutup mulutnya jika tidak ditanyai.

"Nanti aja setelah pulang kerja aku ceritain, Mil. Kalau sekarang, takut nanti ditegur Pak Rohan," kata Becca sambil melirik ke arah Manajernya berdiri tak jauh dari tempatnya.

"Oke, baiklah," ucap Mila lalu menjauh dari Becca dan kembali ke tempatnya.

Selesai jam kerja, Mila langsung menyeret Becca ke kafe tak jauh dari galeri. Ia sudah tidak sabar mendengar hukuman apa yang Tuan Arga berikan untuk Becca.

Setelah duduk di pojok yang jauh dari pelanggan yang lain, Becca dan Mila memesan kopi dan cemilan untuk menemani mereka mengobrol.

"Ayolah Bec, memang Tuan Arga menghukum kamu apa sih?" tanya Mila yang semakin penasaran.

"Hem ... ceritain nggak ya?" Becca malah menggoda Mila yang semakin terlihat tidak sabar.

"Ah terserah lah," ucap Mila pura-pura marah.

Sementara Becca hanya tertawa melihat Mila yang ngambek.

Minuman dan makanan kecil pun datang, Becca segera meminum kopinya.

"Mila, tadi itu Tuan Arga menyuruhku memasak makan malam di rumahnya setiap hari setelah aku pulang kerja selama satu tahun. Jika aku bisa melakukannya dengan baik, maka hutang kerugian kalung berlian itu lunas," ucap Becca akhirnya memberitahu Mila.

Dahi Mila tiba-tiba mengernyit, tidak bisa masuk diakalnya jika hutang sebesar itu akan dengan mudah dilunasi.

"Hanya itu?" tanya Mila tidak percaya.

"Yup! Hanya itu," kata Becca mantap.

"Apa kamu nggak merasa aneh dengan tawaran begitu?" tanya Mila lagi yang masih tak percaya.

"Hem gimana ya? Aku merasa sedikit aneh sih, tapi ya sudahlah yang penting aku bisa segera bisa terbebas dari hutang. Menurutmu bagaimana?" Becca balik bertanya.

"Ya gimana ya ... kalau kamu sudah memutuskan sanggup ya aku hanya bisa mendoakan semoga semua lancar dan kamu bisa cepat terbebas dari hutang itu," ucap Mila akhirnya, tapi ia masih merasa ada yang aneh dengan tawaran Tuan Arga.

"Makasih, Mila. Kamu memang sahabat terbaikku." Becca tersenyum lega, senang rasanya memiliki sahabat yang selalu mendukungnya.

"Bec, tapi ... boleh nggak aku kasih pesan untukmu," kata Mila sambil meminum kopinya hingga habis.

"Boleh dong, memang apa sih bikin deg-degan aja ah kamu," kata Becca tertawa.

"Bec, kamu tahu nggak kalau Tuan Arga itu pengalaman dengan wanita-wanita yang selalu siap sedia jika dibutuhkan. Aku hanya takut kalau Tuan Arga akan menggodamu atau  ... ah pokoknya kamu harus hati-hati jika dekat dia," kata Mila tidak enak hati.

"Memang kamu tahu dari mana kalau Tuan Arga itu suka mempermainkan wanita?"

"Yah pokoknya banyaklah yang bilang. Kamu harus hati-hati, Bec!" ucap Mila yang kini terlihat serius.

"Haha ... iya-iya, Mila sayang. Aku tahu kok, lagipula Tuan Arga itu nggak mungkin tertarik sama aku. Lihat aku, sangat jauh dari wanita-wanita yang biasanya menemani Tuan Arga. Juga di rumahnya yang besar, pasti banyak pelayan dan penjaga. Jadi jangan kuatir, aku pasti tidak akan berdua saja dengan Tuan Arga. Lagipula kan Tuan Arga sudah punya tunangan," kata Becca santai.

"Pokoknya kamu tetap harus hati-hati, oke?!" Mila tetap bersikeras mengatakannya, ia memang mengkhawatirkan sahabatnya ini.

"Iya, Mila sayang." Becca memberikan senyum menenangkan, berharap Mila tidak kuatir lagi.

Sepulang dari kafe, Becca pun langsung pulang ke kost nya. Kini saat duduk sendiri di atas ranjangnya, ia pun memikirkan kembali ucapan Mila. Tak dapat dipungkiri, ia pun merasa aneh dengan tawaran Tuan Arga yang semudah ini.

Benarkah tawaran Tuan Arga tulus atau ada maksud lain?

Becca memejamkan matanya, ia pun takut menghadapi besok sore jika ia harus datang ke rumah Tuan Arga.

-

-

-

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status